Minggu, 30 Oktober 2011

Bahagia Menjadi Guru

"Happiness comes of the capacity to feel deeply, to enjoy simply, to
think freely, to risk life, to be needed. � Kebahagiaan berasal dari
kapasitas untuk merasakan, menikmati, berpikir bebas, menghadapi
resiko hidup, dan menjadi dibutuhkan."
Storm Jameson.

Kebahagiaan adalah ide yang sangat abstrak dan bersifat sangat
subyektif. Kebahagiaan dapat terkait dengan tercapainya suatu
keinginan atau kebutuhan kita. Tetapi kebahagiaan seorang guru
menurut saya sangat terkait dengan tanggung jawabnya mendidik dan
mengajarkan nilai-nilai penting dan inspiratif terhadap para
siswanya. Ketika seorang guru dapat melakukan beberapa hal berikut
ini kemungkinan besar ia dapat memiliki semua sumber kebahagiaan
bahkan lebih dari semua yang dipaparkan oleh Storm Jameson tersebut.

Seorang guru bahagia karena ia mencintai profesi sebagai pendidik.
Ia mendapatkan kepuasan tersendiri ketika dapat mendidik para murid,
walaupun mungkin kehidupan pribadi mereka sederhana dan jauh dari
kemewahan. Seorang guru akan jauh lebih bahagia, jika apa yang telah
mereka lakukan tak hanya membuat para murid pintar melainkan
menginspirasi bahkan menggerakkan para murid untuk mengubah diri
mereka menjadi lebih baik.

Mencintai proses pembelajaran dengan memperluas wawasan ilmu
pengetahuan melalui berbagai macam buku, seminar, kaset, radio dan
lain sebagainya adalah sumber kebahagiaan seorang guru. Karena
tanggung jawab seorang guru bukanlah sekedar menjelaskan subyek atau
materi pelajaran, melainkan memberikan contoh sikap bahwa kemauan
untuk terus belajar dapat meningkatkan kreatifitas dan memaksimalkan
potensi diri. Seorang guru akan semakin bahagia jika mampu
menginspirasi para siswa belajar lebih giat.

Rasa syukur yang besar terhadap Tuhan YME mendatangkan keindahan dan
kebahagiaan. Rasa syukur membuat guru lebih bahagia, karena rasa
syukur itu membuatnya dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada para
muridnya dengan bahasa yang positif pula. Ia akan lebih bahagia jika
sikap yang positif serta ilmu pengetahuan yang ia sampaikan
menginspirasi para muridnya untuk lebih kreatif dan positif dalam
menggunakan ilmu pengetahuan tersebut.

Seorang guru akan bahagia jika tidak membebani hidupnya dengan
orientasi mendapatkan imbalan. Ia bahagia karena tidak pernah
mengharap balas jasa dari murid atas semua yang diberikannya. Ia
sudah cukup senang dapat mengabdikan diri untuk membentuk para tunas
bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Guru akan bahagia jika berhasil membangkitkan semangat para murid
yang nyaris terpuruk karena kehilangan jati diri. Untuk semua itu ia
akan rela melakukan apapun, walaupun harus menghadapi banyak
kesulitan. Mendampingi dan membentuk anak-anak didik menjadi tegar
dan optimis, baginya jauh lebih menyenangkan dibandingkan apapun
juga.

Seorang guru bahagia, jika ia menjadi diri sendiri dan tidak
membandingkan dengan orang lain. Ia bebas berekspresi sebagai diri
sendiri dalam menyampaikan ilmu pengetahuan agar terserap dan
bermanfaat bagi anak didiknya. Ia akan berbahagia jika etika yang ia
tunjukkan itu dapat menumbuhkan keberanian para murid untuk
menjalani kehidupan dengan jujur dan menghargai diri sendiri.

Guru bahagia karena ia mencintai murid-muridnya, bagaimanapun
keadaan mereka. Ia menikmati saat bersama-sama berjuang melawan
keterbatasan diri dengan ilmu pengetahuan dan budi pekerti.
Sebagaimana M. Scott Peck mengatakan, "When we love something it is
of value to us, and when something is of value to us we spend time
with it, time enjoying it and time taking care of it. � Ketika kita
mencintai sesuatu maka itu akan berarti bagi kita. Ketika sesuatu
berarti bagi kita, maka kita akan senang menghabiskan waktu
untuknya, menikmatinya, dan memeliharanya".

Guru yang bahagia adalah guru yang terus memperkaya ilmu
pengetahuannya. Dengan demikian ia dapat mengkreasikan metode
mengajar, sehingga para murid dapat dengan mudah menyerap ilmu
pengetahuan yang ia sampaikan. Semakin luas ilmu yang ia miliki,
semakin mudah baginya mengubah kesulitan hidup menjadi anugrah yang
membahagiakan.

Seorang guru bahagia, karena kehidupannya berjalan seimbang.
Keseimbangan tersebut dikarenakan ia mampu memanajemen waktu. Ia
dapat menggunakan waktu secara efektif dan proprosional untuk diri
sendiri, keluarga, profesi, kegiatan sosial, belajar dan beribadah.
Sumber kebahagiaan seorang guru berasal dari dalam dirinya sendiri.
Ia bahagia ketika mampu menginspirasikan harapan, kebahagiaan,
kekuatan sekaligus nilai-nilai moralitas kepada generasi masa depan.
Ia akan lebih bahagia jika para anak didik itu mampu melakukan hal
serupa dengan dirinya.

Note : Artikel ini adalah inti pembicaraan di Seminar
Pendidikan "Menjadi Guru Yang Menyenangkan, Inovatif dan Kreatif."
(Anjuran Yayasan Pendidikan Sinar Dharma)

Sumber: Bahagia Menjadi Guru oleh Andrew Ho, seorang pengusaha,
motivator, dan penulis buku-buku best seller.

Minggu, 11 September 2011

7 Film Hollywood Yang Menghina Indonesia

Diambil dari web sebelah, ada beberapa Film yang nampaknya secara sengaja atau tidak sengaja "menghina" Indonesia, diantaranya :
1. House (Serial TV)
Film seri di Starworld. Si dokter House lagi ngobatin anak yang sakit parah banget dibilang sama si dokter, kira-kira begini, �anak sakit parah begini tinggalnya pasti di Indonesia�.

2. Looking For Jackie Chan
Film yang menceritakan anak indonesia keturunan china fans berat jackie chan hingga akhirnya ketemu sang idola. Anak ini memiliki sikap khas indonesia, "MELANGGAR ATURAN", diantaranya saat menerobos satpam & lari dari rumah (pergi ke rumah neneknya di beijing tapi malah ga sampe tempat).

3. In The God Hand
Film tentang selancar dari Hawai ke Bali. Waktu itu ada peselancar2 muda dari Amerika yang nyoba semua ombak yg ada di dunia. Saat itu di Lombok/Bali, ceritanya mereka ketangkep polisi Indonesia, trus polisinya disuap dengan cara �salaman dengan nempelin duit ke tangan polisi�. lolos deh mereka.

4. Lethal Weapon 4
Dalam salah satu adegannya, Danny Glover memaki-maki dengan mimik khasnya, �Kapal bodoh ini dibuat oleh seorang yang berasal dari Indonesia�. Wah, ngeselin banget ya. Ceritanya imigran china yang diselundupkan pake kapal yang diatasnamakan sebuah perusahan di Indonesia, (tapi fiktif). Coba deh perhatikan waktu Mel Gibson and the geng lagi ngobrol di markas sebelum menyerbu Uncle Benny. 'Jadi, Indonesia digambarkan sebagai negara yang selalu bikin kacau�.

5. The Year Of Living Dangerously
Film ini berkisah tentang seorang wartawan yang dikirim untuk bertugas di Jakarta pada tahun 1965-1966. Saat itu, Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soekarno sedang mengalami krisis politik dan ekonomi.Tak heran, situasi Jakarta digambarkan sangat kacau, lengkap dengan embel-embel penduduk yang merana karena kelaparan. Dimeriahkan oleh akting dari Mel Gibson dan Sigourney Weaver. Syutingnya sendiri dilaksanakan di Bangkok, karena tidak diijinkan pemerintah di Jakarta. (tanya kenapa?). Hehehe. Akibatnya meski ada beberapa dialog menggunakan Bahasa Indonesia, namun karena aktornya adalah orang bangkok, maka ucapannya terdengar aneh di telinga. Adegan yang paling terkenal sewaktu temennya Mel Gibson, Billy Kwan (ni artis cewek cuman di film ini main jadi cowok) ngegantungin spanduk di hotel Indonesia (ceritanya) dengan tulisan SOEKARNO FEED YOUR PEOPLE. Saat Oscar 1982, film ini menang untuk artis terbaik Linda Hunt.Fim ini gak cuman nyebutin indonesia tapi tentang Indonesia. Jadi, dalam film ini, Indonesia digambarkan sebagai negara penuh konflik.

6. West Wing
Sebuah serial tv yang bersetting gedung putih, dengan tokoh presiden Amerika fiktif President Bartlett (Martin Sheen) beserta stafnya. Salah satu episodenya menceritakan tentang kesibukan gedung putih dalam menerima kunjungan presiden Indonesia (tentu fiktif juga) namanya Siguto (mungkin maksudnya Sugito, hahaha). Dari awal film iniIndonesia terus dijelek-jelekkan, sehingga sempat bikin kesel waktu nonton (hehehe), masa ada kalimat begini yang diucapkan seorang staf gedung putih kepada seorang staf gedung putih lainnya: �Hati-hati jangan bikin orang indonesia tersinggung, atau kepalamu akan dipenggal dan diarak keliling kota�. Staff yg memperingatkan itu bilang dia lihat di internet, trus staff yang satu lagi enggak percaya.

Jadi untungnya yang nonton West Wing juga emang gak diarahkan untuk percaya kaloIndonesia seprimitif itu. Belum lagi informasi yang salah tentang Indonesia. Digambarkan juga bahwa orang Indonesia adalah bangsa yang bodoh dan tak bisa berbahasa Inggris. Trus, ceritanya presiden Indonesia datang (dan lagi-lagi berwajah Jepang) namun gerak-gerik dan tata bahasanya mengingatkan kita sama presiden Gus Dur (Hehehe, gak tau sengaja apa enggak). Si pemeran bapak dan ibu Siguto sebagai Pres RI ini cuman kebagian disorot dari belakang, yang penampilannya jadul abisss. Pak Presiden pake peci, istrinya pake kebaya dan dikonde hehehe. And mereka sipit bangetss, mungkin cari muka melayu susah, jadi sutradara menyamaratakan orang Asia gitu aja. Diceritain disini staff gedung putih kebingungan nyari translator karena mereka bilang Indonesia speaks in 300 different languages, dan dibilang kita gak punya bahasa nasional. Disini ngaconya! Tambahan lagi staff Indonesia itu ceritanya orang Batak, dan kacaunya lagi namanya: Rahmahidi Sumahijo Bambang (lucunya waktu tuh bule ngucapin nih nama), mana nama bataknya? Kayaknya gak pernah denger ada orang Batak namanya Rahmahidi Sumahijo, orang Jawa aja kayaknya ga ada.

Ketika presiden sedang konferensi pers, para stafnya pun melakukan pertemuan informal dan mereka pusing nyari translator karena ada 1 orang yang bisa Bahasa Batak, dan dia orang Portugis, tapi tuh orang ga bisa Bahasa Inggris, jadi di film ini ceritanya mereka nyari 2 orang akhirnya buat translate Inggris->Portugis, Portugis-> Batak. Mereka berusaha menjelaskan jika mereka akan membantu perekonomian Indonesia dengan syarat beberapa tahanan politik dibebaskan. Untungnya, ending film ini bagus. Ketika mereka bersusah payah berbicara Batak dan Portugis, tiba-tiba, staf indonesia yaitu si Bambang ini (yang ini mukanya emang melayu..ga tau apa indonesia beneran..) itu bicara bahasa Inggris dan memaki-maki para staf gedung putih �Anda pikir kami bangsa yang bodoh?

Anda pikir kami tak tahu anda anggap apa bangsa kami dan apa anda pikir kami tak bisa berbahasa Inggris? Kami mengerti semua perkataan anda bahkan arah pidato presiden anda kami sangat paham. Tapi kami bangsa yang berdaulat. Jangan mentang-mentang anda negara kuat seenaknya saja mengatur kebijakan dalam negri kami. Urus saja urusan dalam negeri anda. Dan satu hal, daripada kami mengikuti kemauan Anda, lebih baik kami tak usah dibantu sama sekali�. Bagus banget endingnya.
Sayang cuma di film ya�

7. The Silence Of The Lambs
Dalam film yang thriller psikologi yang dibintangi Jodie Foster ini ada adegan dimana di sweater orang yang diculik kanibal itu tertulis �MADE IN INDONESIA�. Apakah imageIndonesia sudah sebagai negara yang banyak penculikan atau karena kita produsen tekstil?

SUMBER

http://www.laskarcerita.com/2011/09/7-film-hollywood-yang-menghina.html
Lintasberita.com



sumber: http://www.laskarcerita.com/2011/09/7-film-hollywood-yang-menghina.html#ixzz1XerPj3Pv

Selasa, 06 September 2011

Hidup Adalah Pilihan, Sekarang atau Nanti Sama Saja

Anonim

Dicontohkan sebagai berikut :
Seorang wanita, katakan A. Dia tergoda untuk berkenalan lebih jauh dengan teman pria-nya yang ia kenal tanpa sengaja di Sekolahan. Kebetulan si pria pun juga membuka hatinya. Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Subhanallah :)

Ada dua pilihan untuk sang wanita. Pertama, sebenarnya dia sudah memiliki kekasih, tapi dia masih ragu. Tiba-tiba dia dipertemukan dengan seorang pria yang sebelumnya tidak ia kenal lalu mendadak cepat akrab (apa ini jawaban semua doa, wallahu alam). Jarang-jarang lho begini (dalam batin si wanita).

Kedua, dia menyempatkan diri untuk berpikir dan merenung sebelum bertindak. Dosa menjadi konsekuensi pertamanya. Karena mau tidak mau kalau dia semakin dekat dengan pria tersebut, dia akan mengingkari hubungan dengan kekasihnya. Lalu bagaimana kalau teman-teman lainnya mengetahui hal ini? lalu apa pula kata keluarga besar saya, dan kekasihnya? Apa tidak jadi bahan omongan orang lain? lalu Bagaimana nantinya? Pusing kan? Tanya Kenapa�..Nah, itulah pilihan.

