Jumat, 26 Agustus 2011

Idul Fitri & Mudik



Komaruddin Hidayat



Idul Fitri dan mudik mempunyai paralelisme makna. Idul Fitri artinya kembali

pada fitrah. Mudik adalah peristiwa budaya yang menyertainya yang terkait dengan aspek psikologis.Ada dorongan-kerinduan yang kuat untuk pulang menapak tilas tempat lahir,tempat yang menyimpan memori pada masa anak-anak, remaja.



Di Indonesia momentum idul fitri dan mudik didukung pembenaran teologis

untuk menyampaikan bakti, permohonan maaf kepada handai tolan khususnya orang tua.

Esensi mudik relevan dengan sifat manusia yang suka ber-festival. Festival

itu bersifat masif,melibatkan banyak orang. Maka di sana terjadi pemuatan dan penyampaian pesan keagamaan secara implisit.



Misalnya saja, ibadah haji diwarnai dengan kegiatan mengenang Nabi Ibrahim.

Itu adalah bagian dari proses pengayaan batin. Mudik juga demikian merupakan acara festival. Saat itu peristiwa agama hadir untuk memberi makna pada kultural, akhirnya semua saling menguatkan dalam sebuah festival-perayaan.



Mudik juga mengandung aspek sosial yang sangat potensial jika diarahkan

sebagai gerakan nasional untuk mengawetkan budaya. Ada penguatan budaya yg memberi nilai tambah pada mudik itu sendiri.Misalnya saja sewaktu pulang kampung diadakan reuni sekolah untuk menyumbang buku; gerakan sosial menghimpun dana pendidikan untuk pendidikan anak-anak yang terpaksa putus sekolah karena kendala biaya. Dengan demikian mudik bisa lebih produktif dan bernilai sosial.Daripada sekedar pamer kekayaan dan memancing orang untuk melakukan urbanisasi.



Mudik berdimensi sosial ekonomi dan politik.Pemerintah seharusnya menyediakan infrastruktur yang memadai guna memperlancar arus mudik. Berkumpulnya masyarakat kota di desa dalam suasana lebaran membangun penyadaran akan ketimpangan pembangunan antara kota dan desa. Diharapkan akan muncul kesetiakawanan sosial. Mobilitas manusia yang masif akan berdampak perputaran uang dari kota ke desa.Jadi kerusakan jalan pada jalur mudik yang setiap tahun menyita perhatian semestinya tidak perlu

terjadi jika pemerintah memahami pentingnya mudik.



Sumber lengkap : Liburan-Mudik Mengawetkan Budaya

Komaruddin Hidayat - Rektor UIN Syarif Hidayatullah untuk KOMPAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar