"Selalu ada perempuan hebat, di samping laki-laki hebat..."
UNGKAPAN ini laiknya filosofi tentang perempuan menurut budaya Jawa.
"Estri", salah satu terminologi di Jawa untuk menyebut perempuan ini
berasal dari bahasa Kawi (estren), yang berarti panjurung atau pendorong.
Hampir sama denga kata "garwo", berdasarkan etimologi rakyat Jawa,
dipresepsikan sebagai "sigaraning nyowo" (belahan jiwa). Perempuan modern
mengartikan falsafah Jawa ini untuk menepis anggapan bahwa perempuan dalam
budaya Jawa bukan sekedar konco wingking atau pemandu sorak belaka.
Sering juga, istri disimbolkan sebagai "pedharingan" alias periuk. Dahulu,
periuk adalah tempat menyimpan beras atau menanak nasi. Ini diartikan
sebagai fungsi perempuan untuk menyimpan harta benda yang dicari suami,
kemudian mengolahnya untuk kelangsungan hidup keluarga.
Fungsi tersebut tak ubahnya sebagaimana seorang sutradara yang berperan di
belakang layar. Dimana seorang istri sangat berpengaruh dalam menentukan
keputusan rumah tangga. Lalu, seperti apa ciri perempuan ideal yang selalu
diharapkan oleh seorang laki-laki itu? Berikut ciri perempuan ideal yang
dikutip dari Serat Candraning Wanita.
1. Mrica Pecah - Butiran Merica yang Pecah
Perempuan dalam kategori ini adalah perempuan yang digambarkan sebagai
perempuan dengan badan yang ramping dan padat, dengan kulit putih dan
dengan payudara yang montok.
Sifat dari ciri utama perempuan ini adalah kemampuannya yang dengan mudah
dapat diterima di berbagai kalangan, tapi sangat rapat menyimpan rahasia.
Perempuan seperti ini dikatakan akan membawa kebahagiaan kepada pasangan
yang memiliki kedudukan yang tinggi, karena kemampuannya untuk mendampingi
suami dalam berbagai kesempatan sekaligus kemampuannya untuk dapat menutup
mulut dan menjaga kehormatan sang suami.
2. Surya Sumurup - Matahari Tenggelam
Bagikan semburat jingga di langit ketika mentari tenggelam, perempuan
seperti ini membawa keindahan dan menampilkan keindahan yang luar biasa.
Tidak hanya indah secara fisik, tapi juga dipercaya akan mampu menjadi
kebanggaan pasangan karena kesetiaan luar biasa yang dimilikinya.
Ciri fisik perempuan ini adalah bibirnya yang berwarna merah jambu, dengan
sorot mata yang agak kebiruan. Rambut di dahi digambarkan kuncup seperti
bunga turi, dan alis perempuan dalam tipe ini digambarkan memiliki alis
yang melengkung indah seperti bulan sabit. Bukan hanya secara fisik dan
kesetiaan, bahkan digambarkan, perempuan ini sanggup memberikan perlawanan
yang berarti dalam urusan pertarungan asmara.
3. Menjangan (atau Macan) Ketawan - Kijang (atau Harimau) Tertawan
Perempuan seperti ini digambarkan memiliki sifat yang siap dan akan selalu
memberikan perlawanan yang pas bagi pasangannya, sehingga sang pasangan
tidak akan pernah merasa bosan karena bersanding dengan perempuan seperti
ini bagaikan petualangan menyenangkan, dan selalu memberikan kejutan yang
menarik untuk di selami.
Secara fisik perempuan seperti ini memiliki gambaran wajah yang cerah
ceria, mata yang terbuka lebar dan terlihat bersemangat, kulit yang
bercahaya, memiliki sifat yang keras, tapi murah hati dan selalu menolong.
Fisik perempuan dalam kategori ini tergolong agak besar, walau tidak
berarti tegap. Perempuan yang masuk dalam kategori ini adalah perempuan
yang tidak mudah tergoda dan mampu memberikan kehangatan kepada pasangannya.
Seringkali seorang perempuan tidak memiliki satu ciri saja, terkadang
memiliki beberapa ciri campuran yang menyebabkan setiap perempuan menjadi
unik, cantik dan ideal dengan caranya sendiri. *****
Sumber: SMCN
Jumat, 24 Februari 2012
Cemburu Itu Perlu
CEMBURU itu bumbu, meski kadang menyimpan rasa sakit bahkan dendam, namun
dengan kadar yang pas, cemburu dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar
cintanya pada Anda.