Menurutku sih, kita kembalikan pada hati dan keyakinan. Toh, ikatan tali pernikahan juga belum terlaksana, apa salahnya si wanita mencoba mempertimbangkan pilihan lain yang telah diberikan Allah swt. Memang sulit, tapi itulah hidup, makanya kita kembalikan lagi ke hati. Bila sudah tidak sreg atau tidak cocok, buat apa dipertahankan, mumpung belum menjalin ikatan pernikahan (segala pertimbangan dan konsekuesi harus diperhitungkan masak-masak)

Eh, maaf. Apakah hubungan yang dalam taraf ta'ruf atau pacaran, lalu pihak wanita mempertimbangkan pria lain itu bisa juga disebut perselingkuhan ? (kan disebut perselingkuhan kalau sudah menjadi suami-istri), susah memang mengartikan itu semua, saya juga pusing memikirkan itu semua #looh kok jadi gwe#. Saran aku sih lewat contoh tersebut, "Jaga Hijab" biar tidak menimbulkan fitnah, tidak hanya bagi wanita dengan kekasihnya, tapi juga dengan pria sosok idamannya yang lain itu. Setuju ? toh juga kalau jodoh ga akan kemana-kan? :) tapi tetep harus memilih #yaaaah, tetep ujung-ujungnya harus dipilih :(

Contoh di atas tidak jauh dari yang namanya pilihan. Setelah tanda-tandanya, masak sih nggak terasa? pasti terasa. Masalahnya cuma satu. Ada kontrol terhadap diri kita tidak. Jangan bicara iman dahulu deh. Percuma kalau ngakunya beriman tapi tidak bisa menguasai diri dan perasaan kita.

Hidup ini cuma memang pilihan dengan segala konsekuensinya. Terkadang kita juga tidak tahu persis apakah yang kita pilih itu benar atau salah. Yang pasti cuma ada 3 :

Manusia pasti akan meninggal
Dunia pasti akan kiamat
Masuk surga atau neraka
Hidup memang harus kita jalani dan biarkan seperti air mengalir. Begitu kata kebanyakan orang kan?

Pertanyaannya : Air itu mengalir ke mana?

Hukum alam (kayaknya kalau nggak salah yang gravitasi dan sifat air ya?) mengatakan bahwa air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Bersifat seperti air mengalir adalah baik lho. Contohnya, di sungai dari hulu ke hilir, ada batu yang menghalanginya ada nggak air yang yang hancur? Sifatnya fleksibel. Ini dari sudut pandang saya lho.

Lalu ke mana air mengalir? Pastilah ke bawah dong. Gimana sih�.. Ada yang ke hilir danau yang bersih. Tapi ada juga yang masuk ke comberan yang bauk. Ada juga yang diminum manusia dan ujung-unjungnya ke septic tank juga. Mau pilih yang mana? Pikir saja sendiri. Tanya kok bisa begini? kenapa ?

Disadur dari berbagai sumber dan inspirasi

Senin, 29 Agustus 2011

Eksotisme Yogyakarta dalam Film Indonesia Banal, Binal, dan �Ndeso

(disadur dari Rumah FIlm)



Apakah Yogyakarta hanya Malioboro, Wijilan, Tugu, dan desa-desa bersawah luas? Tentu tidak. Untuk pilihan tempat makan kaki lima, Anda bisa mengunjungi UGM Boulevard di wilayah utara. Pasar Beringhardjo, di Malioboro, memang merupakan salah satu pilihan tempat berbelanja, namun bukan satu-satunya. Barang bekas bertumpuk di Pasar Klitikan, barang-barang kerajinan berbahan rotan di Godean, atau batik di Imogiri dan Taman Sari. Bahkan komplek pelacuran, entah legal atau tidak, bukan hanya Pasar Kembang di Malioboro, tetapi juga di Kotagede.



Tugu memang menjadi landmark kota pelajar ini, tetapi penggambarannya dalam sejumlah film kerap menimbulkan kesan bahwa pembuatnya perlu cara cepat untuk menunjukkan bahwa kota yang diceritakan adalah Yogyakarta. Bersama Pasar Kembang, Malioboro dan Wijilan, lokasi-lokasi itu menguasai lanskap kota Yogyakarta dalam film Indonesia.



Lihat misalnya Mengejar Mas-mas (Rudi Soedjarwo, 2006). Dalam film ini, lokasi-lokasi tersebut tampil sesuai dengan kenyataan, tetapi keliru dalam mewakili kehidupan kota Yogyakarta. Shanaz (Poppy Sovia) tiba di Stasiun Tugu tanpa membawa uang. Bagi saya, ganjil rasanya melihat Parno (Dwi Sasono), pengamen dan penduduk kota asli, membawa Shanaz makan gudeg di Wijilan dan digambari karikaturnya oleh seniman jalanan. Kegiatan ini memerlukan biaya yang mahal apabila diukur dengan standar Yogyakarta. Apalagi mengingat Parno hanyalah seorang pengamen dan, saya ulangi, Shanaz tidak membawa uang sama sekali. Mereka kemudian menghabiskan hari di desa bersawah luas dan berpemandangan indah � yang bagi saya adalah salah satu bentuk eksotisme.



Tak jauh berbeda, adalah Cerita Yogya, karya Upi Avianto dalam omnibus film Perempuan Punya Cerita (2008), produksi Kalyana Shira. Yogyakarta digambarkan Upi melalui Malioboro, Wijilan, Tugu, dan Stadion Kridosono. Yang terakhir ini adalah tempat muda-mudi dalam filmnya menghabiskan waktu luang. Stadion Kridosono hanya akan Anda temukan ramai saat konser musik, bukan pertandingan sepak bola, apalagi tempat nongkrong anak-anak muda.



Cerita Yogya juga menceritakan tentang sebuah warung internet (warnet) yang menyediakan bilik untuk berhubungan seks jangka pendek beserta penjaganya yang selalu terlihat membaca koran merah atau buku stensil. Sekelompok anak-anak pria yang nongkrong di warnet itu, digambarkan mencari film porno di Malioboro. Apabila Anda ke Malioboro, Anda tidak akan menemukan satupun penjual CD/VCD/DVD.



Masalahnya adalah, pembuat film mencari jalan pintas untuk menunjukkan bahwa lokasi dalam filmnya adalah Yogyakarta. Peminjaman tempat sepintas beserta bagian-bagian yang ada di tempat tersebut sambil lalu, dalam film, seperti yang dilakukan beberapa pembuat film pada contoh di atas disebut visit filmmaking (atau tourism filmmaking). Sebenarnya sah saja sebuah film menampilkan apapun yang diinginkan pembuatnya, tidak harus sesuai dengan keadaan di luar film�toh ini bukan dokumenter�selama logika penonton akan film dan ceritanya dikonstruksikan dengan baik sejak awal.



Eksotisme menjadi kata kunci dalam hal ini. Coba lihat beberapa adegan terakhir 3 Hari untuk Selamanya (Riri Riza, 2006), tentang perjalanan Yusuf (Nicholas Saputra) dan Ambar (Adinia Wirasti) menuju rumah nenek mereka di Yogyakarta. Setelah mereka berputar-putar selama tiga hari �seharusnya hanya setengah hari, mungkin untuk mencapai durasi film layar lebar yang umumnya kurang lebih 100 menit� sampailah mereka di rumah sang nenek yang modern secara arsitektur dan interior. Rumah nenek memang tidak harus rumah joglo dan kuno, tapi sangat klise ketika isinya penuh dengan barang-barang nonfungsional nan eksotis. Tatanan rumah yang dipenuhi dengan perabotan eksotis ini tidak punya relevansi apapun dengan cerita.



Tak berbeda dengan lokasi, manusia di dalam film-film ini juga digambarkan dengan steroetipe. Cerita Yogya menggambarkan muda-mudi Yogyakarta sebagai manusia-manusia banal dan binal. Film diawali dengan seorang perempuan berseragam SMU, marah dan setengah berteriak di depan orang banyak, meminta pertanggungjawaban seorang pria, berseragam juga, karena temannya yang adalah pacar pria itu hamil. Si pacar menolak, karena toh perempuan itu �digilir� bersama teman-temannya yang lain.



Kumpulan anak muda ini terasa ganjil�bagi saya�karena beberapa siswa SMU yang saya kenal ternyata masih menemukan kesulitan untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya kepada lawan jenisnya. Beberapa dari anak perempuan SMU di Yogyakarta memang ternyata sudah bertunangan atau dijodohkan orangtuanya, tetapi ketika menghadapi pria yang disukainya, pipi mereka masih memerah karena malu. Walaupun anak-anak perempuan itu juga bermain biliar, pergi ke klub-klub malam, dan (beberapa) merokok (diam-diam), mereka masih saling mendiskusikan balasan SMS untuk teman pria yang sedang disukai atau pacarnya.



Bisa saja kelompok anak muda yang kesehariannya bukan hanya membicarakan dan bercanda tentang hubungan seks, tetapi juga memraktikkannya tanpa perasaan malu dan bersalah, dalam Cerita Yogya itu benar-benar ada di Yogyakarta. Masalahnya film pendek yang ditulis oleh Vivian Idris ini tidak berhasil membuat saya merasa bahwa kumpulan anak muda ini berada dan berasal dari Yogyakarta.



Skenarionya terasa pretensius. Di dalam kamar hotel Jay (Fauzi Baadila), Safina (Kirana Larasati) dengan senyum lugu-tapi-nakalnya mengatakan bahwa ia dan teman-temannya tidak seperti anak-anak Jakarta yang harus check in (ke hotel) untuk berhubungan seks. Adegan berlanjut ke sebuah kamar, yang dari luar terdengar jelas suaranya, dimana sepasang remaja sedang melakukan hubungan seks. Di luar kamar ada beberapa pasang muda-mudi yang berkumpul sambil bermain Play Station, bermesraan, bersenda-gurau, merokok, dan minum minuman keras. Seorang ibu berjilbab, yang adalah ibu pemilik rumah yang mereka tongkrongi, lewat sambil berbasa-basi ramah dengan mereka�lucu bagi saya, karena saya, seorang perempuan dewasa, merokok di lobi pascasarjana sebuah kampus saja hampir selalu menjadi pusat perhatian dan dipandangi dengan seksama, dari sepatu hingga rambut, oleh para perempuan berjilbab yang lalu lalang.



Mengejar Mas-mas menggambarkan lingkungan pertetanggaan di Yogyakarta, di daerah pelacuran Pasar Kembang, maupun di sekitar rumah tinggal Ningsih alias Norma (Dinna Olivia). Ibu-ibu tetangga Ningsih digambarkan bodoh dengan perlu diberitahu akan keberadaan Menteri Negara Urusan Perempuan. ��ndak boleh percaya 100% sama suami! Jangan takut masalah hak wanita! Lha wong sekarang ini, sudah ada departemennya sendiri loh, untuk urusan wanita� Iya! Ada menterinya juga loh! Eh, menterinya itu wanita, lagi!� demikian penjelasan Ningsih yang mengaku berprofesi dosen kepada sejumlah tetangganya yang manut saja. Demikian cara film ini menggambarkan lingkungan Yogyakarta yang dihuni oleh wong �ndeso, padahal daerah tempat Ningsih tinggal adalah sekitar Malioboro, pusat kota.



Guntur Soehardjo dalam karyanya Otomatis Romantis (2008) secara tidak langsung mengamini stereotipe penduduk Yogyakarta yang dibangun oleh film-film sebelumnya, bahkan tanpa perlu menggunakan latar kota Yogyakarta.



�Bambang yang orang Yogya itu?� tanya Nadia (Marsha Timoty), pemimpin redaksi majalah GAYA, pada penata busananya. Nadia marah besar saat tahu salah satu modelnya batal datang pemotretan dan si penata busana menggantinya dengan Bambang Setiadi (Tora Sudiro), pesuruh kantor. Anda akan sering menemukan kalimat tadi dengan nada yang variatif dalam film yang mengangkat tentang tema klise hubungan antara atasan dan bawahan ini.



Saya ingat bahwa kalimat itu selalu muncul, walau kadang dalam tatanan bahasa yang berbeda, saat Bambang sedang melakukan hal-hal yang tidak �kampungan�, seperti dipilih sebagai model untuk setahun dengan pemasang iklan di majalah tempat ia bekerja. Semua bermula ketika Bambang mengajukan diri untuk mencoba menulis artikel dalam majalah yang digambarkan mirip dengan Cosmopolitan ini. Ia mengaku pernah menjadi penulis sebelumnya di Yogyakarta, �kampung�nya. �� di majalah petani,� aku Bambang dengan muka sumringah dan logat medok yang tidak pas. Pernyataan Bambang ini membuat kota asalnya seakan-akan adalah desa, maka Bambang harus selalu �ndeso dan �kampungan�. Padahal sepenglihatan saya, Yogyakarta adalah sebuah kota.



Menurut hemat saya, Yogyakarta sebagai daerah urban disorot dalam Cerita Yogya dengan berlebihan. Penggambaran kehidupan seksual remaja dalam film ini tidak sama sekali merepresentasikan muda-mudi Yogyakarta. Walaupun sejumlah penelitian membuktikan bahwa Yogyakarta adalah kota dengan angka keperawanan pelajar paling rendah, rasanya kebudayaan Jawa yang kental tidak mengizinkan adanya kevulgaran yang sedemikian rupa dalam pergaulan sehari-hari.



Simak beberapa tokoh perempuan dalam film pendek, yang merupakan salah satu dari empat film, yang dinyatakan para pembuatnya sebagai film tentang, oleh, dan untuk perempuan ini:



(1) pemakai seragam putih abu-abu dan berjilbab yang asyik saja merokok di tempat umum tanpa dikomentari orang-orang sekitarnya, sementara seorang turis domestik yang merokok sambil berjalan di sepanjang Malioboro saja menjadi pusat perhatian;



(2) siswi SMU yang tetap nongkrong bersama orang-orang yang menghamilinya tanpa beban, padahal ia digambarkan panik akan kehamilannya, takut aborsi, sehingga akhirnya meminta dikawini; dan



(3) perempuan munafik yang berpikir logis, awalnya terlihat lebih berprinsip daripada yang teman-temannya, dan akhirnya menyerahkan keperawanannya pada seorang baru atas nama cinta, padahal ia tahu pemuda ini hanya pendatang yang tinggal di hotel, bukan kost (yang berarti sangat sementara).



