Minggu, 08 April 2012

Angkutan Umum DKI Jakarta dari masa ke masa



Berawal dari rasa jengkel dan ketidakpuasan terhadapa angkutan umum di Jakarta. Jadi membuat saya intgin tahu lebih jauh mengenai sejarah transportasi umum di ibukota yang semakin semrawut ini. Konon kata simbah-simbah, dahulu Jakarta begitu sangat bersahabat dan nyaman. Apalagi dengan moda transportasi-nya. Berbeda dengan saat ini, mobil makin banyak beud, motor bersliweran seperti laron, ditambah bus kopaja dan metromini yang begitu menjadi momok di jalanan, belum lagi angkot, mikrolet yang ngetem sembarangan di simpang-simpang jalan, fiuh semakin membuat bunek saja.
Sebenarnya dengan hadirnya bus trans jakarta, harapan jakarta yang nyaman dengan transportasinya sedikit memunculkan optimisme. Namun apa dikata, ketidak jelasan sistem, dan kurangnya armada membuat optimisme itu sedikit demi sedikit sirnah.


Monorail, MRT, dan lingkar luar KRL jabodetabek seakan masih menjadi bayang-bayang semata, lalu bagaimana sih sebenarnya transportasi Jakarta yang memang diinginkan masyarakatnya ?


Mari kita lihat beberapa transportasi favorit dari masa ke masa :
Unik Asik_Aneka macam angkutan umum yang sudah tersingkir dari Jakarta. Beberapa masih bisa ditemukan melaju melawan zaman. Sementara itu, jumlah pemakai kendaraan umum di Jakarta makin menurun. Tahun 1970, 70 persen warga Jakarta adalah pengguna angkutan umum. Tahun 2010 warga pengguna angkutan umum tinggal 17,1 persen.




1. Helicak


Siapa masih inget helicak, alias helikopter becak. Dinamai begitu karena bentuknya dianggap mirip dengan heli dan becak. Kendaraan ini muncul tahun 1971 dan hanya bertahan selama beberapa tahun.




2. Oplet
1980-Oplet sejatinya adalah mobil sedan merk Morris yand dimodifikasi, kadang dengan mobil Austin. Tahun 1979 trayek oplet dihapus dan diganti dengan Mikrolet dan Metromini.

3. Bemo
1989-Sebenarnya bemo sudah mulai dihapus tahun 1971, tapi hingga sekarang masih bisa ditemukan di beberapa tempat yang tak dijangkau bis kota (Benhill, stasiun klender, tanah abang, mangga besar, dll). Bemo artinya becak motor yang hadir bersamaan dengan Ganefo tahun 1962.






4. Becak
1990-Becak masih bebas mangkal di Bundaran Hotel Indonesia. Jumlah tertinggi becak sepanjang sejarah ada pada tahun 1966 yakni 160 ribu.Becak mulai digunakan sejak tahun 1940 dan mulai dilarang sejak tahun 1988. Namun pemusnahan becak secara besar-besaran dari Jakarta baru terjadi pada tahun 1998. Meski demikian becak masih bisa ditemukan di beberapa daerah tertentu di Jakarta.



5. Tram / Bis bermesin Uap
Tram ini berada di Jakarta, tahun 1927. Di Jakarta pada Tahun 1927 terdapat 5 (lima) jurusan atau disebut
Lin (kata ini masih digunakan angkutan kota di Surabaya hingga saat ini) Tram Listrik, sebagai berikut:


Lin 1 : Menteng - Kramat - Senen - Vrijmetselaarweg - Gunung Sahari -
Kota bawah (PP)
Lin 2 : Menteng - Willemslaam - Harmoni (PP)
Lin 3 : Menteng - Willemslaam - Vrijmetselaarweg (PP)
Lin 4 : Menteng - Tanah Abang - Harmoni (PP)
Lin 5 : Vrijmetselaarweg - Willemslaam - Harmoni (PP)
1981-Penumpang di terminal Lapangan Banteng yang kini sudah diubah menjadi taman. Sejarah angkutan umum Jakarta berawal dari tram / bis yang dikelola Belanda. Sayang, tram bermesin uap dihapuskan oleh Presiden Soekarno tahun 1960.