Rasa cemburu wajar hadir seiring perasaan cinta atau sayang terhadap
pasangan. Sebuah rasa takut kehilangan pasangan atau yang lebih parah
kehilangan cinta itu sendiri.
Anda hanya perlu mengontrol seberapa kuat bisa melawan perasaan itu. Rasa
cemburu yang dikelola dengan baik, justru bisa memunculkan perasaan hangat
yang teraliri dalam jiwa, bahkan hadirnya bisa menepis debat sengit yang
berpotensi menghancurkan hubungan.
Lalu, mengapa cemburu itu perlu? Munculnya rasa ini adalah tanda bahwa Anda
benar-benar peduli dengan pasangan. Sinyal tubuh mengirim respon, ada suatu
hal yang membahayakan dirinya.
Inilah bentuk dari perlindungan diri yang reflek terjadi. Rasa ini akan
berkembang menjadi hal yang baik, yang terdorong perasaan ingin melindungi
pasangan dari ancaman bahaya.
Jadi, apa yang harus dilakukan saat cemburu itu hadir? Jangan dulu
menyalahkan. Bijaknya, bertanyalah lebih dulu. Beri kesempatan ia
menjelaskan. Katakan bahwa tak pernah ada keinginan untuk memancing
pertengkaran, hanya niat untuk melindungi hubungan.
Ini dia, lima pertanyaan mengandung kadar bahaya
1. Apakah ia tertarik secara seksual pada wanita itu?
2. Apakah Anda menemukan pasangan berfantasi dengan wanita
lain?
3. Apakah ia merasa tertarik secara emosional dengan wanita
lain?
4. Apakah ia membuka diri dan berbagi informasi pribadi
dengan wanita lain?
5. Apakah sesuatu terjadi antara ia dan wanita lain yang
disembunyikan?
Melalui sejumlah pertanyaan itu, mainkan logika untuk menilai apakah rasa
cemburu itu sinyal serius atau hanya cemburu buta. Jika ternyata cemburu
itu tak beralasan, jangan malu untuk meminta maaf terlebih dulu.
dengan kadar yang pas, cemburu dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar
cintanya pada Anda.
Rasa cemburu wajar hadir seiring perasaan cinta atau sayang terhadap
pasangan. Sebuah rasa takut kehilangan pasangan atau yang lebih parah
kehilangan cinta itu sendiri.
Anda hanya perlu mengontrol seberapa kuat bisa melawan perasaan itu. Rasa
cemburu yang dikelola dengan baik, justru bisa memunculkan perasaan hangat
yang teraliri dalam jiwa, bahkan hadirnya bisa menepis debat sengit yang
berpotensi menghancurkan hubungan.
Lalu, mengapa cemburu itu perlu? Munculnya rasa ini adalah tanda bahwa Anda
benar-benar peduli dengan pasangan. Sinyal tubuh mengirim respon, ada suatu
hal yang membahayakan dirinya.
Inilah bentuk dari perlindungan diri yang reflek terjadi. Rasa ini akan
berkembang menjadi hal yang baik, yang terdorong perasaan ingin melindungi
pasangan dari ancaman bahaya.
Jadi, apa yang harus dilakukan saat cemburu itu hadir? Jangan dulu
menyalahkan. Bijaknya, bertanyalah lebih dulu. Beri kesempatan ia
menjelaskan. Katakan bahwa tak pernah ada keinginan untuk memancing
pertengkaran, hanya niat untuk melindungi hubungan.
Ini dia, lima pertanyaan mengandung kadar bahaya
1. Apakah ia tertarik secara seksual pada wanita itu?
2. Apakah Anda menemukan pasangan berfantasi dengan wanita
lain?
3. Apakah ia merasa tertarik secara emosional dengan wanita
lain?
4. Apakah ia membuka diri dan berbagi informasi pribadi
dengan wanita lain?
5. Apakah sesuatu terjadi antara ia dan wanita lain yang
disembunyikan?
Melalui sejumlah pertanyaan itu, mainkan logika untuk menilai apakah rasa
cemburu itu sinyal serius atau hanya cemburu buta. Jika ternyata cemburu
itu tak beralasan, jangan malu untuk meminta maaf terlebih dulu.
Cinta Pasti Memiliki
�Jika Anda mencintai hingga terluka, tak akan ada yang terciderai. Yang
Anda temui adalah makin tulusnya cinta.�
-- Kata Bijak --
SEBUAH pesan singkat masuk di telepon seluler. Isinya: �Finally, sir. Kami
resmi berpisah. Plonk rasanya.� Si pengirim pesan singkat itu, Irma,
bekerja sebagai General Manager disatu kantor konsultan di Jakarta. Irma,
seorang perempuan yang hampir empat tahun menanti proses perceraiannya
usai. Namun entahlah apa yang terjadi sehingga proses itu berlarut-larut.
Hingga akhirnya, keputusan itu pun turun. Plonk rasanya, begitu katanya.
Mereka akhirnya memutuskan berpisah. Cerai. Alias dengan surat resmi yang
dicatat dalam sebuah akta, mungkin itu kata yang paling tepat. Pernikahan
yang telah dibina selama hampir sepuluh tahun itu tak bisa dipertahankan
lagi. Apa alasan yang membuat Budi dan Irma sepakat untuk tidak sepakat
lagi dalam membina biduk rumah tangganya?
Budi dan Irma bukannya tidak sadar akan keputusan yang mereka ambil.
Apalagi mereka masih mempunyai seorang putri yang masih lucu dan imut. Anak
semata wayang mereka yang masih berusia lima tahun, Desya. Mereka
sepenuhnya sadar, tanpa paksaan dari pihak mana pun untuk berpisah. Tekad
mereka sudah bulat, tidak lonjong lagi. Cerai bagi mereka merupakan pilihan
terbaik saat itu.
Perbedaan prinsiplah yang menyebabkan mereka akhirnya memutuskan untuk
bercerai. Kesibukan Irma yang luar biasa dalam pekerjaan ternyata tidak
disetujui oleh Budi, suaminya, yang bekerja di perusahaan kontraktor asing.
Sedangkan Irma tetap bersikukuh bahwa hal itu merupakan haknya dalam meniti
karir yang sedang dijalaninya. Bukankah sekarang zamannya keterbukaan dan
emansipasi, begitu pikir Irma. Bagi Budi, keluarga tetaplah nomor satu bagi
seorang ibu. Apa boleh buat, tak ada kata sepakat di sini. Walau bukan
berarti �no big deal�. Tak ada yang bisa mengalah satu sama lain. Selesai
sudah ikatan resmi tali cinta mereka. Satu kisah diresmikan di depan
penghulu sebelumnya. Kini, mereka berdua bukan siapa-siapa lagi.
Lantas setelah semua berlalu, apakah kisah berikutnya yang harus dilakoni
dua insan ini? Tentu ada konsekuensi yang harus mereka jalani. Nah, siapa
lagi kalau bukan Desya, putri semata wayang mereka. Ikatan resmi tali cinta
bolehlah selesai. Namun perjalanan hidup buah kisah kasih mereka tak boleh
terhenti di tengah jalan. Desya tetap membutuhkan kasih sayang dari kedua
orang tuanya. Ia juga membutuhkan biaya untuk hidup, dan tentu saja, untuk
pendidikannya. Irma dan Budi sepakat untuk berbagi: di akhir pekan saatnya
Desya menghabiskan waktunya bersama sang ayah, setelah sepekan penuh
tinggal bersama ibunya.
Inilah akibat dari sebuah perpisahan. Namun, Irma dan Budi paham betul akan
konsekuensi perpisahan ini. Walau sudah tak berada dalam satu ikatan lagi,
namun mereka memikul tanggung jawab bersama, yakni kehidupan Desya. Tapi,
benarkah cinta Irma dan Budi terhenti hingga cukup sekian di sini?
Walau sudah bercerai, namun keduanya masih tetap berkomunikasi dengan baik.
Bahkan kini jauh lebih baik. Hubungan mereka seperti layaknya kakak dan
adik. Budi yang sejak awal mengetahui kepandaian dan kecerdasan Irma, malah
mendorong karir mantan istrinya yang pada awalnya ditentang. Sebaliknya,
Irma pun merasa termotivasi. Pesan dari Budi begitu menancap di kepalanya.
Rupanya inilah wujud cinta baru di antara mereka. Mereka memang sudah tidak
terikat pernikahan, namun cinta sejati yang semestinya tumbuh saat mereka
berkasih mesra, kini malah muncul. Mereka sadar dapat lebih saling
mencintai ketika mereka tidak berada dalam ikatan pernikahan.