Sedangkan tokoh-tokoh lawan jenisnya:



(1) pria SMU yang rela pacarnya �digilir� teman-temannya, namun takut ketahuan ibunya sedang berhubungan seks;



(2) pria berseragam putih abu-abu dengan wajah muda yang dengan bangganya memamerkan bahwa ia telah memerawani gadis berseragam putih biru, tetapi terlalu bodoh untuk menyadari bahwa ia dicurangi teman-temannya sehingga harus menikahi perempuan yang �digilir� tadi; dan



(3) pria yang menawarkan solusi mengawini perempuan hamil tadi dengan cara mengundi nama dalam kaleng bir bekas dengan alasan semua merasakan enaknya, tetapi tidak tahu apa itu Miyabi�alias Maria Ozawa, bintang film porno Jepang yang sangat populer.



Lain halnya dengan Cerita Yogya, Mengejar Mas-mas menggambarkan ekspresi kaget, takut, bercampur jijik di muka pemuda berprofesi pengamen di Malioboro itu pada saat Shanaz berkata �� gua udah bosen ngeseks!�. Film ini membangun stereotipe pemuda Yogyakarta. Lihat saja baju lurik dan blangkon yang selalu dikenakan Parno. Apabila Anda bertandang ke Yogyakarta, saya jamin Anda akan kesulitan menemukan pengamen muda di Malioboro mengenakan celana batik, apalagi baju lurik.



Parno juga dikenalkan sebagai pemuda bersepeda, yang memang sesuatu yang akan sering Anda temukan di Yogyakarta, yang terlalu bodoh untuk memperbaiki rem blong yang menyebabkannya jatuh�adegan ini memang lucu saat pertama kali muncul, tetapi untuk yang kedua dan ketiga, terlihat seperti penulis skenarionya, Monty Tiwa, kehabisan cara melucu. Parno dan pola pikir sederhananya juga digambarkan tidak punya harga diri. Sepulang berkencan, ia menemukan pacar Shanaz telah menunggu. Shanaz memperkenalkan Parno sebagai ojek sepeda yang telah membawanya berkeliling kota seharian, sehingga pacarnya kemudian memasukkan sejumlah uang ke dalam kantong Parno sebagai tanda terimakasih. Tanpa perlawanan dan ekspresi, Parno nrimo kemudian pergi.



Nrimo . Itulah respon yang saya dapatkan dari beberapa teman saya yang sudah lama menjadi warga Yogyakarta atas film-film ini, bahkan dari mereka yang penduduk asli. Mereka hanya tertawa dan mengatakan bahwa itu �bumbu� dalam film. Saya heran, karena saya, yang bukan orang Yogyakarta, merasa terusik melihat kota ini digambarkan dengan cara demikian. Apalagi membayangkan film-film ini ditonton oleh banyak orang yang kemudian �percaya� bahwa seperti yang diceritakan itulah wajah Yogyakarta. �Ih, masak sih Yogya segitunya?� komentar seorang perempuan paruh baya, dengan penampilan kantoran, di depan barisan yang saya duduki ketika menonton Perempuan Punya Cerita di Senayan XXI, Jakarta. Para pembuat film yang saya ceritakan di atas seperti kekurangan waktu penelitian dalam pembuatan skenario dan kekurangan dana produksi untuk menggunakan lebih banyak tempat. Sementara Daun di Atas Bantal (Garin Nugroho, 1998) berhasil membuat penonton merasakan Yogyakarta tanpa perlu mengeksploitasi lokasi-lokasi eksotis, film-film lainnya malah mengeksploitasi eksotisme untuk jalan pintas mengomunikasikan latar filmnya adalah kota Yogyakarta.***



Grace Samboh sedang menjalankan studi di Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, dengan jurusan Pengajian Seni Rupa.

Jumat, 26 Agustus 2011

Review Mudik ke Jogja naik Kuda Besi





Sekelumit cerita dari Heli yang selalu ceria





Mungkin sudah ratusan kali saya memaai jasa kereta api untuk balik ke jogja dari jakarta. Tidak hanya saat mudik saja lo, tapi juga saat libur sabtu-minggu. Tapi nampaknya ada yang berbeda mudik tahun ini, menurutku sih. Selain karena bisa pulang kampung H-3 Lebaran, saya memanfaatkan kereta api transit atau buan tujuan utama.



Tanggal 28 Agustus 2011 saya memutuskan mudik menggunakan kereta api Gajayana jurusan jakarta- Malang (Malang?, kan gwe mau ke Jogja). Jangan salah dulu, kereta ini nantinya akan berhenti sejenak di stasiun Cirebon, Purwokerto, Gombong, Yogyakarta, Solo Balapan, Madiun, Kediri, TulungAgung, Blitar, dan berakhir di Malang. Berangkat dari stasiun gambir pukul 17.30 WIB, tapi aku sudah menunggu di stasiun sudah dari jam 4 sore (set dah, lama banget).



Tapi menurutku sih, 1,5 jam menunggu di stasiun ga begitu lama, karena ada yg berbeda di stasiun gambir dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Apa saja itu ?



1. Ada hiburan Band-nya lo (yang nyanyi lumayan bikin ga ngantuk :), kadang bisa request juga lo, mau karokean juga bisa...wuidiiiih (full band cuy)







(Maaf motonya sambil nyuri-nyuri)



2. Diterapkannya sisitem buka tutup penumpang kereta

Jadi bagi penumpang yang keretanya belum siap, ga boleh nunggu diatas. yang boleh naik keatas bagi caon penumpang yang keretanya sudah standby (jadi lebih tertib sih)







(sebenarnya ga tertib-tertib amat sih, kelakukan penumpang indonesia emang susah dirubah. Kalau duduknya sudah PW susah dipindah...fiuuuh)



3. Aku rasa pengamanan stasiun jadi lebih ketat :)------> atau gara-gara sehari sebelumnya ada kereta api gajayana di bajak seorang marinir ya (waduuuuh).....makanya di perketat karena banyak media yang bersliweran... (sekalian narsis)







(campersnya indosiar sedang cari moment, "paaaak aku diwawncarai dong" :)



Aku rasa sih cuman itu saja yang membuat mudik ini terasa beda dengan tahun-tahun sebelumnya. tepat pukul 17.30 WIB kereta api Gajayana yang aku tunggangi berangkat (aku sih berharap ada drama pembajakan lagi, biar aku dapat moment langka------haiyaaaah)









Syukur Alhamdulillah, aku tiba di Jogja tepat Pukul 02.00 tgl 29 Agustus 2011...SELAMAT DATANG DI JOGJA TERCINTA







Tunggu, review perjalanan balik dari Jogja ke Jakarta tagl 6 September 2011 hanya di : www. malunanyadong.blogspot.com



Terima Kasih Cintaku..



By: M. Agus Syafii



Pernahkah ketika istri mengambil secangkir teh untuk anda dan anda mengucapkan kata mesra kepada istri anda, "Terima kasih cintaku.." Kemudian terlihat istri tersipu malu dibuatnya. Marilah para suami merenungkan, Apakah anda merasa bahwa istri anda adalah anugerah yang Allah berikan untuk anda? Bila kita menyadari istri adalah sebuah anugerah yang Allah berikan untuk kita maka kita akan memperlakukan dengan yang terbaik untuk istri kita sesuai yang Allah amanahkan, membimbingnya, menjaga dan mencintainya dengan setulus hati. Hanya dengan cara seperti itulah kita mensyukuri anugerah Allah. Sebagaimana Rasulullah telah mengingatkan kita, "Barang siapa mendapatkan nikmat, Allah senang melihat bekas-bekas nikmatNya itu pada diri hambaNya." (HR. Ahmad).



Kehidupan rumah tangga begitu sangat indahnya bila kita menghiasi dengan cinta dan kasih sayang. Suami istri saling mengasihi dengan kelembutan, tutur kata yang mesra. Sekali waktu bertengkar karena terkadang pertengkaran dibutuhkan sebagai bentuk dinamika dalam berumah tangga karena begitulah keindahan berumah tangga. Selain dengan menunaikan hak dan kewajiban yang melekat pada ikrar suci perkawinan, dengan memperlakukan dengan istimewa penuh dengan penghargaan, banyak hal yang kita bisa lakukan untuk mensyukuri nikmat Allah, salah satunya dengan menyatakan cinta kita kepada istri. "Dan adapun dengan nikmat dari TuhanMu, maka sampaikanlah(sebut-sebutkanlah)" (QS. Adh-Dhuha : 11).



Memanggil istri dengan sebutkan mesra, "cintaku.." menjadi cara bagaimana kita mensyukuri nikmat dan anugerah Allah yang limpahkan untuk kita sebagai suami. Niat kita melakukan adalah untuk menciptakan suasana mesra melanggengkan ikatan batin dan menjaga keharmonisan pernikahan kita untuk menggapai ridha Allah. Keridhaan Allah terpancar dari wajah dan tutur kata pasangan suami istri yang menimbulkan kesejukan dan ketenteraman di dalam keluarga. Menjaga pernikahan agar tetap harmonis dan mesra merupakan wujud rasa syukur kita kepada Allah. Sebagaimana Sabda Rasulullah, "Menyebut-nyebut nikmat Allah adalah tanda bersyukur, meninggalkannya berarti kufur. Barangsiapa tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, ia tidak mensyukuri nikmat yang banyak. Dan barangsiapa tidak berterima kasih pada manusia berarti tidak bersyukur kepada Allah. Bersatu adalah rahmat dan bercerai adalah siksa." (HR. Baihaqi).



Wassalam,

M. Agus Syafii

3 Inspirasi dari Tiger Woods





"To succeed, you need to find something to hold on to, something to

motivate you, something to inspire you!"

- Tony Dorsett



Salah satu atlet dunia pujaan saya adalah Eldrick 'Tiger' Woods.

Bukan saja secara skills, dia luar biasa di lapangan, tetapi dalam

dirinya pun terdapat prinsip-prinsip yang membuatnya patut

diteladani.



Bahkan mengenai Tiger Woods, pemain basket terkenal Michael Jordan

pernah berujar, "I really do believe Tiger Woods was put here for a

bigger reason than just to play golf. I don't think that he is a god,

but I do believe that he was sent by One."



Pada kesempatan inilah saya ingin membagikan apa yang saya pelajari

secara luar biasa dari pribadi Tiger Woods dalam suatu wawancaranya.

Untuk sekadar info saja, Tiger Woods adalah pemain golf dunia yang

legendaris. Pada usia 11 bulan, dia sudah belajar mengayunkan tongkat

golf di garasi rumahnya. Pada saat umurnya baru mencapai 22 tahun,

Tiger Woods sudah meraup pendapatan bersih lebih dari US$2.000.000.



Suatu hal yang luar biasa telah dicapai oleh Tiger Woods bahkan sejak

pada usianya yang belia. Nah, pada kesempatan ini, mari kita belajar

ada tiga kunci sukses dari Tiger Woods yang menjadikannya juara dunia

sejati.



I smile at obstacles



Pertama-tama, kalimat inspiratif menarik yang diucapkan oleh Tiger

Woods adalah "I smile at obstacles". Justru kalimat ini rasanya

begitu cocok untuk kita semua di mana saat ini dunia sedang mengalami

krisis global. Rasanya kita bisa belajar banyak dari Tiger Woods yang

justru tersenyum saat menghadapi masalah, tantangan ataupun hambatan

dalam hidupnya.



Seperti yang sering saya ungkapkan dalam tulisan-tulisan saya, setiap

masalah yang kita hadapi, semuanya bertujuan baik supaya kita dapat

menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh. Saya pun teringat dengan

buku Adversity Quotient karya Paul G. Stoltz.



Dalam buku tersebut, Paul G. Stoltz mengatakan seorang yang akan

sukses adalah yang dapat mengubah tantangan menjadi peluang untuk

berhasil. Selalu ada peluang bagi kita untuk dapat sukses jika kita

jeli melihat yang terjadi. Seperti sebuah kata bijaksana "You learn

something every day if you pay attention." Jadi, selalu pakailah

kacamata yang positif saat melihat segala sesuatu.



Sama seperti Tiger Woods, saat mengalami tantangan dalam memenangi

pertandingan golfnya, dia selalu belajar dari apa yang dialaminya.

Filosofi ini dipelajari dari ibunya Kultida Woods yang sejak awal

karirnya sering mengantarkan Tiger Woods ke berbagai turnamen dan

memberikan motivasi kepadanya, tanpa mengeluh sedikit pun.



Begitupun ayahnya, seorang veteran perang yang selalu membisikkan

kata-kata motivasi untuk membesarkan Tiger Woods sebelum dia

tertidur. Inilah kunci yang membuat Tiger Woods menjadi juara dunia.

Yang jelas, dari orang tuanya Tiger Woods belajar dan menasihati kita

bahwa jika kita menghadapi hambatan hidup dengan tersenyum, sesuatu

yang luar biasa akan pasti terjadi. Kita akan bisa lebih berpikir

jernih, sehingga lebih berfokus pada solusi dan jalan keluar pun

mungkin muncul di depan kita.



My will moves mountains



Dalam hal ini pun kita dapat banyak belajar kepada Tiger Woods.

Seluruh keinginannya diarahkan untuk menjadikan dirinya menjadi

seorang pegolf dunia. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Tiger

Woods, "Dibutuhkan keputusan yang luar biasa untuk menjadi yang

terbaik. Tetapi saya telah membuat keputusan itu!".



Tiger Woods mengetahui apa yang mau dicapai dalam hidupnya sehingga

dirinya terus berusaha sampai impiannya tercapai. Bahkan Tiger Woods

mengatakan "My will moves mountains". Dalam hal ini, Tiger Woods

mengajarkan kepada kita perlunya fokus, dedikasi, komitmen,

keteguhan, dan kegigihan dalam mencapai tujuan, termasuk pula

membayar ongkos berlatih siang dan malam sebelum dirinya menjadi

begitu terkenal.



Begitu pula dalam kehidupan ini, jika kita punya kualitas yang sama

seperti karakter yang dimiliki Tiger Woods, kesuksesan dapat kita

raih selama kita memiliki keinginan yang kuat untuk mencapainya.



Tiger Woods jelas-jelas mengetahui apa yang dia inginkan, dia

memiliki target dan goal yang jelas, membuat rencana untuk

mencapainya dan kemudian merealisasikannya. Tiger Woods percaya bahwa

bagi dirinya tidak ada gunung 'kesulitan' yang terlalu tinggi untuk

ditaklukkan.



Bagaimana dengan Anda? Apa yang menjadi impian, cita - cita dan

hasrat Anda? Apa yang ingin Anda lakukan dalam hidup ini? Apakah Anda

sudah meraihnya? Mari belajar dari Tiger Woods, miliki fokus dan

komitmen untuk meraih hal - hal yang diinginkan dalam hidup ini.

Ingatlah, keinginan Anda yang begitu kuat bahkan bisa memindahkan

gunung kesulitan Anda, setinggi apa pun.



I will do it with all my heart



Ketika Tiger Woods melakukan sesuatu, dia melakukannya dengan

totalitas dan komitmen. Melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh,

itulah kunci kemenangan Tiger Woods. Baginya, bahkan hanya dalam

berlatih di lapangan saja, semuanya diperlakukan seperti pertandingan

sungguhan. Tiger Woods melakoni semuanya dengan keinginan bukan

menjadi baik (good), bukan juga menjadi lebih baik (better),

melainkan dengan keinginannya menjadi yang terbaik (best).



Tidaklah mengherankan jika diusianya yang ke-24, pada 2000 Tiger

Woods sudah berhasil menjadi juara dunia hampir semua kejuaraan golf

bergengsi di dunia, a.l. US Open, US Amateur, British Open serta

British Amateur.



Kehidupan Tiger Woods memberikan pelajaran penting kepada kita yakni

jika kita mau meraih kesuksesan dan keberhasilan yang luar biasa,

lakukanlah segala sesuatu dengan kerja keras, fokus, penuh dedikasi

dan lakukan semuanya itu dengan hati.



Inilah sebenarnya pelajaran yang diperoleh Tiger dari ayahnya, yang

sekaligus menjadi pelatihnya. Untuk melatih Tiger Woods bermain

dengan sepenuh hati, ayahnya sering kali membunyikan koin-koin dan

berusaha mengacaukan konsentrasinya. Namun, latihan seperti inilah

yang membuatnya semakin mantap.



Bahkan, pernah sekali ketika dia memukul bola dan pada saat itu ada

suara walkie talkie yang mengganggu. Namun, Tiger Woods mengatakan

dirinya tidak mendengarkan suara apa pun karena pelajaran hidupnya

membuatnya betul-betul menaruh sepenuh hati pada bola yang akan

dipukulnya. Dengan mantap, Tiger Woods mengajarkan bahwa kita

berpelaung besar meraih hal - hal yang kita inginkan jika ada

totalitas penuh di sana.



Demikianlah, mari belajar dari tiga pelajaran inspiratif Tiger Woods

ini: smile at obstacles, my will moves mountains, serta I will do it

with all my heart - untuk menjadikan 2009 ini sebagai tahun yang

spektakuler, di mana Anda akan mencapai hal - hal yang Anda impikan

dan meraih kesuksesan serta keberhasilan yang luar biasa! Sukses

serta antusiasme yang luar biasa akan selalu menyertai Anda pada

tahun ini.



Sumber: 3 Inspirasi dari Tiger Woods oleh Anthony Dio Martin

Idul Fitri & Mudik



Komaruddin Hidayat



Idul Fitri dan mudik mempunyai paralelisme makna. Idul Fitri artinya kembali

pada fitrah. Mudik adalah peristiwa budaya yang menyertainya yang terkait dengan aspek psikologis.Ada dorongan-kerinduan yang kuat untuk pulang menapak tilas tempat lahir,tempat yang menyimpan memori pada masa anak-anak, remaja.



Di Indonesia momentum idul fitri dan mudik didukung pembenaran teologis

untuk menyampaikan bakti, permohonan maaf kepada handai tolan khususnya orang tua.

Esensi mudik relevan dengan sifat manusia yang suka ber-festival. Festival

itu bersifat masif,melibatkan banyak orang. Maka di sana terjadi pemuatan dan penyampaian pesan keagamaan secara implisit.



Misalnya saja, ibadah haji diwarnai dengan kegiatan mengenang Nabi Ibrahim.

Itu adalah bagian dari proses pengayaan batin. Mudik juga demikian merupakan acara festival. Saat itu peristiwa agama hadir untuk memberi makna pada kultural, akhirnya semua saling menguatkan dalam sebuah festival-perayaan.



Mudik juga mengandung aspek sosial yang sangat potensial jika diarahkan

sebagai gerakan nasional untuk mengawetkan budaya. Ada penguatan budaya yg memberi nilai tambah pada mudik itu sendiri.Misalnya saja sewaktu pulang kampung diadakan reuni sekolah untuk menyumbang buku; gerakan sosial menghimpun dana pendidikan untuk pendidikan anak-anak yang terpaksa putus sekolah karena kendala biaya. Dengan demikian mudik bisa lebih produktif dan bernilai sosial.Daripada sekedar pamer kekayaan dan memancing orang untuk melakukan urbanisasi.



Mudik berdimensi sosial ekonomi dan politik.Pemerintah seharusnya menyediakan infrastruktur yang memadai guna memperlancar arus mudik. Berkumpulnya masyarakat kota di desa dalam suasana lebaran membangun penyadaran akan ketimpangan pembangunan antara kota dan desa. Diharapkan akan muncul kesetiakawanan sosial. Mobilitas manusia yang masif akan berdampak perputaran uang dari kota ke desa.Jadi kerusakan jalan pada jalur mudik yang setiap tahun menyita perhatian semestinya tidak perlu

terjadi jika pemerintah memahami pentingnya mudik.



Sumber lengkap : Liburan-Mudik Mengawetkan Budaya

Komaruddin Hidayat - Rektor UIN Syarif Hidayatullah untuk KOMPAS

Selasa, 19 Juli 2011

Intel Indonesia Dukung Indonesian Youth Conference 2011

Inisiatif Intel di Bawah Tema �Warnai Hidupmu� Untuk Menciptakan Antusiasme di Antara Para Pengguna Mengenai Komputer

Baru-baru ini Intel Indonesia mengumumkan keterlibatannya dalam menyemarakkan Indonesian Youth Conference 2011. Hal ini menunjukkan upaya Intel untuk terus membangkitkan antusiasme berkomputer di kalangan para pengguna di Indonesia. Melalui gerakan "Warnai Hidupmu", Intel menyuguhkan beragam cerita inspiratif dan sarana penunjang bagi konsumen yang ingin ambil bagian dalam laju inovasi dan perubahan teknologi. Lebih lanjut, Intel merancang gerakan "Warnai Hidupmu" sejalan dengan trend penggunaan komputer di Indonesia. Para pengguna kini tidak hanya membutuhkan komputer untuk menkonsumsi konten, namun juga untuk menciptakan konten multimedia. Intel memahami bahwa perubahan kebutuhan inilah yang akan mendorong pertumbuhan komputer di Indonesia.

Indonesian Youth Conference 2011 (IYC) merupakan sebuah forum nasional yang diciptakan sebagai wadah bagi anak-anak muda untuk menyuarakan ide-ide dan mengembangkan kreatifitas mereka. Berdasarkan data BPS 2010, populasi kaum muda Indonesia yang berusia di atas 15 tahun mencapai lebih dari 60 juta orang, atau sekitar 30% dari populasi Negara keseluruhan.

Berbagai kegiatan yang melibatkan anak- anak remaja dilakukan Intel bersama dengan IYC, termasuk kuis online interaktif di www.multiply.com. Konsumen juga mendapatkan kemudahan untuk mengakses informasi promosi dan kuis menarik dari www.dealkeren.com langsung dari site launcher yang telah ter-install pada notebook berbasis Intel selama acara berlangsung. Peserta IYC yang memberikan jawaban yang paling benar akan mendapatkan voucher untuk membeli produk secara online dari website tersebut.

Alanda Kariza, Founder, Sponsorship and Advisor of IYC, mengatakan, "Melalui Indonesian Youth Conference, Intel menunjukkan bagaimana komputer dapat dioptimalkan untuk untuk memperluas jangkauan jejaring sosial kami dan menciptakan konten yang menarik, seperti video dan website. Intel telah mendukung pekerjaan kami sehingga semuanya diproses dan diselesaikan lebih cepat dan efisien�.

Bekerja sama dengan IYC, Intel menyelenggarakan beragam aktivasi menarik lain yang mencakup:
Gerai Intel "Warnai Hidupmu": Peserta dapat mengambil dan mengupload foto mereka ke halaman Facebook Intel Indonesia dengan bingkai foto yang unik, yang dapat ditunjukkan ke teman-teman mereka.

2. Gerai eksperimen notebook dan netbook Intel: Peserta dapat mencoba sendiri kinerja netbook dan notebook berbasis prosesor Intel. Intel bekerja sama dengan berbagai mitra OEM seperti Acer, Lenovo, Toshiba, dan HP.

Gaung dan penjangkauan melalui jejaring sosial: Serangkaian kompetisi Twitter yang menarik untuk peserta IYC. Pemenang dapat membawa pulang notebook berbasis prosesor Intel.

"Saat ini, konsumen Indonesia menggunakan komputer untuk menciptakan musik, mengedit foto atau video, dan bermain game. Kami sangat memahami bahwa bagi mereka, pengalaman yang berkualitas itu sangat bergantung kepada kemampuan dan kinerja komputer.
Masyarakat ingin terhubung dan merasakan langsung manfaat yang sesuai dengan gaya hidup digital mereka, kata Norhizam Abdul Kadir, Marketing Program Manager Intel Indonesia.

"Intel telah menjawab tuntutan ini dengan mengeluarkan Generasi ke-2 keluarga prosesor Intel Core awal tahun ini. Untuk lebih memenuhi permintaan konsumen, melalui gerakan "Warnai Hidupmu� , kami akan membuat komputer lebih mudah diakses dan lebih terjangkau bagi mereka," tambahnya.

Awal tahun ini, Intel juga telah meluncurkan aplikasi untuk BlackBerry yang memberikan pengguna informasi real-time dari promosi yang ditawarkan. Kegiatan ini juga dinaungi oleh gerakan "Warnai Hidupmu". Dalam pembuatan aplikasi, Intel Indonesia menggandeng pengembang aplikasi mobile 7Langit dan beberapa pencipta konten lokal muda lainnya seperti Dennis Adishwara dan Asta Andoko (RAN band). Saat ini, telah tercatat sebanyak 26.000 download sejak aplikasi ini diluncurkan pertengahan Mei 2011 lalu.

Tentang Intel
Intel (NASDAQ: INTC) merupakan merek terkemuka dalam inovasi komputasi. Intel mendesai dan menciptakan teknologi-teknologi pentong yang melayani sebagai pondasi untuk perangkat komputasi dunia. Informasi lebih lanjut mengenai Intel dapat ditemukan di www.intel.com/pressroom, www.intel.com/id, blogs.intel.com, Twitter @komunitasintel dan Facebook Komunitas Intel http://www.facebook.com/IntelIndonesia

Minggu, 26 Juni 2011

Blusukan di Kota Solo

Hasil sementara search Makanan enak di Solo, tunggu kunjungan di lain kesempatan :)

Beras Kencur Putri Solo



Jl.Tamtaman II No.99, Baluwarti
Solo, Jawa Tengah
+62-271-652811
Ingin membawa oleh-oleh kuliner yang khas? Anda bisa membeli beras kencur, kunir asem, atau gula asem Putri Solo. Beras kencur Putri Solo tidak dipasarkan di toko-toko, konsumen hanya bisa membeli langsung di tempat produksinya. Untuk pembeli dari luar kota bisa memesan lewat telepon, barang dikirim melalui jasa paket. Konsumen terbesarnya malah berasal dari luar kota. Promosinya memang hanya dari mulut ke mulut. Untuk memperoleh minuman tradisional buatan Pak Sardi ini, Anda bisa berkunjung ke rumah Pak Sardi di kompleks Keraton Kasunanan, pukul 08.00 - 20.00. Minuman yang dijual Pak Sardi ini berbentuk concentrate syrup. Untuk meminumnya, tinggal diencerkan dengan air dan es batu. Tidak seperti sirup minuman tradisional lainnya yang biasanya sangat encer, buatan Pak Sumardi ini benar-benar kental. Rasa dan konsentrasi minumannya benar-benar terjaga. Anda bisa menikmati hangatnya beras kencur dan segarnya gula asem asli Solo di rumah Anda sendiri :)

Es Krim Tentrem



Jl..Urip Sumohardjo No.93/97
Solo, Jawa Tengah
+62-271-635597
Kepanasan setelah seharian berjalan-jalan di Kota Solo? Anda bisa mampir ke toko Es Krim Tentrem di Jl. Urip Sumohardjo, Solo. Puluhan tahun berdiri, Es Krim Tentrem tetap menjadi satu-satunya penyedia es krim buatan sendiri di kota Solo. Karena buatan sendiri, es krim Tentrem dijamin dibuat dari bahan-bahan yang alami. Selain menjual es krim, Anda juga bisa mencoba es puternya. Toko kecil ini cocok untuk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan Anda, tentrem banget deh :)

Gudeg Ceker Bu Kasno



JL. Monginsidi, Margoyudan
Solo, Jawa Tengah
Warung kaki lima yang menggelar dagangan tepat pukul 01.30 ini dikenal dengan warung gudeg ceker karena menu spesialnya adalah gudeg dengan pelengkap ceker (kaki ayam). Pengorbanan para pelanggan yang antri sejak tengah malam melawan kantuk dan dingin akan segera terbayar begitu sepiring nasi gudeg terhidang di hadapannya. Gudegnya terasa demikian gurih dengan siraman santan kanil (santan yang dimasak kental) dan beberapa potong sambal goreng rambak. Di luar itu, yang pasti ditunggu pelanggan adalah ceker yang dimasak dalam kuah santan. Keistimewaan ceker ini adalah dengan sedikit kunyahan dagingnya seperti langsung terpisah dari tulang-tulangnya. Klunyum-klunyum, begitu orang Jawa menyebut. Daging ceker dengan tekstur khas yang gurih itu pun akan memuaskan rasa penasaran orang yang pertama kali datang menikmatinya. Tidak manusiawi jam bukanya? Jangan khawatir, gudeg Bu Kasno sekarang membuka cabang juga di Gladag Langen Bogan, tentunya dengan jam buka yang normal :)

Wedangan

Solo, Jawa Tengah
Mau tau tempat nongkrongnya orang Solo? Ini dia, wedangan atau HIK ('i' dibaca seperti e pada kata 'edan' :D) alias Hidangan Istimewa Kampung. Biasa dikenal sebagai angkringan di Jogja, hik bisa kita jumpai di sudut-sudut jalan kota Solo. Penjual wedangan menjual dagangannya di sebauh gerobak. Di sebelahnya, biasanya ada bangku-bangku atau tikar untuk lesehan. Jenis makanan yang dijual pun sangat sederhana. Mulai dari sego kucing, sego oseng-oseng, dan gorengan. Wedangan yang lebih 'canggih' biasanya menyediakan makanan lain seperti ayam penyet, sate usus, paru, telur puyuh, tempe tahu penyet, dan lain-lainnya. Untuk minumannya, yang kami rekomendasikan adalah wedang tape dan jahe gepuk. Sebagai tempat nongkrongnya anak muda Solo, beberapa wedangan juga dilengkapi dengan hotspot lho :D Pengunjung wedangan memang biasanya tidak sekedar datang untuk makan, tapi untuk bersosialisasi. Beberapa wedangan yang kami rekomendasikan adalah Wedangan Pak Kumis di emperan Stadion Manahan, Angkringan Muji di ujung selatan Jalan Honggowongso (deket pertigaan dengan Jalan Veteran), Angkringan Pak Kemin di dekat Monumen Pers, Wedangan Pak Item di sekitar Solo Baru, dan Wedangan Pak Wiryo, Jl Perintis Kemerdekaan, Purwosari.

Shi Jack Gizi Center




Kawasan Kota Barat
Solo, Jawa Tengah

Satu lagi tempat nongkrongnya anak muda Solo. Kalau yang lain menghabiskan malam dengan nongkrong dan minum minuman keras, anak muda Solo menghabiskan malam dengan nongkrong dan minum susu segar! :D Shi Jack adalah penjual susu sapi murni di Solo,buka pada jam 16.00 till drop di malam hari. Susu sapi murni segar menjadi main course sajian Shi Jack, Anda bisa request susu sapi murni dengan campuran sirup, cokelat, madu, jahe, hingga telur (ayam kampung / bebek). Anda bisa juga meminta kepala susu (lamat-lamat istilah Solo-nya) pada bartender Shi Jack. Susu bisa disajikan panas ataupun dingin. Saat menikmati segelas susu murni Anda akan disuguhi beberapa aksi menarik ala bartender dalam proses pembuatan sajian susu segar. Di warung susu murni ini Anda akan mendapati beberapa sajian makanan ringan yang di atas meja, seperti jadah bakar, sate kikil, nasi kucing, sate kerang, sosis solo, tahu/tempe bacem, dan masih banyak lagi. Hal lain yang menarik adalah penulisan menu-menu yang kreatif dan sedikit gila, seperti TANTE SUSY (Susu Syrop Tanpa Telor), SUTEJA (Susu Telor Jahe), SUKATMAN (Susu Coklat Manis), SUKADI (Susu Coklat Dingin), Es Dara (Es Soda Gembira), STANG (Telor Setengah Matang), dan masih banyak yang lainnya. Harganya? murah-murah kok. Selain di kawasan Kota Barat, Shi Jack juga membuka cabang di Gladag Langen Bogan lho.

Pusat Oleh-oleh Pak Mesran



Jl. Kalilarangan
Solo, Jawa Tengah
Ingin membawa oleh-oleh setelah berkunjung ke Solo? Anda bisa datang ke toko Pak Mesran di kawasan Kalilarangan, Solo. Sopir taksi pasti tahu dan akan mengantar Anda kesini kalau diminta menunjukkan tempat oleh-oleh Solo. Toko yang selalu ramai sejak buka pada jam 07.00 ini menyediakan beraneka makanan kering khas Solo, mulai dari intip, abon, serundeng, usus goreng, belut goreng, kerupuk ceker ayam, brem, enting-enting, rambak, sampai kerupuk karak. harganya pun tergolong murah, apalagi untuk yang terbiasa dengan harga di Bandung atau Jakarta. Beli terlalu banyak sampai tidak sanggup membawanya? Pak Mesran akan dengan senang hati mengurus pengirimannya sampai ke alamat Anda :)

Orion Mandarijn



Jl. Urip Sumohardjo
Solo, Jawa Tengah
Ini adalah salah satu oleh-oleh khas Solo yang terkenal sejak puluhan tahun yang lalu. Secara umum, Orion Mandarijn berbentuk seperti lapis surabaya, cake dua lapis berwarna kuning dan coklat. Teksturnya sangat lembut. Diantara lapisan kue berwarna kuning dan coklat, dioleskan selai nanas. Selain itu, ada varian mandarijn yang ditaburi kismis. Cake ini tahan hingga 1 minggu. Selain menjual mandarijn, toko Orion juga menjual aneka oleh-oleh lainnya seperti yang dijual di Pak Mesran, tapi tentunya dengan packing yang lebih bagus, dan harga yang sedikit lebih mahal :D Oleh-oleh lain yang kami rekomendasikan di toko Orion adalah kerupuk puli/karak aneka rasa yang tidak dijumpai di toko lainnya.

Pasar Gede



Jl. Urip Sumohardjo
Solo, Jawa Tengah
Ingin membeli oleh-oleh sambil berwisata? Anda bisa berkunjung ke Pasar Gede. Pasar ini merupakan pasar terbesar di kota Solo yang sudah berdiri sejak tahun 1930-an. Di dalam pasar ini, banyak sekali penjual oleh-oleh khas Solo. Mulai dari intip, usus goreng, kerupuk cakar, belut goreng, karak, rambak, dan aneka oleh-oleh lainnya. Dan yang pasti, di Pasar Gede ini, Anda pasti memperoleh barang baru karena penjual oleh-oleh adalah pembuat oleh-olehnya sendiri :D Bagi pehobi fotografi, pasar ini juga layak dikunjungi karena arsitekturnya yang masih asli. Bangunan pasar yang dirancang seorang arsitek Belanda Herman Thomas Karsten bergaya perpaduan Jawa -Kolonial. Oh ya, pasar ini terletak di kawasan Pecinan di Solo. Pada perayaan Imlek dan Cap Go Meh, pasar ini akan dihiasi oleh ribuan lampion. Selain itu, kita juga bisa menyaksikan pertunjukan barongsai lho :)

Kamis, 23 Juni 2011

Indahnya Gorontalo


Semak belukar, ilalang, dan rerumputan adalah alas yang begitu nyaman bagi kami
Lokasi : Kab. Gorontalo
Fotografer: hel86


jangankan pohon, gunungpun kudaki
Lokasi : Kab. Gorontalo
Fotografer: hel86


Walau diatas air, tapi tidak menurutkan semangat mereka
Lokasi: Kampung Bajo, Kab. Gorontalo
Fotografer: hel86


Ketika keindahan tiap kota diserta tawa canda dan senyum anak-anaknya
Lokasi : Kab. Gorontalo
Fotografer : hel86

Rabu, 22 Juni 2011

Blusukan di ujung-ujung Ibu Pertiwi


Air adalah segalanya bagi kami
Lokasi: Takengon, Aceh Tengah
Fotografer: hel86


Kuda adalah sahabat, teman, dan tunggangan kami
Lokasi: Padang rumput, Pacuan, Takengon
Fotografer : hel86


Danau adalah rumah kami
Lokasi : Danau Lut Tawar, Takengon, Aceh Tengah
Fotografer: hel86


Danau adalah segalanya bagi kami, maka jagalah
Lokasi : Danau Lut Tawar, Takengon, Aceh Tengah
Fotografer : hel86


Danau adalah pengharapan kami
Lokasi : Danau Lut Tawar, Takengon, Aceh Tengah
Fotografer : hel86

Kamis, 02 Juni 2011

MEMPERINGATI LAHIRNYA PANCASILA

Lahirnya Pancasila

Oleh: Soekarno

Pendahuluan

Paduka tuan Ketua yang mulia!

Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai
mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan
dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya.

Saya akan menetapi permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia. Apakah
permintaan Paduka tuan ketua yang mullia? Paduka tuan Ketua yang mulia minta
kepada sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia
Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.

Ma'af, beribu ma'af! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka
itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua
yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya,
yang diminta oleh Paduka tuan ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda:
"Philosofische grondslag" dari pada Indonesia merdeka. Philosofische
grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa,
hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia
Merdeka yang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saya kemukakan, Paduka tuan
Ketua yang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberi
tahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan
"merdeka". Merdeka buat saya ialah: "political independence", politieke
onafhankelijkheid. Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid?

Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata:

Tatkala Dokuritu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati
saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang - saya katakan didalam
bahasa asing, ma'afkan perkataan ini - "zwaarwichtig" akan perkara yang
kecil-kecil. "Zwaarwichtig" sampai -kata orang Jawa- "njelimet". Jikalau
sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai njelimet, barulah mereka
berani menyatakan kemerdekaan.

Tuan-tuan yang terhormat! Lihatlah di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada
perjalanan dunia itu. Banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi
bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya,
samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu? Jermania merdeka, Saudi
Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika
merdeka, Inggris merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya
merdeka, tetapi bandingkanlah isinya!

Alangkah berbedanya isi itu! Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka,
maka harus lebih dahulu ini selesai, itu selesai, itu selesai, sampai
njelimet!, maka saya bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia
merdeka, padahal 80% dari rakyatnya terdiri kaum Badui, yang sama sekali
tidak mengerti hal ini atau itu. Bacalah buku Armstrong yang menceriterakan
tentang Ibn Saud! Disitu ternyata, bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan
pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum mengetahui
bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih
makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu!! Toch Saudi Arabia
merdeka! Lihatlah pula - jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat
- Soviet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Soviet, adakah rakyat
soviet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat
Musyik yang lebih dari pada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari
buku-buku yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan
mengetahui betapa keadaan rakyat Soviet Rusia pada waktu Lenin mendirikan
negara Soviet itu. Dan kita sekarang disini mau mendirikan negara Indonesia
merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan! Maaf, P. T.
Zimukyokutyoo! Berdirilah saya punya bulu, kalau saya membaca tuan punya
surat, yang minta kepada kita supaya dirancangkan sampai njelimet hal ini
dan itu dahulu semuanya!

Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai njelimet,
maka saya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, tuan tidak akan mesngalami
Indonesia merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami Indonesia merdeka, -
sampai dilobang kubur!

Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun '33 saya
telah menulis satu risalah, Risalah yang bernama "Mencapai Indonesia
Merdeka". Maka di dalam risalah tahun '33 itu, telah saya katakan, bahwa
kemerdekaan, politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain
dan tak bukan, ialah satu jembatan emas. Saya katakan di dalam kitab itu,
bahwa diseberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.

Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam, - in one night only! -,
kata Armstrong di dalam kitabnya. Ibn Saud mendirikan Saudi Arabia merdeka
di satu malam sesudah ia masuk kota Riad dengan 6 orang! Sesudah "jembatan"
itu diletakkan oleh Ibn saud, maka diseberang jembatan, artinya kemudian
dari pada itu, Ibn Saud barulah memperbaiki masyarakat Saudi arabia. Orang
tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya
bergelandangan sebagai nomade yaitu orang badui, diberi pelajaran oleh Ibn
Saud jangan bergelandangan, dikasih tempat untuk bercocok-tanam. Nomade
dirubah oleh Ibn Saud menjadi kaum tani, - semuanya diseberang jembatan.

Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Soviet-Rusia Merdeka, telah
mempunyai Djnepprprostoff
[1],
dam yang maha besar di sungai Dnepr? Apa ia telah mempunyai radio-station,
yang menyundul keangkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup,
untuk meliputi seluruh negara Rusia?

Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Soviet Rusia
merdeka telah dapat membaca dan menulis? Tidak, tuan-tuan yang terhormat! Di
seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah, Lenin baru
mengadakan radio- station, baru mengadakan sekolahan, baru mengadakan
Creche, baru mengadakan Djnepprostoff! Maka oleh karena itu saya minta
kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati,
janganlah mengingat bahwa ini danitu lebih dulu harus selesai dengan
njelimet, dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka. Alangkah
berlainannnya tuan-tuan punya semangat, - jikalau tuan-tuan demikian -,
dengan semangat pemuda-pemuda kita yang 2 milyun banyaknya. Dua milyun
pemuda ini menyampaikan seruan pada saya, 2 milyun pemuda ini semua
berhasrat Indonesia Merdeka Sekarang!

Saudara-saudara, kenapa kita sebagai pemimpin rakyat, yang mengetahui
sejarah, menjadi zwaarwichtig, menjadi gentar, pada hal semboyan Indonesia
merdeka bukan sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh tahun yang lalu,
kita telah menyiarkan semboyan Indonesia merdeka, bahkan sejak tahun 1932
dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan "INDONESIA MERDEKA SEKARANG".
Bahkan 3 kali sekarang, yaitu Indonesia Merdeka sekarang, sekarang,
sekarang!

Dan sekarang kita menghadapi kesempatan untuk menyusun Indonesia merdeka, -
kok lantas kita zwaarwichtig dan gentar hati!. Saudara -saudara, saya
peringatkan sekali lagi, Indonesia Merdeka, political independence,
politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan!
Jangan gentar! Jikalau umpamanya kita pada saat sekarang ini diberikan
kesempatan oleh Dai Nippon untuk merdeka, maka dengan mudah Gunseikan
diganti dengan orang yang bernama Tjondro Asmoro, atau Soomubutyoo diganti
dengan orang yang bernama Abdul Halim. Jikalau umpamanya Butyoo Butyoo
diganti dengan orang-orang Indonesia, pada sekarang ini, sebenarnya kita
telah mendapat political independence, politieke onafhankelijkheid, - in one
night, di dalam satu malam! Saudara-saudara, pemuda-pemuda yang 2 milyun,
semuanya bersemboyan: Indonesia merdeka, sekarang! Jikalau umpamanya
Balatentera Dai Nippon sekarang menyerahkan urusan negara kepada
saudara-saudara, apakah saudara-saudara akan menolak, serta berkata: mangke-
rumiyin, tunggu dulu, minta ini dan itu selesai dulu, baru kita berani
menerima urusan negara Indonesia merdeka?

(Seruan: Tidak! Tidak)

Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini balatentara Dai
Nippon menyerahkan urusan negara kepada kita, maka satu menitpun kita tidak
akan menolak, sekarangpun kita menerima urusan itu, sekarangpun kita mulai
dengan negara Indonesia yang Merdeka!

Saudara-saudara, tadi saya berkata, ada perbedaan antara Soviet-Rusia, Saudi
Arabia, Inggris, Amerika dll. tentang isinya: tetapi ada satu yang sama,
yaitu, rakyat Saudi Arabia sanggup mempertahankan negaranya. Musyik-musyik
di Rusia sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Amerika sanggup
mempertahankan negaranya. Inilah yang menjadi minimum-eis. Artinya, kalau
ada kecakapan yang lain, tentu lebih baik, tetapi manakala sesuatu bangsa
telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan
dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan.
Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing,
saudara-saudara, semua siap-sedia mati, mempertahankan tanah air kita
Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap-sedia, masak untuk
merdeka.

Cobalah pikirkan hal ini dengan memperbandingkannya dengan manusia. Manusia
pun demikian, saudara-saudara! Ibaratnya, kemerdekaan saya bandingkan dengan
perkawinan. Ada yang berani kawin, lekas berani kawin, ada yang takut kawin.
Ada yang berkata: Ah saya belum berani kawin, tunggu dulu gajih F.500. Kalau
saya sudah mempunyai rumah gedung, sudah ada permadani, sudah ada lampu
listrik, sudah mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul, sudah mempunyai
sendok-garpu perak satu kaset, sudah mempunyai ini dan itu, bahkan sudah
mempunyai kinder-uitzet, barulah saya berani kawin.

Ada orang lain yang berkata: saya sudah berani kawin kalau saya sudah
mempunyai meja satu, kursi empat, yaitu "meja-makan", lantas satu zitje,
lantas satu tempat tidur.

Ada orang yang lebih berani lagi dari itu, yaitu saudara-saudara Marhaen!
Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan tikar, dengan satu periuk: dia
kawin. Marhaen dengan satu tikar, satu gubug: kawin. Sang klerk dengan satu
meja, empat kursi, satu zitje, satu tempat-tidur: kawin. Sang Ndoro yang
mempunyai rumah gedung, elektrische kookplaat, tempat tidur, uang
bertimbun-timbun: kawin. Belum tentu mana yang lebih gelukkig, belum tentu
mana yang lebih bahagia, sang Ndoro dengan tempat tidurnya yang
mentul-mentul, atau Sarinem dan Samiun yang hanya mempunyai satu tikar dan
satu periuk, saudara-saudara!

Saudara-saudara, soalnya adalah demikian: kita ini berani merdeka atau
tidak?? Inilah, saudara-saudara sekalian, Paduka tuan ketua yang mulia,
ukuran saya yang terlebih dulu saya kemukakan sebelum saya bicarakan hal-hal
yang mengenai dasarnya satu negara yang merdeka. Saya mendengar uraian P.T.
Soetardjo beberapa hari yang lalu, tatkala menjawab apakah yang dinamakan
merdeka, beliau mengatakan: kalau tiap-tiap orang di dalam hatinya telah
merdeka, itulah kemerdekaan. Saudara-saudara, jika tiap-tiap orang Indonesia
yang 70 milyun ini lebih dulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita
dapat mencapai political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat
kita belum dapat Indonesia merdeka!

Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakakan rakyat kita!! Di dalam
Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam
Saudi Arabia Merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu persatu. Di
dalam Soviet-Rusia Merdeka Stalin memerdeka-kan hati bangsa Soviet-Rusia
satu persatu.

Saudara-saudara! Sebagai juga salah seorang pembicara berkata: kita bangsa
Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak dysenterie,
banyak penyakit hongerudeem, banyak ini banyak itu. "Sehatkan dulu bangsa
kita, baru kemudian merdeka".

Saya berkata, kalau inipun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita
belum merdeka. Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita menyehatkan rakyat
kita, walaupun misalnya tidak dengan kinine, tetapi kita kerahkan segenap
masyarakat kita untuk menghilangkan penyakit malaria dengan menanam ketepeng
kerbau. Di dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya
menjadi kuat, di dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat
sebaik-baiknya. Inilah maksud saya dengan perkataan "jembatan". Di seberang
jembatan, jembatan emas, inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat
Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi.

Tuan-tuan sekalian! Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting.
Tidakkah kita mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh
pembicara, bahwa sebenarnya internationalrecht, hukum internasional,
menggampangkan pekerjaan kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu
negara yang merdeka, tidak diadakan syarat yang neko-neko, yang menjelimet,
tidak!. Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah
cukup untuk internationalrecht. Cukup, saudara-saudara. Asal ada buminya,
ada rakyatnya, ada pemerintahnya, kemudian diakui oleh salah satu negara
yang lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama: merdeka. Tidak peduli
rakyat dapat baca atau tidak, tidak peduli rakyat hebat ekonominya atau
tidak, tidak peduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum
internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada
rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahnya, - sudahlah ia merdeka.

Janganlah kita gentar, zwaarwichtig, lantas mau menyelesaikan lebih dulu
1001 soal yang bukan-bukan! Sekali lagi saya bertanya: Mau merdeka apa
tidak? Mau merdeka atau tidak?

Saudara-saudara! Sesudah saya bicarakan tentang hal "merdeka", maka sekarang
saya bicarakan tentang hal dasar.

Paduka tuan Ketua yang mulia! Saya mengerti apakah yang paduka tuan Ketua
kehendaki! Paduka tuan Ketua minta dasar, minta philosophischegrondslag,
atau, jikalau kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka tuan
Ketua yang mulia meminta suatu "Weltanschauung", diatas mana kita mendirikan
negara Indonesia itu.

Kita melihat dalam dunia ini, bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka, dan
banyak diantara negeri-negeri yang merdeka itu berdiri di atas suatu
"Weltanschauung". Hitler mendirikan Jermania di atas
"national-sozialistische Weltanschauung", - filsafat nasional-sosialisme
telah menjadi dasar negara Jermania yang didirikan oleh Adolf Hitler itu.
Lenin mendirikan negara Soviet diatas satu "Weltanschauung", yaitu
Marxistische, Historisch- materialistische Weltanschaung. Nippon mendirikan
negara negara dai Nippon di atas satu "Weltanschauung", yaitu yang dinamakan
"Tennoo Koodoo Seishin". Diatas "Tennoo Koodoo Seishin" inilah negara dai
Nippon didirikan. Saudi Arabia, Ibn Saud, mendirikan negara Arabia di atas
satu "Weltanschauung", bahkan diatas satu dasar agama, yaitu Islam. Demikian
itulah yang diminta oleh paduka tuan Ketua yang mulia: Apakah
"Weltanschauung" kita, jikalau kita hendak mendirikan Indonesia yang
merdeka?

Tuan-tuan sekalian, "Weltanschauung" ini sudah lama harus kita bulatkan di
dalam hati kita dan di dalam pikiran kita, sebelum Indonesia Merdeka datang.
Idealis-idealis di seluruh dunia bekerja mati-matian untuk mengadakan
bermacam-macam "Weltanschauung", bekerja mati-matian untuk
me"realiteitkan""Weltanschauung" mereka itu. Maka oleh karena itu,
sebenarnya tidak benar perkataan anggota yang terhormat Abikusno, bila
beliau berkata, bahwa banyak sekali negara-negara merdeka didirikan dengan
isi seadanya saja, menurut keadaan, Tidak! Sebab misalnya, walaupun menurut
perkataan John Reed: "Soviet-Rusia didirikan didalam 10 hari oleh Lenin
c.s.", - John Reed, di dalam kitabnya:"Ten days that shook the world",
"sepuluh hari yang menggoncangkan dunia" -, walaupun Lenin mendirikan
Soviet-Rusia di dalam 10 hari, tetapi "Weltanschauung"nya, dan di dalam 10
hari itu hanya sekedar direbut kekuasaan, dan ditempatkan negara baru itu
diatas "Weltanschauung" yang sudah ada. Dari 1895 "Weltanschauung" itu telah
disusun. Bahkan dalam revolutie 1905, Weltanschauung itu "dicobakan", di
"generale-repetitie-kan".

Lenin di dalam revolusi tahun 1905 telah mengerjakan apa yang dikatakan oleh
beliau sendiri "generale-repetitie" dari pada revolusi tahun 1917. Sudah
lama sebelum 1917, "Weltanschaung" itu disedia-sediakan, bahkan
diikhtiar-ikhtiarkan. Kemudian, hanya dalam 10 hari, sebagai dikatakan oleh
John Reed, hanya dalam 10 hari itulah didirikan negara baru, direbut
kekuasaan, ditaruhkan kekuasaan itu di atas "Weltanschauung" yang telah
berpuluh-puluh tahun umurnya itu. Tidakkah pula Hitler demikian?

Di dalam tahun 1933 Hitler menaiki singgasana kekuasaan, mendirikan negara
Jermania di atas National-sozialistische Weltanschauung. Tetapi kapankah
Hitler mulai menyediakan dia punya "Weltanschauung" itu? Bukan di dalam
tahun 1933, tetapi di dalam tahun 1921 dan 1922 beliau telah bekerja,
kemudian mengikhtiarkan pula, agar supaya Naziisme ini, "Weltanschauung"
ini, dapat menjelma dengan dia punya "Munschener Putsch", tetapi gagal. Di
dalam 1933 barulah datang saatnya yang beliau dapat merebut kekuasaan, dan
negara diletakkan oleh beliau di atas dasar"Weltanschauung" yang telah
dipropagandakan berpuluh-puluh tahun itu.

Maka demikian pula, jika kita hendak mendirikan negara Indonesia Merdeka,
Paduka tuan ketua, timbullah pertanyaan: Apakah "Weltanschauung" kita, untuk
mendirikan negara Indonesia Merdeka diatasnya? Apakah nasional-sosialisme?
Apakah historisch-materialisme? Apakah San Min Chu I, sebagai dikatakan
doktor Sun Yat Sen?

Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok merdeka, tetapi
"Weltanschauung"nya telah dalam tahun 1885, kalau saya tidak salah,
dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku "The three people"s principles" San
Min Chu I, - Mintsu, Minchuan, Min Sheng, - nasionalisme, demokrasi,
sosialisme,- telah digambarkan oleh doktor Sun Yat Sen Weltanschauung itu,
tetapi baru dalam tahun 1912 beliau mendirikan negara baru diatas
"Weltanschauung" San Min Chu I itu, yang telah disediakan terdahulu
berpuluh-puluh tahun.

Kita hendak mendirikan negara Indonesia merdeka di atas "Weltanschauung"
apa? Nasional-sosialisme-kah, Marxisme-kah, San Min Chu I-kah, atau
"Weltanschauung' apakah?

Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak
pikiran telah dikemukakan, - macam-macam - , tetapi alangkah benarnya
perkataan dr Soekiman, perkataan Ki Bagoes Hadikoesoemo, bahwa kita harus
mencari persetujuan, mencari persetujuan faham. Kita bersama-sama mencari
persatuan philosophischegrondslag, mencari satu "Weltanschauung" yang kita
semua setuju. Saya katakan lagi setuju! Yang saudara Yamin setujui, yang Ki
Bagoes setujui, yang Ki Hajar setujui, yang sdr. Sanoesi setujui, yang sdr.
Abikoesno setujui, yang sdr. Lim Koen Hian setujui, pendeknya kita semua
mencari satu modus. Tuan Yamin, ini bukan compromis, tetapi kita
bersama-sama mencari satu hal yang kita ber-sama-sama setujui. Apakah itu?
Pertama-tama, saudara-saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak mendirikan
Indonesia merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan?

Mendirikan negara Indonesia merdeka yang namanya saja Indonesia Merdeka,
tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi
kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu
golongan bangsawan?

Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik saudara-saudara yang
bernama kaum kebangsaan yang disini, maupun saudara-saudara yang dinamakan
kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan yang demikian itulah kita
punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu negara "semua buat semua". Bukan
buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun
golongan yang kaya, - tetapi "semua buat semua". Inilah salah satu dasar
pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu mendengung di
dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di dalam sidang
Dokurutu Zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1918, 25 tahun yang
lebih, ialah: Dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat negara
Indonesia, ialah dasar kebangsaan.

Prinsip pertama

Kita mendirikan satu negara kebangsaan Indonesia.

Saya minta saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo dan saudara-saudara Islam lain:
maafkanlah saya memakai perkataan "kebangsaan" ini! Sayapun orang Islam.
Tetapi saya minta kepada saudara- saudara, janganlah saudara-saudara salah
faham jikalau saya katakan bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar
kebangsaan. Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti yang sempit, tetapi
saya menghendaki satu nasionalestaat, seperti yang saya katakan dalam rapat
di Taman Raden Saleh beberapa hari yang lalu. Satu Nationale Staat Indonesia
bukan berarti staat yang sempit. Sebagai saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo
katakan kemarin, maka tuan adalah orang bangsa Indonesia, bapak tuanpun
adalah orang Indonesia, nenek tuanpun bangsa Indonesia, datuk-datuk tuan,
nenek-moyang tuanpun bangsa Indonesia. Diatas satu kebangsaan Indonesia,
dalam arti yang dimaksudkan oleh saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo itulah, kita
dasarkan negara Indonesia.

Satu Nationale Staat! Hal ini perlu diterangkan lebih dahulu, meski saya di
dalam rapat besar di Taman Raden Saleh sedikit-sedikit telah menerangkannya.
Marilah saya uraikan lebih jelas dengan mengambil tempoh sedikit: Apakah
yang dinamakan bangsa? Apakah syaratnya bangsa?

Menurut Renan syarat bangsa ialah "kehendak akan bersatu". Perlu
orang-orangnya merasa diri bersatu dan mau bersatu. Ernest Renan menyebut
syarat bangsa: "le desir d'etre ensemble", yaitu kehendak akan bersatu.
Menurut definisi Ernest Renan, maka yang menjadi bangsa, yaitu satu
gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya bersatu.

Kalau kita lihat definisi orang lain, yaitu definisi Otto Bauer, di dalam
bukunya "Die Nationalitatenfrage", disitu ditanyakan: "Was ist eine Nation?"
dan jawabnya ialah: "Eine Nation ist eine aus chiksals-gemeinschaft
erwachsene Charaktergemeinschaft". Inilah menurut Otto Bauer satu natie.
(Bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib).

Tetapi kemarinpun, tatkala, kalau tidak salah, Prof. Soepomo mensitir Ernest
Renan, maka anggota yang terhormat Mr. Yamin berkata: "verouderd", "sudah
tua". Memang tuan-tuan sekalian, definisi Ernest Renan sudah "verouderd",
sudah tua. Definisi Otto Bauer pun sudah tua. Sebab tatkala Otto Bauer
mengadakan definisinya itu, tatkala itu belum timbul satu wetenschap baru,
satu ilmu baru, yang dinamakan Geopolitik.

Kemarin, kalau tidak salah, saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo, atau Moenandar,
mengatakan tentang "Persatuan antara orang dan tempat". Persatuan antara
orang dan tempat, tuan-tuan sekalian, persatuan antara manusia dan
tempatnya!

Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari
bumi yang ada di bawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekedar
melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan "Gemeinschaft"nya dan perasaan
orangnya, "l'ame et desir". Mereka hanya mengingat karakter, tidak mengingat
tempat, tidak mengingat bumi, bumi yang didiami manusia itu, Apakah tempat
itu? Tempat itu yaitu tanah air. Tanah air itu adalah satu kesatuan. Allah
s.w.t membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta
dunia, kita dapat menunjukkan dimana"kesatuan-kesatuan" disitu. Seorang anak
kecilpun, jukalau ia melihat peta dunia, ia dapat menunjukkan bahwa
kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan
satu kesatuan gerombolan pulau-pulau diantara 2 lautan yang besar, lautan
Pacific dan lautan Hindia, dan diantara 2 benua, yaitu benua Asia dan benua
Australia. Seorang anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa,
Sumatera, Borneo, Selebes, Halmaheira, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan
lain-lain pulau kecil diantaranya, adalah satu kesatuan. Demikian pula
tiap-tiap anak kecil dapat melihat pada peta bumi, bahwa pulau-pulau Nippon
yang membentang pada pinggir Timur benua Asia sebagai"golfbreker" atau
pengadang gelombang lautan Pacific, adalah satu kesatuan.

Anak kecilpun dapat melihat, bahwa tanah India adalah satu kesatuan di Asia
Selatan, dibatasi oleh lautan Hindia yang luas dan gunung Himalaya. Seorang
anak kecil pula dapat mengatakan, bahwa kepulauan Inggris adalah satu
kesatuan. Griekenland atau Yunani dapat ditunjukkan sebagai kesatuan pula,
Itu ditaruhkan oleh Allah s.w.t. demikian rupa. Bukan Sparta saja, bukan
Athene saja, bukan Macedonia saja, tetapi Sparta plus Athene plus Macedonia
plus daerah Yunani yang lain-lain, segenap kepulauan Yunani, adalah satu
kesatuan.

Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah-darah kita, tanah air kita? Menurut
geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita. Indonesia yang bulat, bukan
Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau
Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan uang ditunjuk oleh
Allah s.w.t. menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera,
itulah tanah air kita!

Maka jikalau saya ingat perhubungan antara orang dan tempat, antara rakyat
dan buminya, maka tidak cukuplah definisi yang dikatakan oeh Ernest Renan
dan Otto Bauer itu. Tidak cukup "le desir d'etre ensembles", tidak cukup
definisi Otto Bauer "aus schiksalsgemeinschaft erwachsene
Charaktergemeinschaft" itu. Maaf saudara-saudara, saya mengambil contoh
Minangkabau, diantara bangsa di Indonesia, yang paling ada "desir d'entre
ensemble", adalah rakyat Minangkabau, yang banyaknya kira-kira 2,5 milyun.

Rakyat ini merasa dirinya satu keluarga. Tetapi Minangkabau bukan satu
kesatuaan, melainkan hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan!
Penduduk Yogyapun adalah merasa "le desir d"etre ensemble", tetapi Yogyapun
hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan. Di Jawa Barat rakyat
Pasundan sangat merasakan "le desir d'etre ensemble", tetapi Sundapun hanya
satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan.

Pendek kata, bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu
golongan orang yang hidup dengan "le desir d'etre ensemble" diatas daerah
kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis,
tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang, menurut
geopolitik yang telah ditentukan oleh s.w.t., tinggal dikesatuannya semua
pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatra sampai ke Irian! Seluruhnya!,
karena antara manusia 70.000.000 ini sudah ada "le desir d'etre enemble",
sudah terjadi "Charaktergemeinschaft"! Natie Indonesia, bangsa Indonesia,
ummat Indonesia jumlah orangnya adalah 70.000.000, tetapi 70.000.000 yang
telah menjadi satu, satu, sekali lagi satu!

Kesinilah kita semua harus menuju: mendirikan satu Nationale staat, diatas
kesatuan bumi Indonesia dari Ujung Sumatera sampai ke Irian. Saya yakin
tidak ada satu golongan diatara tuan-tuan yang tidak mufakat, baik Islam
maupun golongan yang dinamakan "golongan kebangsaan". Kesinilah kita harus
menuju semuanya. Saudara-saudara, jangan orang mengira bahwa tiap-tiap
negara merdeka adalah satu nationale staat! Bukan Pruisen, bukan Beieren,
bukan Sakssen adalah nationale staat, tetapi seluruh Jermanialah satu
nationale staat. Bukan bagian kecil-kecil, bukan Venetia, bukan Lombardia,
tetapi seluruh Italialah, yaitu seluruh semenanjung di Laut Tengah, yang
diutara dibatasi pegunungan Alpen, adalah nationale staat. Bukan Benggala,
bukan Punjab, bukan Bihar dan Orissa, tetapi seluruh segi-tiga Indialah
nanti harus menjadi nationale staat.

Demikian pula bukan semua negeri-negeri di tanah air kita yang merdeka
dijaman dahulu, adalah nationale staat. Kita hanya 2 kali mengalami
nationale staat, yaitu di jaman Sri Wijaya dan di zaman Majapahit. Di luar
dari itu kita tidak mengalami nationale staat. Saya berkata dengan penuh
hormat kepada kita punya raja-raja dahulu, saya berkata dengan beribu-ribu
hormat kepada Sultan Agung Hanyokrokoesoemo, bahwa Mataram, meskipun
merdeka, bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Prabu
Siliwangi di Pajajaran, saya berkata, bahwa kerajaannya bukan nationale
staat. Dengan persaan hormat kepada Prabu Sultan Agung Tirtayasa, berkata,
bahwa kerajaannya di Banten, meskipun merdeka, bukan satu nationale staat.
Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanoedin di Sulawesi yang telah
membentuk kerajaan Bugis, saya berkata, bahwa tanah Bugis yang merdeka itu
bukan nationale staat.

Nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri dijaman Sri
Wijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama.
Karena itu, jikalau tuan-tuan terima baik, marilah kita mengambil sebagai
dasar Negara yang pertama: KebangsaanIndonesia. Kebangsaan Indonesia yang
bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatera, bukan kebangsaan
Borneo, Sulawesi, Bali, atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia, yang
bersama-sama menjadi dasar satu nationale staat. Maaf, Tuan Lim Koen Hian,
Tuan tidak mau akan kebangsaan? Di dalam pidato Tuan, waktu ditanya sekali
lagi oleh Paduka Tuan fuku-Kaityoo, Tuan menjawab: "Saya tidak mau akan
kebangsaan".

TUAN LIM KOEN HIAN : Bukan begitu. Ada sambungannya lagi.

TUAN SOEKARNO : Kalau begitu, maaf, dan saya mengucapkan terima kasih,
karena tuan Lim Koen Hian pun menyetujui dasar kebangsaan. Saya tahu, banyak
juga orang-orang Tionghoa klasik yang tidak mau akan dasar kebangsaan,
karena mereka memeluk faham kosmopolitisme, yang mengatakan tidak ada
kebangsaan, tidak ada bangsa. Bangsa Tionghoa dahulu banyak yang kena
penyakit kosmopolitisme, sehingga mereka berkata bahwa tidak ada bangsa
Tionghoa, tidak ada bangsa Nippon, tidak ada bangsa India, tidak ada bangsa
Arab, tetapi semuanya "menschheid", "peri kemanusiaan". Tetapi Dr. Sun Yat
Sen bangkit, memberi pengajaran kepada rakyat Tionghoa, bahwa a d a
kebangsaan Tionghoa! Saya mengaku, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk
di bangku sekolah H.B.S. diSurabaya, saya dipengaruhi oleh seorang sosialis
yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran kepada saya, - katanya: jangan
berfaham kebangsaan, tetapi berfahamlah rasa kemanusiaan sedunia, jangan
mempunyai rasa kebangsan sedikitpun. Itu terjadi pada tahun 17. Tetapi pada
tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, - ialah
Dr SunYat Sen! Di dalam tulisannya "San Min Chu I" atau "The Three People's
Principles", saya mendapat pelajaran yang membongkar kosmopolitisme yang
diajarkan oleh A. Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa
kebangsaan, oleh pengaruh "The Three People"s Principles" itu.

Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat
Sen sebagai penganjurnya, yakinlah, bahwa Bung Karno juga seorang Indonesia
yang dengan perasaan hormat-sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada
Dr. Sun Yat Sen, - sampai masuk kelobang kubur.

Prinsip kedua

Saudara-saudara. Tetapi ........ tetapi ........... memang prinsip
kebangsaan ini ada bahayanya! Bahayanya ialah mungkin orang meruncingkan
nasionalisme menjadi chauvinisme, sehingga berfaham "Indonesia uber Alles".
Inilah bahayanya! Kita cinta tanah air yang satu, merasa berbangsa yang
satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi Tanah Air kita Indonesia hanya satu
bahagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini!

Gandhi berkata: "Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah
perikemanusiaan "My nationalism is humanity". Kebangsaan yang kita anjurkan
bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme, sebagai
dikobar-kobarkan orang di Eropah, yang mengatakan"Deutschland uber Alles",
tidak ada yang setinggi Jermania, yang katanya, bangsanya minulyo, berambut
jagung dan bermata biru, "bangsa Aria", yang dianggapnya tertinggi diatas
dunia, sedang bangsa lain-lain tidak ada harganya. Jangan kita berdiri di
atas azas demikian, Tuan-tuan, jangan berkata, bahwa bangsa Indonesialah
yang terbagus dan termulya, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju
persatuan dunia, persaudaraan dunia.

Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita harus
menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa. Justru inilah prinsip saya
yang kedua. Inilah filosofisch principe yang nomor dua, yang saya usulkan
kepada Tuan-tuan, yang boleh saya namakan "internasionalime". Tetapi jikalau
saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud kosmopolitisme, yang
tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada
Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika, dan
lain-lainnya. Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar
di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau
tidak hidup dalam taman-sarinya internasionalisme. Jadi, dua hal ini,
saudara-saudara, prinsip 1 dan prinsip 2, yang pertama-tama saya usulkan
kepada tuan-tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain.

Prinsip ketiga

Kemudian, apakah dasar yang ke-3? Dasar itu ialah dasar mufakat, dasar
perwakilan, dasar permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara untuk
satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya.
Tetapi kita mendirikan negara "semua buat semua", "satu buat semua, semua
buat satu". Saya yakin syarat yang mutlak untuk kuatnya negara In-donesia
ialah permusyawaratan perwakilan.

Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Kita,
sayapun, adalah orang Islam, -- maaf beribu-ribu maaf, keislaman saya jauh
belum sempurna, -- tetapi kalau saudara-saudara membuka saya punya dada, dan
melihat saya punya hati, tuan-tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati
Islam.

Dan hati Islam Bung karno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam
permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal, juga
keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan di
dalam Badan Perwakilan Rakyat.

Apa-apa yang belum memuaskan, kita bicarakan di dalam permusyawaratan. Badan
perwakilan, inilah tempat kita untuk mengemukakan tuntutan-tuntutan Islam.
Disinilah kita usulkan kepada pemimpin-pemimpin rakyat, apa-apa yang kita
rasa perlu bagi perbaikan. Jikalau memang kita rakyat Islam, marilah kita
bekerja sehebat-hebatnya, agar-supaya sebagian yang terbesar dari pada
kursi-kursi badan perwakilan Rakyat yang kita adakan, diduduki oleh utusan
Islam. Jikalau memang rakyat Indonesia rakyat yang bagian besarnya rakyat
Islam, dan jikalau memang Islam disini agama yang hidup berkobar-kobar
didalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap
rakyat itu, agar supaya mengerahkan sebanyak mungkin utusan-utusan Islam ke
dalam badan perwakilan ini. Ibaratnya badan perwakilan Rakyat 100 orang
anggautanya, marilah kita bekerja, bekerja sekeras-kerasnya, agar supaya 60,
70, 80, 90 utusan yang duduk dalam perwakilan rakyat ini orang Islam,
pemuka-pemuka Islam. dengan sendirinya hukum-hukum yang keluar dari badan
perwakilan rakyat itu, hukum Islam pula. Malahan saya yakin, jikalau hal
yang demikian itu nyata terjadi, barulah boleh dikatakan bahwa agama Islam
benar-benar h i d u p di dalam jiwa rakyat, sehingga 60%, 70%, 80%, 90%
utusan adalah orang Islam, pemuka-pemuka Islam, ulama-ulama Islam. Maka saya
berkata, baru jikalau demikian, baru jikalau demikian, hiduplah Islam
Indonesia, dan bukan Islam yang hanya diatas bibirsaja. Kita berkata, 90%
dari pada kita beragama Islam, tetapi lihatlah didalam sidang ini berapa %
yang memberikan suaranya kepada Islam? Maaf seribu maaf, saya tanya hal itu!
Bagi saya hal itu adalah satu bukti, bahwa Islam belum hidup
sehidup-hidupnya di dalam kalangan rakyat. Oleh karena itu, saya minta
kepada saudara-saudara sekalian, baik yang bukan Islam, maupun terutama yang
Islam, setujuilah prinsip nomor 3 ini, yaitu prinsip permusyawaratan,
perwakilan. Dalam perwakilan nanti ada perjoangan sehebat-hebatnya. Tidak
ada satu staat yang hidup betul-betul hidup, jikalau di dalam
badan-perwakilannya tidak seakan-akan bergolak mendidih kawah Candradimuka,
kalau tidak ada perjoangan faham di dalamnya. Baik di dalam staat Islam,
maupun di dalam staat Kristen, perjoangan selamanya ada. Terimalah prinsip
nomor 3, prinsip mufakat, prinsip perwakilan rakyat! Di dalam perwakilan
rakyat saudara-saudara islam dan saudara-saudara kristen bekerjalah sehebat-
hebatnya. Kalau misalnya orang Kristen ingin bahwa tiap-tiap letter di dalam
peraturan-peraturan negara Indonesia harus menurut Injil, bekerjalah
mati-matian, agar suapaya sebagian besar dari pada utusan-utusan yang masuk
badan perwakilan Indonesia ialah orang kristen, itu adil, - fair play!.
Tidak ada satu negara boleh dikatakan negara hidup, kalau tidak ada
perjoangan di dalamnya. Jangan kira di Turki tidak ada perjoangan. Jangan
kira dalam negara Nippon tidak ada pergeseran pikiran. Allah subhanahuwa
Ta'ala memberi pikiran kepada kita, agar supaya dalam pergaulan kita
sehari-hari, kita selalu bergosok, seakan-akan menumbuk membersihkan gabah,
supaya keluar dari padanya beras, dan beras akan menjadi nasi Indonesia yang
sebaik-baiknya. Terimalah saudara-saudara, prinsip nomor 3, yaitu prinsip
permusyawaratan

Prinsip keempat

Priinsip No. 4 sekarang saya usulkan, Saya di dalam 3 hari ini belum
mendengarkan prinsip itu, yaitu prinsip kesejahteraan , prinsip: tidak akan
ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka. Saya katakan tadi: prinsipnya San
Min Chu I ialah Mintsu, Min Chuan, Min Sheng: nationalism, democracy,
sosialism. Maka prinsip kita harus: Apakah kita mau Indonesia Merdeka, yang
kaum kapitalnya merajalela, ataukah yang semua rakyat sejahtera, yang semua
orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku
oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang-pangan kepadanya? Mana yang kita
pilih, saudara-saudara? Jangan saudara kira, bahwa kalau Badan Perwakilan
Rakyat sudah ada, kita dengan sendirinya sudah mencapai kesejahteraan ini.
Kita sudah lihat, di negara-negara Eropah adalah Badan Perwakilan, adalah
parlementaire democracy. Tetapi tidakkah diEropah justru kaum kapitalis
merajalela?

