Rabu, 26 November 2008

Isu Kiamat Tahun 2012 yang Meresahkan


Di internet saat ini tengah dibanjiri tulisan yang membahas prediksi suku Maya yang pernah hidup di selatan Meksiko atau Guatemala tentang kiamat yang bakal terjadi pada 21 Desember 2012.

Pada manuskrip peninggalan suku yang dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan ini, disebutkan pada tanggal di atas akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini.

Di luar ramalan suku Maya yang belum diketahui dasar perhitungannya, menurut Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bambang S Tedjasukmana, fenomena yang dapat diprakirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an dan di Indonesia oleh Lapan sejak tahun 1975.

Dijelaskan, Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, badai Matahari terjadi ketika muncul flare dan Coronal Mass Ejection (CME). Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Adapun CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan 400 kilometer per detik.

Gangguan cuaca Matahari ini dapat memengaruhi kondisi muatan antariksa hingga memengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS) dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan atau kesehatan manusia. �Karena gangguan magnet Bumi, pengguna alat pacu jantung dapat mengalami gangguan yang berarti,� ujar Sri.

Langkah antisipatif

Dari Matahari, miliaran partikel elektron sampai ke lapisan ionosfer Bumi dalam waktu empat hari, jelas Jiyo Harjosuwito, Kepala Kelompok Peneliti Ionosfer dan Propagasi Gelombang Radio. Dampak dari serbuan partikel elektron itu di kutub magnet Bumi berlangsung selama beberapa hari. Selama waktu itu dapat dilakukan langkah antisipatif untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Mengantisipasi munculnya badai antariksa itu, lanjut Bambang, Lapan tengah membangun pusat sistem pemantau cuaca antariksa terpadu di Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan Bandung. Obyek yang dipantau antara lain lapisan ionosfer dan geomagnetik, serta gelombang radio. Sistem ini akan beroperasi penuh pada Januari 2009 mendatang.

Langkah antisipatif yang telah dilakukan Lapan adalah menghubungi pihak-pihak yang mungkin akan terkena dampak dari munculnya badai antariksa, yaitu Dephankam, TNI, Dephub, PLN, dan Depkominfo, serta pemerintah daerah. Saat ini pelatihan bagi aparat pemda yang mengoperasikan radio HF telah dilakukan sejak lama, kini telah ada sekitar 500 orang yang terlatih menghadapi gangguan sinyal radio.

Bambang mengimbau PLN agar melakukan langkah antisipatif dengan melakukan pemadaman sistem kelistrikan agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk. Untuk itu, sosialisasi harus dilakukan pada masyarakat bila langkah itu akan diambil.

Selain itu, penerbangan dan pelayaran yang mengandalkan satelit GPS sebagai sistem navigasi hendaknya menggunakan sistem manual ketika badai antariksa terjadi, dalam memandu tinggal landas atau pendaratan pesawat terbang.

Perubahan densitas elektron akibat cuaca antariksa, jelas peneliti dari PPSA Lapan, Effendi, dapat mengubah kecepatan gelombang radio ketika melewati ionosfer sehingga menimbulkan delai propagasi pada sinyal GPS.

Perubahan ini mengakibatkan penyimpangan pada penentuan jarak dan posisi. Selain itu, komponen mikroelektronika pada satelit navigasi dan komunikasi akan mengalami kerusakan sehingga mengalami percepatan masa pakai, sehingga bisa tak berfungsi lagi.

Saat ini Lapan telah mengembangkan pemodelan perencanaan penggunaan frekuensi untuk menghadapi gangguan tersebut untuk komunikasi radio HF. �Saat ini tengah dipersiapkan pemodelan yang sama untuk bidang navigasi,� tutur Bambang.


Source :
Rabu, 26 November 2008 | 13:07 WIB
Yuni Ikawati
Sumber : Kompas Cetak

Senin, 10 November 2008

PENELITIAN MAHASISWA

RESEARCH FOR STUDENTS

Burung Indonesia was established on 15 July 2002, as an independent Indonesian non-government organization, after working for 10 years as the program office of BirdLife International in Indonesia . Burung Indonesia provides opportunities for the public to take practical action to conserve birds and their habitats in Indonesia .

Background

Mbeliling forest area located in the western part of Flores Island, is one of the most important forest ecosystem that still survive on this island. Two main type of habitat on this area are Tropical Moist Semi-evergreen forest and Tropical Moist Desciduous forest, which have been identified as the highest priority status for tropical biodiversity conservation (WCMC 1997). This area is a habitat for 3 out of 4 flores endemic bird, which are Flores Monarch (Monarcha sacerdotum), Wallace�s Hanging-parrot(Loriculus flosculus), and Flores Crow (Corvus florensis). Other 17 restricted area birds also made this area as their home (Trainor and Lesmana 2000).

This area also functioned as a water catchment area for West Manggarai district. The local communities of Mbeliling forest also depend their life on this area to irrigate their farmland and ensure reliable fresh water supply. People also use the plants on this area as foods, construction materials, and traditional medicines. Collecting non-timber products was also important economic activity for the Mbeliling people.

Burung Indonesia together with Dansk Ornitologisk Forening (DOF) and with the support from DANIDA, were implementing a program with an objective to construct a participatory forest management that improve local society livelihood.

One of the activites is building a Low Key Monitoring system (LKM, Pemantauan Lingkungan secara Sederhana). The aim of the project is to design a monitoring system that is jointly implemented by local communities and the officers of Dinas Kehutanan, which is able to detect any changes on the surrounding forest at an early stage. The monitoring results are also going to be used for the long-term management of the entire Mbeliling forest area.

Along with the development process of LKM, Burung Indonesia is opening a chance for Indonesian students, either bachelor or master degree to conduct a research about certain aspects of LKM system. If deemed possible the study will be a twinning-arrangemen t between the Indonesian student and a student from Denmark. Therefore, the student needs to be willing to work jointly .

Main objective and scope of research

To conduct a field study that is feeding into and increases the usefulness of the LKM system for the Mbeliling area, which in turn has a positive impact on forest quality as well as the quality of life for the local communities living around the Mbeliling forest.

The study can explore how best to technically design a monitoring system in terms of components that give the maximum output in the most cost-effective way: what should be monitored, when and how? The study can also try to answer questions like: how do we ensure full commitment to implement the monitoring jointly from both local communities and staff of Dinas Kehutanan? What are the benefits to the local communities of this monitoring system?

All proposals need to have a convincing and direct relevance on the main objective.

Tasks of the student

1. To conduct the study, including the field study in and around the Mbeliling forest area, with minimum guidance, but in correspondance with, the project staff and DOF

2. To plan logistics and financial aspects with project staff and Burung in Bogor

3. To keep a detailed record of expenditures backed by receipts and submit a final statement of expenditure to the project staff and Burung in Bogor

4. To compose a final study report containing presentation of methodology, empirical data obtained in and around the Mbeliling forest area, data analysis, conclusion and/or recommendations of direct relevance to the LKM-system and the main objective above..

Time frame

The management team of the Mbeliling project will decide, through discussions with the student, the best time to conduct the field studies in Mbeliling

Requierements

1. Bachelor/master degree students with major in Biology, Environmental sciences, Forestry, Agriculture, Sociology, Anthropology.

2. Willing to conduct field study on Mbeliling area, West Manggarai district, East Nusa Tenggara Province.

3. Having good english skills (oral and written).

4. Self motivated

Facilities

For the selected students, Burung Indonesia will provide:

1. Transportation to Labuan Bajo (vice versa)

2. Local expenditure in Mbeliling for study purpose, includes transportation, accomodation, meals.

3. Room and work facilities during the field study.

For interested student may submit an application to Burung Indonesia, at latest on November 21st 2008

The application must consist of:

1. Submission letter

2. Reference letter from lecturer

3. Copy of student ID

4. Copy of ID

5. Detailed concept of research project

The application should be submitted to:

Email: recruit@burung. org

or PO Box.310/BOO, Bogor 16001

KESEMPATAN PENELITIAN BAGI MAHASISWA

Burung Indonesia adalah organisasi nirlaba yang telah bergiat sejak 15 Juli 2002, bertujuan melestarikan seluruh jenis burung dan habitatnya di Indonesia, serta bekerjasama dengan masyarakat untuk mencapai pembangunan yang lestari.

Latar Belakang

Kawasan hutan Mbeliling terletak di bagian barat pulau Flores merupakan salah satu ekosistem hutan penting yang masih tersisa di pulau ini. Dua tipe habitat utama yang terdapat di dalam kawasan ini yaitu hutan tropika basah semi-awet hijau dan hutan tropika basah luruh-daun, telah mendapatkan status tertinggi bagi konservasi keanekaragaman hayati di wilayah tropika (WCMC 1997). Kawasan ini merupakan habitat bagi tiga dari empat burung endemik Flores yaitu Kehicap Flores (Monarcha sacerdotum), Serindit Flores (Loriculus flosculus), dan Gagak Flores (Corvus florensis). Sebanyak 17 jenis burung sebaran terbatas juga menghuni kawasan hutan (Trainor dan Lesmana 2000).