Selama ini selalu dipersepsikan bahwa mencintai seseorang tak harus
memiliki. Justeru sebaliknya. Cinta pasti memiliki. Memiliki tidak berarti
bahwa Anda harus menikah dengan orang yang Anda cintai. Memiliki dalam arti
suatu pernikahan, itu hanyalah sekedar persoalan administratif belaka. Dan
bila cinta tidak sampai ke pernikahan, tak berarti cinta itu hilang.
Kalau Anda mencintai seseorang, maka sudah tentu Anda berusaha untuk
memberikan yang terbaik bagi dirinya. Tak ada kata tapi. Tak ada kata
seharusnya begini dan begitu. Utuh tanpa syarat. Makna yang lebih dalam,
bukan hanya materi dan perasaan semata, Anda pun harus memberikan kepadanya
kebebasan. Memberikan kepadanya untuk memilih pilihan-pilihan yang
dikehendakinya. Memberikan kepadanya kesempatan untuk berkembang sesuai
kehendak hati nuraninya.
Atau dengan kata lain, memberikan semua yang terbaik bagi orang yang
dicintainya dan menerima segala kekurangannya. Bila memberi yang kita
miliki, jangan harap kembali, karena bisa jadi hilang untuk selamanya.
Bunda Teresa pernah mengatakan, mencintai secara sejati adalah mencintai
hingga terluka. Sekali memberi diri, cinta harus tuntas tanpa kembali.
Karena setiap kali cinta diberikan, ada onggokan hati yang ikut tergali
dari pemberi cinta.
Mencintai seseorang memang harus sepenuh hati. Tetapi patut diingat, hal
itu tidak musti berlaku sebaliknya. Suatu anugerah bila cinta yang kita
berikan kepada orang lain, terjadi timbal balik dari orang yang juga
dicintai. Tetapi kenyataannya, tidaklah selalu demikian. Tapi sekali lagi,
bukan berarti bahwa cinta itu harus pergi.
Satu contoh cinta sejati yang tak perlu diperdebatkan lagi, adalah cinta
orangtua kepada anaknya. Orangtua manapun, pasti akan memberikan yang
terbaik bagi anaknya. Hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Dibalik rasa
kekawatiran mereka terhadap sang anak, bagi orangtua yang bijak, mereka
tetap menyerahkan sepenuhnya kebebasan hidup bagi anaknya. Memberikan
kebebasan bagi sang anak untuk memilih pekerjaan yang cocok, karir yang
dijalankan, dan tentu saja pasangan hidup yang diinginkan. Orangtua tentu
tak akan mengekang keinginan-keinginan tersebut. Mengapa? Karena rasa
cintanya yang besar kepada sang anak. Cinta yang memiliki. Bahkan ketika
sang anak telah berumah tangga.
Cinta, pada akhirnya, memang hanya sebuah kata, tetapi beribu makna. Orang
yang memberikan cintanya secara utuh adalah mereka yang paling memahami
makna tersebut.
Sumber: Cinta Pasti Memiliki oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di
Jakarta
Anda temui adalah makin tulusnya cinta.�
-- Kata Bijak --
SEBUAH pesan singkat masuk di telepon seluler. Isinya: �Finally, sir. Kami
resmi berpisah. Plonk rasanya.� Si pengirim pesan singkat itu, Irma,
bekerja sebagai General Manager disatu kantor konsultan di Jakarta. Irma,
seorang perempuan yang hampir empat tahun menanti proses perceraiannya
usai. Namun entahlah apa yang terjadi sehingga proses itu berlarut-larut.
Hingga akhirnya, keputusan itu pun turun. Plonk rasanya, begitu katanya.
Mereka akhirnya memutuskan berpisah. Cerai. Alias dengan surat resmi yang
dicatat dalam sebuah akta, mungkin itu kata yang paling tepat. Pernikahan
yang telah dibina selama hampir sepuluh tahun itu tak bisa dipertahankan
lagi. Apa alasan yang membuat Budi dan Irma sepakat untuk tidak sepakat
lagi dalam membina biduk rumah tangganya?
Budi dan Irma bukannya tidak sadar akan keputusan yang mereka ambil.
Apalagi mereka masih mempunyai seorang putri yang masih lucu dan imut. Anak
semata wayang mereka yang masih berusia lima tahun, Desya. Mereka
sepenuhnya sadar, tanpa paksaan dari pihak mana pun untuk berpisah. Tekad
mereka sudah bulat, tidak lonjong lagi. Cerai bagi mereka merupakan pilihan
terbaik saat itu.