Di Amerika ada suatu badan perwakilan rakyat, dan tidakkah di Amerika kaum
kapitalis merajalela? Tidakkah di seluruh benua Barat kaum kapitalis
merajalela? Padahal ada badan perwakilan rakyat! Tak lain tak bukan
sebabnya, ialah oleh karena badan- badan perwakilan rakyat yang diadakan
disana itu, sekedar menurut resepnya Franche Revolutie. Tak lain tak bukan
adalah yang dinamakan democratie disana itu hanyalah politie-kedemocratie
saja; semata-mata tidak ada sociale rechtvaardigheid, -- tak ada keadilan
sosial, tidak ada ekonomische democratie sama sekali.

Saudara-saudara, saya ingat akan kalimat seorang pemimpin Perancis, Jean
Jaures, yang menggambarkan politieke democratie. "Di dalam Parlementaire
Democratie, kata Jean Jaures, di dalam Parlementaire Democratie, tiap-tiap
orang mempunyai hak sama. Hak politiek yang sama, tiap orang boleh memilih,
tiap-tiap orang boleh masuk di dalam parlement. Tetapi adakah Sociale
rechtvaardigheid, adakah kenyataan kesejahteraan di kalangan rakyat?" Maka
oleh karena itu Jean Jaures berkata lagi: "Wakil kaum buruh yang mempunyai
hak politiek itu, di dalam Parlement dapat menjatuhkan minister. Ia seperti
Raja! Tetapi di dalam dia punya tempat bekerja, di dalam paberik, - sekarang
ia menjatuhkan minister, besok dia dapat dilempar keluar ke jalan raya,
dibikin werkloos, tidak dapat makan suatu apa".

Adakah keadaan yang demikian ini yang kita kehendaki?

Saudara-saudara, saya usulkan: Kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan
demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni
politiek-ecomische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial!
Rakyat Indonesia sudah lama bicara tentang hal ini. Apakah yang dimaksud
dengan Ratu Adil? Yang dimakksud dengan faham Ratu Adil, ialah sociale
rechtvaardigheid. Rakyat ingin sejahtera. Rakyat yang tadinya merasa dirinya
kurang makan kurang pakaian, menciptakan dunia-baru yang di dalamnya a d a
keadilan di bawah pimpinan Ratu Adil. Maka oleh karena itu, jikalau kita
memang betul-betul mengerti, mengingat mencinta rakyat Indonesia, marilah
kita terima prinsip hal sociale rechtvaardigheid ini, yaitu bukan saja
persamaan politiek, saudara-saudara, tetapi pun di atas lapangan ekonomi
kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang
sebaik-baiknya.

Saudara-saudara, badan permusyawaratan yang kita akan buat, hendaknya bukan
badan permusyawaratan politieke democratie saja, tetapi badan yang bersama
dengan ma-syarakat dapat mewujudkan dua prinsip: politieke rechtvaardigheid
dan sociale rechtvaardigheid.

Kita akan bicarakan hal-hal ini bersama-sama, saudara-saudara, di dalam
badan permusyawaratan. Saya ulangi lagi, segala hal akan kita selesaikan,
segala hal! Juga di dalam urusan kepada negara, saya terus terang, saya
tidak akan memilih monarchie. Apa sebab? Oleh karena monarchie
"vooronderstelt erfelijkheid", - turun-temurun. Saya seorang Islam, saya
demokrat karena saya orang Islam, saya meng-hendaki mufakat, maka saya minta
supaya tiap-tiap kepala negara pun dipilih. Tidakkah agama Islam mengatakan
bahwa kepala-kepala negara, baik kalif, maupun Amirul mu'minin, harus
dipilih oleh Rakyat? Tiap-tiap kali kita mengadakan kepala negara, kita
pilih. Jikalau pada suatu hari Ki Bagus Hadikoesoemo misalnya, menjadi
kepala negara Indonesia, dan mangkat, meninggal dunia, jangan anaknya Ki
Hadikoesoemo dengan sendirinya, dengan automatis menjadi pengganti Ki
Hadikoesoemo. Maka oleh karena itu saya tidak mufakat kepada prinsip
monarchie itu.

Prinsip kelima

apakah prinsip ke-5?

Saya telah mengemukakan 4 prinsip:

Kebangsaan Indonesia.

Internasionalisme, - atau peri-kemanusiaan.

Mufakat, - atau demukrasi.

Kesejahteraan sosial.

Prinsip yang kelima hendaknya: Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa.

Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi
masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang
Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang Islam bertuhan
menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w., orang Buddha menjalankan ibadatnya
menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya
ber-Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya
dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya
ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada "egoisme-agama". Dan
hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang bertuhan!

Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan
cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah
hormat-menghormati satu sama lain.

Nabi Muhammad s.a.w. telah memberi bukti yang cukup tentang
verdraagzaamheid, tentang menghormati agama-agama lain. Nabi Isa pun telah
menunjukkan verdraagzaamheid. Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang
kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima dari
pada Negara kita, ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, Ketuanan yang berbudi
pekerti yang luhur, Ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain. Hatiku
akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Negara
Indonesia Merdeka berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa!

Disinilah, dalam pangkuan azas yang kelima inilah, saudara- saudara, segenap
agama yang ada di Indonesia sekarang ini, akan mendapat tempat yang
sebaik-baiknya. Dan Negara kita akan bertuhan pula!

Ingatlah, prinsip ketiga, permufakatan, perwakilan, disitulah tempatnya kita
mempropagandakan idee kita masing-masing dengan cara yang berkebudayaan!

Pancasila

"Dasar-dasar Negara" telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca
Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat disini. Dharma berarti
kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik.
Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan.
Kita mempunyai Panca Inderia. Apa lagi yang lima bilangannya?

(Seorang yang hadir: Pendawa lima).

Pendawapun lima oranya. Sekarang banyaknya prinsip; kebangsaan,
internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ketuhanan, lima pula
bilangannya.

Namanya bukan Panca Dharma, tetapi - saya namakan ini dengan petunjuk
seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Panca Sila. Sila artinya azas
atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara
Indonesia, kekal dan abadi. bilangan lima itu?

Saya boleh peras, sehingga tinggal 3 saja. Saudara-saudara tanya kepada
saya, apakah "perasan" yang tiga itu? Berpuluh-puluh tahun sudah saya
pikirkan dia, ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka, Weltanschauung kita.
Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan internasionalisme, kebangsaan dan
peri-kemanusiaan, saya peras menjadi satu: itulah yang dahulu saya namakan
socio-nationalisme.

Dan demokrasi yang bukan demokrasi barat, tetapi politiek- economische
demokratie, yaitu politieke demokrasi dengan sociale rechtvaardigheid,
demokrasi dengan kesejahteraan, saya peraskan pula menjadi satu: Inilah yang
dulu saya namakan socio-democratie. Tinggal lagi ketuhanan yang menghormati
satu sama lain. Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga:
socio-nationalisme, socio-demokratie, dan ketuhanan. Kalau Tuan senang
kepada simbolik tiga, ambillah yang tiga ini.

Tetapi barangkali tidak semua Tuan-tuan senang kepada trisila ini, dan minta
satu, satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi
menjadi satu. Apakah yang satu itu?

Gotong royong

Sebagai tadi telah saya katakan: kita mendirikan negara Indonesia, yang kita
semua harus men-dukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia,
bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Van Eck buat indonesia, bukan
Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, -
semua buat semua ! Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga
menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu
perkataan "gotong-royong". Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah
negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong!

"Gotong Royong" adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari
"kekeluargaan", saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu faham yang statis,
tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan,
yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo satu karyo, satu gawe.
Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama !
Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat
bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan
semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat
kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong!

Prinsip Gotong Royong diatara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang
Islam dan yang Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan
yang menjadi bangsa Indonesia.

Pancasila menjadi Trisila, Trisila menjadi Eka Sila. Tetapi terserah kepada
tuan-tuan, mana yang Tuan-tuan pilih: trisila, ekasila ataukah pancasila? Is
i n y a telah saya katakan kepada saudara-saudara semuanya. Prinsip-prinsip
seperti yang saya usulkan kepada saudara-saudara ini, adalah prinsip untuk
Indonesia Merdeka yang abadi. Puluhan tahun dadaku telah menggelora dengan
prinsip-prinsip itu. Tetapi jangan lupa, kita hidup didalam masa peperangan,
saudara- saudara. Di dalam masa peperangan itulah kita mendirikan negara
Indonesia, - di dalam gunturnya peperangan! Bahkan saya mengucap syukur
alhamdulillah kepada Allah Subhanahu wata'ala, bahwa kita mendirikan negara
Indonesia bukan di dalam sinarnya bulan purnama, tetapi di bawah palu godam
peperangan dan di dalam api peperangan. Timbullah Indonesia Merdeka,
Indonesia yang gemblengan, Indonesia Merdeka yang digembleng dalam api
peperangan, dan Indonesia Merdeka yang demikian itu adalah negara Indonesia
yang kuat, bukan negara Indonesia yang lambat laun menjadi bubur.

Berhubung dengan itu, sebagai yang diusulkan oleh beberapa
pembicara-pembicara tadi, barangkali perlu diadakan noodmaatregel, peraturan
bersifat sementara. Tetapi dasarnya, isinya Indonesia Merdeka yang kekal
abadi menurut pendapat saya, haruslah Panca Sila. Sebagai dikatakan tadi,
saudara-saudara, itulah harus Weltanschauung kita. Entah saudara- saudara
mufakatinya atau tidak, tetapi saya berjoang sejak tahun 1918 sampai 1945
sekarang ini untuk Weltanschauung itu. Untuk membentuk nasionalistis
Indonesia, untuk kebangsaan Indonesia; untuk kebangsaan Indonesia yang hidup
di dalam peri-kemanusiaan; untuk permufakatan; untuk sociale
rechtvaardigheid; untuk ke-Tuhananan. Panca Sila, itulah yang berkobar-kobar
di dalam dada saya sejak berpuluh-puluh tahun. Tetapi, saudara-saudara,
diterima atau tidak, terserah saudara-saudara. Tetapi saya sendiri mengerti
seinsyaf- insyafnya, bahwa tidak satu Weltaschauung dapat menjelma dengan
sendirinya, menjadi realiteit dengan sendirinya. Tidak ada satu
Weltanschauung dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak dengan
perjoangan!

Janganpun Weltanschauung yang diadakan oleh manusia, jangan pun yang
diadakan Hitler, oleh Stalin, oleh Lenin, oleh Sun Yat Sen! "De Mensch", --
manusia! --, harus perjoangkan itu. Zonder perjoangan itu tidaklah ia akan
menjadi realiteit! Leninisme tidak bisa menjadi realiteit zonder perjoangan
seluruh rakyat Rusia, San Min Chu I tidak dapat menjadi kenyataan zonder
perjoangan bangsa Tionghoa, saudara-saudara! Tidak! Bahkan saya berkata
lebih lagi dari itu: zonder perjoangan manusia, tidak ada satu hal agama,
tidak ada satu cita-cita agama, yang dapat menjadi realiteit. Janganpun
buatan manusia, sedangkan perintah Tuhan yang tertulis di dalam kitab
Qur'an, zwart op wit (tertulis di atas kertas), tidak dapat menjelma menjadi
realiteit zonder perjoangan manusia yang dinamakan ummat Islam. Begitu pula
perkataan-perkataan yang tertulis didalam kitab Injil, cita-cita yang
termasuk di dalamnya tidak dapat menjelma zonder perjoangan ummat Kristen.

Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Panca Sila yang saya
usulkan itu, menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi
satu bangsa, satu nationali- teit yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota
dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup diatas
dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid,
ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan ke-Tuhanan yang luas dan
sempurna, --janganlah lupa akan syarat untuk menyeleng-garakannya, ialah
perjoangan, perjoangan, dan sekali lagi pejoangan. Jangan mengira bahwa
dengan berdirinya negara Indonesia Merdeka itu perjoangan kita telah
berakhir. Tidak! Bahkan saya berkata: Di-dalam Indonesia Merdeka itu
perjoangan kita harus berjalan t e r u s, hanya lain sifatnya dengan
perjoangan sekarang, lain coraknya. Nanti kita, bersama-sama, sebagai bangsa
yang bersatu padu, berjoang terus menyelenggarakan apa yang kita
cita-citakan di dalam Panca Sila. Dan terutama di dalam zaman peperangan
ini, yakinlah, insyaflah, tanamkanlah dalam kalbu saudara-saudara, bawa
Indonesia Merdeka tidak dapat datang jika bangsa Indonesia tidak mengambil
risiko, -- tidak berani terjun menyelami mutiara di dalam samudera yang
sedalam-dalamnya.

Jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak menekad-mati-matian untuk
mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik
bangsa Indonesia buat selama-lamanya, sampai keakhir jaman! Kemerdekaan
hanya- lah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, yang jiwanya berkobar-kobar
dengan tekad "Merdeka, -- merdeka atau mati"!

Catatan:

? Yang
dimaksud Dnepropetrovsk, suatu kawasan industri di mana terdapat bendungan
raksasa di sungai Dnepr, dan disitu dibangun stasiun pembangkit tenaga
listrik yang merupakan tulang punggung perindustrian Soviet Rusia (ket. -
LSSPI)

Sumber:

http://umarsaid.free.fr/Lahirnya%20Pancasila.html
______dikutip dari sarikata, dikirm oleh Ananto Pratikno_______