Kawasan hutan ini juga berfungsi sebagai daerah resapan air bagi daerah Manggarai Barat. Masyarakat di sekitar hutan Mbeliling juga menggantungkan hidupnya pada kawasan ini untuk mengairi lahan pertanian serta menjamin tersedianya air bersih. Selain itu masyarakat juga memanfaatkan tumbuhan di kawasan ini sebagai bahan makanan, bahan bangunan, serta obat-obatan tradisional. Mengumpulkan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan ekonomi yang penting bagi masyarakat sekitar kawasan Mbeliling.

Burung Indonesia bekerjasama dengan Dansk Ornitologisk Forening (DOF) dan didukung oleh DANIDA, tengah melaksanakan sebuah program di kawasan Mbeliling yang bertujuan untuk membangun pengelolaan hutan secara partisipatif yang dapat meningkatkan sumber kehidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah membangun sebuah sistem Pemantauan Lingkungan secara Sederhana (PLS; Low Key Monitoring), dengan tujuan untuk merancang sebuah sistem pemantauan yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan pemerintah terkait, yang akan dapat memantau perubahan yang terjadi di kawasan hutan sekitar. Hasil pemantauan keanekaragaman hayati ini juga menjadi masukan bagi praktek pengelolaan kawasan Mbeliling.

Sehubungan dengan dimulainya pengembangan sistem PLS ini, Burung Indonesia memberi kesempatan bagi mahasiswa Indonesia baik untuk jenjang strata sarjana maupun pasca sarjana untuk melakukan penelitian mengenai aspek-aspek tertentu dalam sistem PLS. Apabila dimungkinkan akan dilakukan kolaborasi antara mahasiswa Indonesia dan Denmark, oleh karena itu diperlukan kemauan kerjasama antara kedua pihak mahasiswa.

Tujuan utama

Melakukan studi lapangan yang mendukung dan meningkatkan kegunaan sistem PLS bagi kawasan Mbeliling, yang nantinya akan menghasilkan pengaruh positif terhadap kualitas hutan dan juga kualitas hidup masyarakat sekitar hutan Mbeliling.

Penelitian ini dapat menelaah bagaimanakah desain teknis terbaik sistem pemantauan dalam hal aspek yang dapat memberikan hasil maksimal dan efektif dari sisi pendanaan: apa yg harus dipantau, kapan dan bagaimana?. Penelitian ini juga dapat mencoba untuk menjawab pertanyaan seperti: Bagaimanakah kita dapat memastikan komitmen total untuk melaksanakan pemantauan dari kedua pihak yaitu masyarakat lokal serta pemerintah terkait (Dinas Kehutanan)?, ataupun pertanyaan: Apakah manfaat yang diterima masyarakat lokal dari sistem pemantauan ini?. Seluruh proposal yang masuk diharapkan memiliki keterkaitan dengan tujuan utama.

Tugas peneliti

  1. Melakukan studi, termasuk kajian lapangan, di dalam dan sekitar kawasan hutan Mbeliling dengan pengawasan terbatas, tetapi tetap berkorespondensi dengan staff Burung Indonesia dan DOF.
  2. Merancang aspek logistik dan keuangan dengan staf Burung Indonesia di Bogor.
  3. Menyusun sebuah catatan detil pengeluaran biaya yang didukung oleh bukti-bukti, dan menyampaikan dokumen pengeluaran biaya akhir kepada staf Burung Indonesia.
  4. Menyusun laporan akhir studi termasuk presentasi metodologi, data empiris yang didapatkan di lokasi kajian, analisis data, kesimpulan dan/atau rekomendasi yang keduanya terkait dengan sistem PLS dan tujuan utama diatas.

Waktu penelitian

Akan ditentukan setelah diskusi antara mahasiswa terpilih dengan tim Burung Indonesia proyek Mbeliling.

Persyaratan

  1. Mahasiswa/i jenjang sarjana/pasca sarjana dari fakultas/jurusan/ program studi Biologi, Lingkungan, Kehutanan, Pertanian, Sosiologi, Antropologi
  2. Bersedia melakukan studi lapangan di kawasan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur
  3. Mampu berbahasa Inggris dengan baik secara lisan dan tulisan
  4. Mampu bekerja mandiri

Fasilitas

Bagi mahasiswa yang terpilih, Burung Indonesia akan menyediakan:

  1. Transportasi ke Labuan Bajo (pulang pergi)
  2. Biaya hidup lokal di Mbeliling untuk melaksanakan studi: transportasi, akomodasi, konsumsi
  3. Ruang dan fasilitas kerja selama melakukan studi di Mbeliling

Bagi mahasiswa yang tertarik dapat mengajukan diri ke Burung Indonesia. Lamaran harus diterima paling lambat 21 Nopember 2008.

Lamaran terdiri dari:

  1. Surat pengajuan
  2. Surat referensi dari pembimbing
  3. Salinan kartu mahasiswa
  4. Salinan kartu tanda penduduk
  5. Narasi konsep penelitian yang akan dilakukan

Lamaran dapat dikirimkan melalui:

Email: recruit@burung. org

Atau PO Box.310/BOO, Bogor 16001

Minggu, 09 November 2008

10 Kota Neraka di Dunia



1.Moresby, Papua New Guinea


Lebih dari 115 penderita HIV muncul tiap bulannya, kota ini menjadi top list tempat terburuk untuk tinggal di dunia, berdasarkan voting intelegen ekonomi pada tahun 2004. Populasi bertambah banyak tidak terkontrol disini, kasus pemerkosaan, pencurian mencapai angka tertinggi 23 kali lipat dari London. Terdapat Geng yang terkenal yang telah berhasil mencuri uang di bank dengan senapan M16. jika anda tak berhasil mencari souvenir disini, jangan kuatir karena setiba dirumah anda akan mendapatkan souvenir penyakit yang telah anda bawa bersama tubuh anda.

2.Linfen, China



Kota terbesar penduduknya versi majalah Time, sangat sayup dan gelap yang menjadikan kota ini seperti neraka. Udara disini penuh dengan polusi batubara, dan jalan yang sangat padat akan emisi. Anda harus menjauh, walaupun anda telah memakai masker, karena itu tidak bisa menyelamatkanmu, menjauhlah dan jangan pernah kembali ke kota ini.



3.Bujumbura,Republic of Burundi



Dengan angka pendapatan perkapita terendah, negara ini menjadi negara paling miskin di planet. Dan yang menakutkan sering terjadi pembunuhan pada para pemimpin politik, tak ada satu tempat pun yang cocok dijadikan sebagai bulan madu di sini.

4.Pyongyang,North Korea



Kota yang penuh dengan tekanan, kota ini hanya memlikiki satu chanel tv dan stasiun radio yang dikuasai oleh pemerintah. Untuk pergi keluar kota saja tiap orang harus meminta ijin dulu. Intinya anda akan merasa puas jika sudah pergi dari kota ini.

5.Oklahoma City, United States.



Waktu yang buruk berkunjung kesini adalah saat bulan Maret sampai Agustus, cuaca yang tidak bisa diprediksi, ini adalah kota dengan bencana tornado terbanyak di U.S, hingga membuat kota ini tampak seperti film The Day After Tomorrow.

6.Chernobyl, Ukraine


Jika anda tidak pernah mendengar Chernobyl, kota yang terhukum, mungkin anda tidak mau tinggal disana karena bahaya radiasi selama dekade terakhir ini. Ledakan nuklir pada tahun 1986 telah menghancurkan dan mengkontaminasi semua mahluk organik di tempat ini.

7.Mogadhisu, East Africa


Kota dimana hirarki adalah selamanya di negoisasi. Di tahun 1992 pemberontakan terjadi dimana mana dengan ribuan kasus dan musim kemarau yang panjang serta kelaparan di tiap wilayah. MOgadishu, tentu saja tidak akan anda temukan pada brosur liburan anda.

8.Yakutsk, Russia



Tempat paling dingin di bumi, seringkali suhu disini jatuh pada -58'Fahrenheit, danjika itu terjadi, anak anak terpaksa libur dari sekolah. Kabut yang tebal hanya bisa membuat mata anda memandang tidak lebih dari 10 m kedepan.

9.Dhaka, Bangladesh



Kota yang terkenal banyak retaknya, adalah Dhaka, no.9 dalam 10 Neraka di Dunia dalam hitungan mundur. Disamping ketidak stabilan politik, tekanan militer dan kekacauan akibat peperangan dan bencana alam, Ibukota Bangladesh ini menghadapi krisis yang berlebih dengan tingkat polusi tertinggi. Industri yang memenuhi kota ini membawa dampak buruk bagi lingkungannya, secara terus menerus 9.7 juta tons sampah dibuang melalui sungai di kota tiap tahunnya.

10.Baghdad, Iraq


Sangat mengejutkan bahwa penerbangan yang murah memenuhi akhir pekan ke Baghdad. Kota yang rusak parah karena perang dalam masanya Saddam Husein. Semenjak invasi U.S, pencurian, penculikan dan kejahatan seksual dan pembantaian pasukan terjadi dimana mana. Sebagaian besar jalan di kota ini sudah menjadi padang rumput yang luas.