Perbedaan prinsiplah yang menyebabkan mereka akhirnya memutuskan untuk
bercerai. Kesibukan Irma yang luar biasa dalam pekerjaan ternyata tidak
disetujui oleh Budi, suaminya, yang bekerja di perusahaan kontraktor asing.
Sedangkan Irma tetap bersikukuh bahwa hal itu merupakan haknya dalam meniti
karir yang sedang dijalaninya. Bukankah sekarang zamannya keterbukaan dan
emansipasi, begitu pikir Irma. Bagi Budi, keluarga tetaplah nomor satu bagi
seorang ibu. Apa boleh buat, tak ada kata sepakat di sini. Walau bukan
berarti �no big deal�. Tak ada yang bisa mengalah satu sama lain. Selesai
sudah ikatan resmi tali cinta mereka. Satu kisah diresmikan di depan
penghulu sebelumnya. Kini, mereka berdua bukan siapa-siapa lagi.
Lantas setelah semua berlalu, apakah kisah berikutnya yang harus dilakoni
dua insan ini? Tentu ada konsekuensi yang harus mereka jalani. Nah, siapa
lagi kalau bukan Desya, putri semata wayang mereka. Ikatan resmi tali cinta
bolehlah selesai. Namun perjalanan hidup buah kisah kasih mereka tak boleh
terhenti di tengah jalan. Desya tetap membutuhkan kasih sayang dari kedua
orang tuanya. Ia juga membutuhkan biaya untuk hidup, dan tentu saja, untuk
pendidikannya. Irma dan Budi sepakat untuk berbagi: di akhir pekan saatnya
Desya menghabiskan waktunya bersama sang ayah, setelah sepekan penuh
tinggal bersama ibunya.
Inilah akibat dari sebuah perpisahan. Namun, Irma dan Budi paham betul akan
konsekuensi perpisahan ini. Walau sudah tak berada dalam satu ikatan lagi,
namun mereka memikul tanggung jawab bersama, yakni kehidupan Desya. Tapi,
benarkah cinta Irma dan Budi terhenti hingga cukup sekian di sini?
Walau sudah bercerai, namun keduanya masih tetap berkomunikasi dengan baik.
Bahkan kini jauh lebih baik. Hubungan mereka seperti layaknya kakak dan
adik. Budi yang sejak awal mengetahui kepandaian dan kecerdasan Irma, malah
mendorong karir mantan istrinya yang pada awalnya ditentang. Sebaliknya,
Irma pun merasa termotivasi. Pesan dari Budi begitu menancap di kepalanya.
Rupanya inilah wujud cinta baru di antara mereka. Mereka memang sudah tidak
terikat pernikahan, namun cinta sejati yang semestinya tumbuh saat mereka
berkasih mesra, kini malah muncul. Mereka sadar dapat lebih saling
mencintai ketika mereka tidak berada dalam ikatan pernikahan.
Selama ini selalu dipersepsikan bahwa mencintai seseorang tak harus
memiliki. Justeru sebaliknya. Cinta pasti memiliki. Memiliki tidak berarti
bahwa Anda harus menikah dengan orang yang Anda cintai. Memiliki dalam arti
suatu pernikahan, itu hanyalah sekedar persoalan administratif belaka. Dan
bila cinta tidak sampai ke pernikahan, tak berarti cinta itu hilang.
Kalau Anda mencintai seseorang, maka sudah tentu Anda berusaha untuk
memberikan yang terbaik bagi dirinya. Tak ada kata tapi. Tak ada kata
seharusnya begini dan begitu. Utuh tanpa syarat. Makna yang lebih dalam,
bukan hanya materi dan perasaan semata, Anda pun harus memberikan kepadanya
kebebasan. Memberikan kepadanya untuk memilih pilihan-pilihan yang
dikehendakinya. Memberikan kepadanya kesempatan untuk berkembang sesuai
kehendak hati nuraninya.
Atau dengan kata lain, memberikan semua yang terbaik bagi orang yang
dicintainya dan menerima segala kekurangannya. Bila memberi yang kita
miliki, jangan harap kembali, karena bisa jadi hilang untuk selamanya.
Bunda Teresa pernah mengatakan, mencintai secara sejati adalah mencintai
hingga terluka. Sekali memberi diri, cinta harus tuntas tanpa kembali.
Karena setiap kali cinta diberikan, ada onggokan hati yang ikut tergali
dari pemberi cinta.