6. Bis Tingkat
1996-Bis tingkat masih dapat ditemui di jalan utama kota Jakarta. Pengelolanya adalah Pengangkutan Penumpang Djakarta alias PPD. PPD dibentuk dari Maskapai Lintas Kota Batavia yang dinasionalisasi tahun 1954. (Tempo.Co)

7. Semenjak tahun 1996 Jakarta lebih mengandalkan bus-bus dengan kapasitas besar seperti PPD, Mayasari Bakti, sempat juga bus gandeng steady safe. Memasuki tahun 2000-an muncul ide Monorail yang akan menghubungkan pusat-pusat bisinis di Jakarta. Namun apa dikata lagi-lagi itu hanyalah wacana. bahkan konon proyek ini telah menghabiskan milyaran rupiah hanya untuk membangun pondasi-nya saja. what the fuck !!


Rencana-nya :




tapi hasilnya :







Hanya membuat kotoran saja, membuat ruang makin sempit saja. tanpa ada realisasi-nya.


8. Busway Trans jakarta dari bus biasa sampai bus gandeng yang hidup kembali







Koridor 1 (2004)

Jalur Transjakarta (kanan) merupakan jalur khusus yang tidak boleh dilewati kendaraan lainnya.

Bus Transjakarta memulai operasinya pada 15 Januari 2004 dengan tujuan memberikan jasa angkutan yang lebih cepat, nyaman, namun terjangkau bagi warga Jakarta. Untuk mencapai hal tersebut, bus ini diberikan lajur khusus di jalan-jalanyang menjadi bagian dari rutenya dan lajur tersebut tidak boleh dilewati kendaraan lainnya (termasuk bus umum selain Transjakarta). Agar terjangkau oleh masyarakat, maka harga tiket disubsidi oleh pemerintah daerah.

Pada saat awal beroperasi, Transjakarta mengalami banyak masalah, salah satunya adalah ketika atap salah satu busnya menghantam terowongan rel kereta api. Selain itu, banyak dari bus-bus tersebut yang mengalami kerusakan, baik pintu, tombol pemberitahuan lokasi halte, hingga lampu yang lepas.

Selama 2 pekan pertama, dari 15 Januari 2004 hingga 30 Januari 2004, bus Transjakarta memberikan pelayanan secara gratis. Kesempatan itu digunakan untuk sosialisasi, di mana warga Jakarta untuk pertama kalinya mengenal sistem transportasi yang baru. Lalu, mulai 1 Februari2004, bus Transjakarta mulai beroperasi secara komersial.

Beberapa bus Transjakarta di Jalan Sudirman.

Sejak Hari Kartini pada 21 April 2005, Transjakarta memiliki sopir perempuan sebagai wujud emansipasi wanita. Pengelola menargetkan bahwa nanti jumlah pengemudi wanita mencapai 30% dari keseluruhan jumlah pengemudi. Sampai dengan bulan Mei 2006, sudah ada lebih dari 50 orang pengemudi wanita.
[sunting]Koridor 2 dan 3 (2006)

Tepat 2 tahun setelah pertama kali dioperasikan, pada 15 Januari 2006 Transjakarta meluncurkan jalur koridor 2 (Pulogadung-Harmoni) dan 3 (Kalideres-Pasar Baru). Sejak Minggu-10 Februari 2008, beberapa bus Transjakarta koridor 3 mulai melalui rutenya yang baru, yaitu dari arah Kalideres setelah halte Jelambar tetap lurus melewati Jalan Kyai Tapa menuju Halte Harmoni Central Busway tidak berbelok melalui Tomang. Penggunaan jalur ini masih belum resmi karena sebagian besar bus koridor 3 masih melaui jalur Tomang, dan 2 halte busway sepanjang Jalan Kyai Tapa belum beroperasi. Sejak tanggal 10 September 2008, 2 halte yaitu Grogol Trisakti dan Sumber Waras mulai dioperasikan secara resmi.
[sunting]Koridor 4, 5, 6, dan 7 (2007)
Pada tahun 2006, dimulai pembangunan 4 koridor baru Busway, yaitu:
Pulogadung - Dukuh Atas (Koridor 4)
Kampung Melayu - Ancol (Koridor 5)
Ragunan - Dukuh Atas (Koridor 6)
Kampung Rambutan - Kampung Melayu (Koridor 7)

Sama seperti pada pembangunan koridor-koridor sebelumnya, proyek pembangunan 4 koridor ini juga mengundang reaksi negatif beberapa pihak terutama karena kemacetan parah yang disebabkannya.