Mencintai seseorang memang harus sepenuh hati. Tetapi patut diingat, hal
itu tidak musti berlaku sebaliknya. Suatu anugerah bila cinta yang kita
berikan kepada orang lain, terjadi timbal balik dari orang yang juga
dicintai. Tetapi kenyataannya, tidaklah selalu demikian. Tapi sekali lagi,
bukan berarti bahwa cinta itu harus pergi.
Satu contoh cinta sejati yang tak perlu diperdebatkan lagi, adalah cinta
orangtua kepada anaknya. Orangtua manapun, pasti akan memberikan yang
terbaik bagi anaknya. Hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Dibalik rasa
kekawatiran mereka terhadap sang anak, bagi orangtua yang bijak, mereka
tetap menyerahkan sepenuhnya kebebasan hidup bagi anaknya. Memberikan
kebebasan bagi sang anak untuk memilih pekerjaan yang cocok, karir yang
dijalankan, dan tentu saja pasangan hidup yang diinginkan. Orangtua tentu
tak akan mengekang keinginan-keinginan tersebut. Mengapa? Karena rasa
cintanya yang besar kepada sang anak. Cinta yang memiliki. Bahkan ketika
sang anak telah berumah tangga.
Cinta, pada akhirnya, memang hanya sebuah kata, tetapi beribu makna. Orang
yang memberikan cintanya secara utuh adalah mereka yang paling memahami
makna tersebut.
Sumber: Cinta Pasti Memiliki oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di
Jakarta
Kamis, 23 Februari 2012
Kaya itu tidak selalu Uang
" Orang yang kaya itu bukanlah dengan banyaknya harta benda, tapi orang kaya adalah yang kaya jiwanya "
-HR.Muslim-
Mungkin dasar itu yang membuatku coba berpikir, buat apa sih mengejar materi berlebih. Mungkin pendapat orang berbeda-beda ! karena menurut sebagian orang, materi alias duit, alias uang seakan menjadi alat tukar yang begitu di dewakan. Tetapi berbeda denganku... kurasa yang namanya duit atau uang bisa menjadi dua mata pisau yang lambat laun bisa sangat membantu dan menjerumuskan kita.
Siapa sih yang ga butuh materi, duit, uang, dan harta ?
Semua orang pasti menginginkan duit, baik dari orang golongan pemulung (maaf) sampai seorang jutawan, pejabat, atau penguasa. Jika kita mau menilik sebentar 10 besar orang terkaya di Indonesia pastilah kita tercengang ?
Data tahun 2010 menyebutkan 10 besar orang terkaya sbb :
1. Budi Hartono (Djarum) 4,8 miliar dollar AS
2. Eka Tjipta Wijaya (Sinar Mas) 4 miliar dollar AS
3. Anthony Salim (Salim) 3,6 miliar dollar AS
4. Aburizal Bakrie (Bakrie) 3 miliar dollar AS
5. Martua Sitorus (Wilmar) 2,5 miliar dollar AS
6. Putra Sampoerna (Sampoerna Capital) 2,4 miliar dollar AS
7. Sukanto Tanato (Raja Garuda Mas) 1,8 miliar dollar AS
8. Dato Low Tuck Kwong (Bayan) 1,4 miliar dollar AS
9. Peter Sondakh (Rajawali) 1,3 miliar dollar AS
10. Eddy William Katuari (Wings) 1,3 miliar dollar AS
sedangkan tahun 2011, sbb :
1. R Budi & Michael Hartono 11 miliar dollar AS
2. Susilo Wonowidjojo 8 miliar dollar AS
3. Eka Tjipta Widjaja 6 miliar dollar AS
4. Martua Sitorus 3,2 miliar dollar AS
5. Anthoni Salim 3 miliar dollar AS
6. Sri Prakash Lohia 2,65 miliar dollar AS
7. Low Tuck Kwong 2,6 miliar dollar AS
8. Peter Sondakh 2,4 miliar dollar AS
9. Putra Sampoerna 2,3 miliar dollar AS
10. Aburizal Bakrie 2,1 miliar dollar AS
Lalu apa yang sebenarnya menjadi masalah ?
ya, masalahnya adalah bagaimana 10 orang tersebut bisa mengumpulkan materi sebanyak itu ?
Itu pertanyaan yang kadang terucap oleh sebagian besar masyarakat. Tapi tak ada salahnya coba aku telisik lebih jauh.
Analisis sederhana seperti ini, hampir sebagian besar orang-orang kaya tersebut memiliki bisnis yang bisa dibilang tidak fokus. Hampir sebagian besar sektor mereka coba tekuni. Baik bisnis rokok, makanan dan minuman, media, property, dan yang cukup menggiurkan adalah bisnis "tambang".
Berbicara masalah tambang, di Indonesis sendiri memiliki mineral apapun yang bisa dimanfaatkan dan sangat dibutuhkan dalam sebuah industri, baik itu minyak bumi, batubara, nikel, timah, emas, bauksit, dll. Bahkan konon kabarnya hasil tambang dari segala jenis yang ada di perut bumi pertiwi bisa dimanfaatkan hingga 100 tahun kedepan dengan nilai hampir 100juta dollar per tahun. Wau ? gile bener ini negara bisa kaya banget. Tapi kenapa justru sebaliknya ya ?
Kembali ke masalah orang kaya tadi, hampir sebagian besar daerah-daerah tambang itu dikuasai oleh asing yang justru manfaatnya sangat jauh dirasakan oleh negara sendiri. Bayangkan saja, Indistri tambang sebesar Freeport yang ada di Jayapura, Pemerintah hanya dapat royalty sebesar 1 persen #buajingan#. Ini negara apa kabupaten sih sebenarnya !! Belum 1 persen masih menjadi bulan-bulanan aparat tikus yang doyan duit...habis sudah deh tu duit 1 persen dan ga bakalan masuk ke kas negara :(
Pengusaha-pengusaha Indonesia-pun bila ditelisik lebih jauh, hanya menguasai tambang-tambang kecil yang itupun proses legalisasinya masih hitam abu-abu alias menjadi pergunjingan. Dari mulai perizinan tambang, sengketa dengan tanah adat, dan kongkalikong dengan pemerintah daerah. Belum lagi dampak yang muncul akibat penambangan tersebut bagi masyarakat sekitar yang kebanyakan sih merugikan. Dari kerusakan ekosistem, perubahan money oriented dari masyarakat sekitar tambang, hingga kerusakan hutan dan alam. Sungguh ironis memang :(
Padahal bila dilihat lebih mendalam, walaupun tambang-tambang kecil seperti itu. Namun hasilnya sangat mencengangkan. Asal kalian tahu saja, kekayaan orang-orang kaya Indonesia ini pun meningkat tajam dibandingkan dengan tahun lalu itu disebabkan harga komoditas, seperti hasil tambang batubara dan minyak sawit, yang semakin meroket.
Yang menjadi pertanyaanku lagi, orang kaya tersebut apa juga kaya jiwa ya ? entahlah...
buktinya masih ada sekolah rusak....
buktinya masih banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah
buktinya masih banyak pemuda-pemuda di daerah yang menjadi pengangguran
buktinya masih banyak saudara-saudara kita yang masih sangat butuh uluran tangan
dan masih banyak lagi...
Apa susahnya orang-orang kaya tersebut bergabung menjadi satu, menyisihkan hartanya untuk membangun Indonesia yang lebih baik, masa depan negeri, anak-anak negeri
wahai orang kaya..dimana hati nuranimu ?
Aku anak Indonesia, selamanya Indonesia
-HR.Muslim-
Mungkin dasar itu yang membuatku coba berpikir, buat apa sih mengejar materi berlebih. Mungkin pendapat orang berbeda-beda ! karena menurut sebagian orang, materi alias duit, alias uang seakan menjadi alat tukar yang begitu di dewakan. Tetapi berbeda denganku... kurasa yang namanya duit atau uang bisa menjadi dua mata pisau yang lambat laun bisa sangat membantu dan menjerumuskan kita.
Siapa sih yang ga butuh materi, duit, uang, dan harta ?
Semua orang pasti menginginkan duit, baik dari orang golongan pemulung (maaf) sampai seorang jutawan, pejabat, atau penguasa. Jika kita mau menilik sebentar 10 besar orang terkaya di Indonesia pastilah kita tercengang ?
Data tahun 2010 menyebutkan 10 besar orang terkaya sbb :
1. Budi Hartono (Djarum) 4,8 miliar dollar AS
2. Eka Tjipta Wijaya (Sinar Mas) 4 miliar dollar AS
3. Anthony Salim (Salim) 3,6 miliar dollar AS
4. Aburizal Bakrie (Bakrie) 3 miliar dollar AS
5. Martua Sitorus (Wilmar) 2,5 miliar dollar AS
6. Putra Sampoerna (Sampoerna Capital) 2,4 miliar dollar AS
7. Sukanto Tanato (Raja Garuda Mas) 1,8 miliar dollar AS
8. Dato Low Tuck Kwong (Bayan) 1,4 miliar dollar AS
9. Peter Sondakh (Rajawali) 1,3 miliar dollar AS
10. Eddy William Katuari (Wings) 1,3 miliar dollar AS
sedangkan tahun 2011, sbb :
1. R Budi & Michael Hartono 11 miliar dollar AS
2. Susilo Wonowidjojo 8 miliar dollar AS
3. Eka Tjipta Widjaja 6 miliar dollar AS
4. Martua Sitorus 3,2 miliar dollar AS
5. Anthoni Salim 3 miliar dollar AS
6. Sri Prakash Lohia 2,65 miliar dollar AS
7. Low Tuck Kwong 2,6 miliar dollar AS
8. Peter Sondakh 2,4 miliar dollar AS
9. Putra Sampoerna 2,3 miliar dollar AS
10. Aburizal Bakrie 2,1 miliar dollar AS
Lalu apa yang sebenarnya menjadi masalah ?
ya, masalahnya adalah bagaimana 10 orang tersebut bisa mengumpulkan materi sebanyak itu ?
Itu pertanyaan yang kadang terucap oleh sebagian besar masyarakat. Tapi tak ada salahnya coba aku telisik lebih jauh.
Analisis sederhana seperti ini, hampir sebagian besar orang-orang kaya tersebut memiliki bisnis yang bisa dibilang tidak fokus. Hampir sebagian besar sektor mereka coba tekuni. Baik bisnis rokok, makanan dan minuman, media, property, dan yang cukup menggiurkan adalah bisnis "tambang".
Berbicara masalah tambang, di Indonesis sendiri memiliki mineral apapun yang bisa dimanfaatkan dan sangat dibutuhkan dalam sebuah industri, baik itu minyak bumi, batubara, nikel, timah, emas, bauksit, dll. Bahkan konon kabarnya hasil tambang dari segala jenis yang ada di perut bumi pertiwi bisa dimanfaatkan hingga 100 tahun kedepan dengan nilai hampir 100juta dollar per tahun. Wau ? gile bener ini negara bisa kaya banget. Tapi kenapa justru sebaliknya ya ?
Kembali ke masalah orang kaya tadi, hampir sebagian besar daerah-daerah tambang itu dikuasai oleh asing yang justru manfaatnya sangat jauh dirasakan oleh negara sendiri. Bayangkan saja, Indistri tambang sebesar Freeport yang ada di Jayapura, Pemerintah hanya dapat royalty sebesar 1 persen #buajingan#. Ini negara apa kabupaten sih sebenarnya !! Belum 1 persen masih menjadi bulan-bulanan aparat tikus yang doyan duit...habis sudah deh tu duit 1 persen dan ga bakalan masuk ke kas negara :(
Pengusaha-pengusaha Indonesia-pun bila ditelisik lebih jauh, hanya menguasai tambang-tambang kecil yang itupun proses legalisasinya masih hitam abu-abu alias menjadi pergunjingan. Dari mulai perizinan tambang, sengketa dengan tanah adat, dan kongkalikong dengan pemerintah daerah. Belum lagi dampak yang muncul akibat penambangan tersebut bagi masyarakat sekitar yang kebanyakan sih merugikan. Dari kerusakan ekosistem, perubahan money oriented dari masyarakat sekitar tambang, hingga kerusakan hutan dan alam. Sungguh ironis memang :(
Padahal bila dilihat lebih mendalam, walaupun tambang-tambang kecil seperti itu. Namun hasilnya sangat mencengangkan. Asal kalian tahu saja, kekayaan orang-orang kaya Indonesia ini pun meningkat tajam dibandingkan dengan tahun lalu itu disebabkan harga komoditas, seperti hasil tambang batubara dan minyak sawit, yang semakin meroket.
Yang menjadi pertanyaanku lagi, orang kaya tersebut apa juga kaya jiwa ya ? entahlah...
buktinya masih ada sekolah rusak....
buktinya masih banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah
buktinya masih banyak pemuda-pemuda di daerah yang menjadi pengangguran
buktinya masih banyak saudara-saudara kita yang masih sangat butuh uluran tangan
dan masih banyak lagi...
Apa susahnya orang-orang kaya tersebut bergabung menjadi satu, menyisihkan hartanya untuk membangun Indonesia yang lebih baik, masa depan negeri, anak-anak negeri
wahai orang kaya..dimana hati nuranimu ?
Aku anak Indonesia, selamanya Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)