Koridor 4-7 ini diresmikan penggunaannya pada Sabtu-27 Januari 2007, oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso di shelterTaman Impian Jaya Ancol. Setelah peresmiannya, keempat koridor ini baru efektif beroperasi pada tanggal 28 Januari 2007. Tidak seperti pada waktu peresmian koridor 1, tidak ada tiket gratis untuk masyarakat untuk sosialisasi di koridor-koridor ini.
[sunting]Koridor 8 (2008 - 2009), 9, dan 10 (2008 - 2010)

Pembangunan koridor 8-10 dimulai pada bulan Agustus 2007.[1] Ketiga koridor ini awalnya direncanakan untuk dapat beroperasi bulan Maret 2008, namun mengalami beberapa penundaan.

Rencana operasional koridor 8 awalnya ditunda hingga 14 Februari 2009[2], namun akhirnya mengalami penundaan lagi. Koridor ini pertama kali diujicoba secara terbatas pada tanggal 9 Februari 2009,[3] dan memasuki tahap operasional pada Sabtu-21 Februari 2009.[4] Dari 45 bus yang dibutuhkan untuk melayani koridor 8, hingga tanggal 6 Februari 2009 baru tersedia 20 bus, yang memaksa BLUTJ untuk memangkas rute operasional dari Lebak Bulus - Harmoni menjadi Lebak Bulus - Daan Mogot (Halte Jelambar, walau sebagian sumber menginformasikan Halte Indosiar).[2]

Pada hari pertama operasionalnya, koridor 8 direncanakan beroperasi pada periode 13.00-22.00 WIB[4]

Setelah mengalami beberapa penundaan, pada Senin-7 Desember 2009, Kepala Dinas Perhubungan DKI M. Tauchid menginformasikan bahwa pengoperasian koridor 9 dan 10 kembali mengalami penundaan. Target operasional yang awalnya ditetapkan pada Juni-Oktober 2010 diundur menjadi November 2010.[5] Penundaan kali ini disebabkan karena penentuan tarif per kilometer bus yang baru disepakati oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) dan belum ditunjuknya operator yang mengelola koridor ini. Penentuan operator direncakan menggunakan sistem lelang yang akan dilakukan pada bulan Februari atau Maret 2010. Koridor ini direncakan akan dilayani oleh total 139 armada dengan perincian:
65 bus single dan 15 bus gandeng di Koridor 9.
45 bus single dan 10 bus gandeng di Koridor 10.

Koridor 8, 9 dan 10 ini melayani rute:
Lebak Bulus - Harmoni (Koridor 8), dengan panjang 26 km.

Rute melalui Jalan Ciputat Raya, Jalan TB Simatupang, Jalan Metro Pondok Indah, Jalan Sultan Iskandar Muda, Jalan Teuku Nyak Arif, Jalan Letjen Supeno, Simprug Bypass, Jalan Panjang Raya, Jalan Daan Mogot, Jalan Tomang Raya, Gajah Mada/Hayam Wuruk.
Pinang Ranti - Pluit (Koridor 9), dengan panjang 29,9 km.

Rute melalui Jalan Pondok Gede Raya, Tol Jagorawi, Mayjen Sutoyo, MT Haryono, Gatot Subroto, S.Parman, Latumenten (Stasiun KA Grogol), Jembatan Besi, Jembatan Dua, Jembatan Tiga, Penjaringan, Pluit.
Cililitan - Tanjung Priok (Koridor 10), dengan panjang 19 km.

Rute melalui Jalan Mayjen Sutoyo, DI Panjaitan, Jend Ahmad Yani, Yos Sudarso, Enggano.

2011-2012 ada penambahan koridor baru yang menghubungkan pulau gebang - kampung Melayu

9. MIRT, Monorail bangkit lagi

Seakan tidak kapok beberapa bulan ini bakal calon guberneur DKI jakarta pengganti FOKE melemparkan wacana pembangunan kembali MIRT, Monorail, atau entah apa itu sebutannya. Transportasi air yang didengungkan foke saja jalan di tempat, dan MIRT juga sempat jadi wacana, akankah kali ini dari sekian banyak bakal calon ada yang berani merealisasikannya. Kita Tunggu saja.

Sumber: dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar