Selasa, 22 Mei 2012
Pilih Aku atau Hobimu
"Ngegame melulu, kapan kamu ada waktu buat aku dan anak-anak!" protes Rini
kepada Ardo, suaminya, yang seakan larut dalam dunianya sendiri jika sudah
berada di depan layar komputer. Hobi Ardo bermain game dan surfing ke dunia
maya nyata-nyata semakin menggila hingga istrinya, Rini, melemparkan protes
keras. "Pilih aku atau komputermu itu!," teriak Rini mengancam Ardo.
Wajar, menilik setiap orang pasti memiliki hobi atau kesenangan yang lekat
dengan pribadinya. Melalui hobi seharusnya bisa membuat Anda lebih mudah
mengenal pasangan secara mendalam. Namun, jika kasusnya seperti Ardo dan
Rini, hobi ternyata bisa pula memicu timbulnya konflik internal di dalam
rumah tangga.
Bijaknya, menekuni hobi seharusnya bisa disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Saat masih lajang, menggilai hobi hingga rela mengeluarkan banyak
uang juga waktu yang tersita demi hobi, hal itu mungkin tak jadi masalah.
Namun, semuanya tentu akan berbeda ketika Anda sudah berumah tangga dimana
segala putusan, termasuk menyangkut pengeluaran untuk hobi tak bisa serta
merta diambil.
Bagaimanapun juga, pasangan perlu dilibatkan juga dalam pengambilan
keputusan tersebut. Oleh karena itu, tak ada salahnya jika hobi tersebut
juga ditinjau kembali, apakah menghabiskan banyak biaya dan seberapa
pentingnya hobi itu hingga harus terus ditekuni.
Waktu dan Uang
Hal terpenting yang harus dipertimbangkan untuk melanjutkan menekuni hobi
setelah menikah adalah masalah waktu dan uang. Jika keuangan rumah tangga
Anda tergolong berkecukupan atau mungkin berlebihan, tentu tak akan jadi
masalah bila Anda dan pasangan sama-sama ingin memuaskan hobi dan
kesenangan masing-masing.
Lain halnya bila perekonomian rumah tangga Anda sedang-sedang saja atau
pas-pasan. Ada banyak hal yang harus diprioritaskan, mengingat kebutuhan
rumah tangga menjadi hal yang mendesak untuk segera dipenuhi, sementara
keinginan (menekuni hobi, misalnya) masih bisa ditunda.
Namun, yang perlu diingat juga mengenai masalah waktu. Jangan sampai setiap
ada waktu luang, selalu dihabiskan untuk menekuni hobi hingga menyita waktu
dan perhatian Anda untuk keluarga dan anak-anak. Hal inilah yang lalu
memancing protes keras dari anggota keluarga bahkan bisa memicu timbulnya
konflik rumah tangga, seperti yang dialami Ardo dan Rini.
Bersikap adil sangat dibutuhkan jika Anda memang benar-benar ingin menekuni
hobi meski Anda sudah menikah. Jangan sampai komunikasi diantara anggota
keluaga menjadi terhambat karena waktu untuk saling bertemu dan mengobrol
dengan pasangan serta anak menjadi berkurang.
Melibatkan pasangan
Konsultan psikiater Dr Swapnil Deshmukh pernah mengatakan, �Dalam hubungan
jangka panjang, pasangan memang perlu untuk menyesuaikan diri dengan apa
yang disukai oleh pasangan mereka dan juga hal yang tidak disukainya. Hal
terpenting, cobalah untuk menjajal aktivitas yang disukai pasangan dan
nikmatilah. Sebagai contoh, jika suami menyukai bola, maka istri pun akan
berusaha menyukai hal yang sama agar dapat terkoneksi secara pribadi meski
ada perbedaan.�
Agar "connection" itu tercipta, kenapa tidak mencoba melibatkan pasangan
dalam menekuni hobi. Ikut menjajal hobi yang digemari pasangan, pun
ditengarai bisa meredam konflik bahkan membantu menciptakan suasana
harmonis di tengah rumah tangga Anda. Siapa tahu saja pasangan tertular
suka dan ikut menggemari hobi yang Anda tekuni.
Misalnya, pasangan Anda gemar memasak, sementara Anda ogah-ogahan memasak.
Cobalah ikut ke dapur, memasaklah bersamanya dan berikan pujian untuk hasil
masakannya yang lezat. Siapa tahu pula, bakat terpendam pasangan bisa
dimanfaatkan, dari sekedar hobi, berbuah menjadi satu cita-cita yang
terwujud, yaitu membuka restoran bersama.
Hobi berbeda
Tak harus memaksakan diri mengikuti hobi atau kesukaan pasangan hanya
karena cemas akan timbul konflik, karena yang terpenting ada rasa saling
menghargai dan tahu batas-batas dalam menekuni hobi tanpa mengesampingkan
tugas dan tanggung jawab di dalam rumah tangga.
Hobi yang berbeda justru bisa membawa suasana rumah menjadi lebih
bervariasi karena masing-masing dari Anda atau pasangan bisa saling
bertukar cerita tentang hobinya tersebut.
Bijaknya, untuk meminimalisir konflik, buatlah kesepakatan bersama,
misalnya, berapa lama waktu yang boleh dihabiskan oleh masing-masing pihak
untuk menekuni hobi, apakah akhir pekan boleh digunakan atau tidak untuk
melakukan kegiatan hobi, lalu kapan waktu untuk berdua maupun bersama
anak-anak.
Melibatkan anak
Tentunya kepentingan anak juga harus menjadi prioritas. Jangan sampai
karena hobi, kehadiran anak-anak dianggap mengganggu. Misalnya, Anda sangat
gemar mengumpulkan vas bunga antik. Tak pelak, Anda lantas merasa cemas
saat anak mulai berlarian di dalam rumah, hingga Anda begitu marah luar
biasa seolah-olah vas lebih berharga ketimbang anak.
Seyogyanya, Anda pun bisa mengajarkan anak untuk mengambil contoh dan
melihat manfaat dari hobi yang ditekuni kedua orang tuanya. Misalnya,
melihat ketekunan ayahnya yang senang mengumpulkan barang-barang kuno,
memberikan pelajaran berharga untuk si anak agar belajar merawat
barang-barang berharga mulai sejak dini.
Saling terbuka
Hobi dan kesenangan tak akan jadi masalah dalam pernikahan bila Anda
bersedia membicarakan hal ini dengan pasangan sebelum menikah. Apapun itu,
terbukalah tentang segala hal yang menjadi hobi atau kesenangan Anda dan
pasangan. Hal ini termasuk tentang bagaimana pengaturan waktu dan asal
pendanaannya, apakah boleh menyisihkan dari sebagian penghasilannya untuk
hobi. Juga tentang sebatas mana toleransi yang bisa dilakukan oleh
masing-masing pihak terhadap hobi pasangannya. Semuanya perlu dibicarakan
dari awal agar tidak timbul konflik.
Memang, segalanya akan lebih mudah jika Anda dan pasangan memiliki hobi
yang sama. Semuanya jadi terasa lebih menyenangkan utnuk dibagi dan
dibicarakan bersama. Namun, itu bukan harga mati, bahwa segalanya pasti
akan berjalan lancar-lancar saja. Anda dan pasangan tetap harus tahu batas.
Ingatlah, bila hobi mulai mengganggu intensitas kebersamaan Anda dan
pasangan, maka segeralah berhenti menekuninya. Entah soal waktu atau uang,
segeralah tanggap dengan alarm yang berdering. Anda harus segera menentukan
prioritas, apakah rumah tangga atau hobi? Tak sulit, kan!
(maya/CN19)
Sumber: SMCN
Jodoh Dunia Akhirat
By: Muhamad Agus Syafii
Bagaimana kita menemukan jodoh yang bisa menjadi pasangan dunia akhirat? Sahabatku, bila ingin mendapatkan jodoh dunia akhirat lihatlah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah sebab kualitas hidup kita akan diketahui dan teruji hanya setelah kita hidup berpasangan, karena dalam hidup berpasangan akan dapat diketahui kualitas, kapasitas dan sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam hidup pernikahan itulah seseorang teruji kepribadiannya, tanggung jawabnya, keibuannya, kebapakannya, perikemanusiaannya, ketangguhannya, kesabarannya. Begitu besar makna hidup berumah tangga sampai Nabi mengatakan bahwa di dalam hidup berumah tangga sudah terkandung separoh urusan agama. fitrah kita sebagai manusia membutuhkan sebagai pendamping hidup, sebagai partner dalam suka maupun duka sekaligus sebagai pasangan yang mampu selalu berpikir dan berkehendak baik terhadap pasangannya. Ia akan memberi dukungan jika ia merasa bahwa dukungannya itu akan membawa kebaikan pasangannya.
Sebaliknya jika pasangannya keliru jalan, ia akan berkata tidak! meski pahit diucapkan dan pahit di dengar. Pasangan yang materialistis biasanya rajin hadir dalam keadaan suka, tetapi ia segera menjauh jika pasangannya dalam kesulitan, ia pasangan hanya dalam suka, tidak dalam duka. Pasangan dunia biasanya angin-anginan, terkadang mesra, tetapi suatu ketika bisa menjadi musuh, bahkan musuh yang sukar didamaikan. Pasangan dunia adalah pasangan sehidup, tetapi belum tentu semati. Hanya pasangan dunia akhirat yang biasanya hadir dalam keadaan suka, tetapi juga hadir membela ketika dalam duka. Pasangan dunia akhirat adalah pasangan yang terikat oleh nilai-nilai kebaikan, ikhlas dan ibadah. Ketika kita sudah matipun pasangan sejati tetap menjaga nama baik kita, mendoakan kita. Dialah jodoh anda sehidup semati, pasangan di dunia dan pasangan di akhirat.
Sahabatku yang ingin segera menikah, carilah jodoh dunia akhirat, jodoh yang sehidup semati dalam mengarungi bahtera rumah tangga hanya dengan mengharap keridhaan Allah. bila memang ada niat & keinginan sungguh2 untuk mendapatkan jodoh. Jangan putus asa, tetaplah berikhitiar & memohon kpd Allah maka Allah akan mengirimkan jodoh yg terbaik untuk anda.
----
Sahabatku yg sedang berikhtiar menjemput jodoh, Yuk..aminkan doa ini agar Allah memudahkan jodoh anda, "Ya Allah, walaupun kami masih sendiri. kami tetap ikhlas dalam kesendirian kami ini dan kami tetap pasrahkan padaMu jodoh yang terbaik menurut Engkau untuk kami. Ya Allah, kabulkanlah doa kami."
Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
Kamis, 10 Mei 2012
Sang Pembuat Jam
Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang
dibuatnya. �Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak
31,104,000 kali selama setahun?� �Haaaaaaaaaaaa? 31 juta seratus empat ribu
kali aku harus berdetak????� kata jam terperanjat, �Mana mungkin saya
sanggup! Saya ga akan mungkin bisa untuk melakukan itu!�
�Ya sudah, kalau begitu bagaimana kalau 86,400 kali saja dalam sehari?�
�Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping
seperti ini? Ga , ga, aku ga sanggup!� jawab jam penuh keraguan.
�Ok kalau gitu, bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?�
�Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Masih terlalu banyak.. saya
tidak mungkin mampu berdetak 3.600 kali..� tetap saja jam ragu-ragu dengan
kemampuan dirinya . Dengan penuh kesabaran tukang jam itu kemudian bicara
kepada si jam, �Baiklah, kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali
setiap detik?�
�Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!� � Aku pasti bisa untuk berdetak satu
kali setiap detik � kata jam dengan penuh antusias.
Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.
Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa
karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan
itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali dalam setahun, Yang
juga berarti dia berdetak 86.400 kali dalam sehari yang sama juga dengan
3.600 kali dalam satu jam.
Ada kalanya kita selalu ragu-ragu dengan segala tujuan / tugas / pekerjaan
yang terlihat sangat besar. Kita selalu menggangapnya sesuatu yang sangat
berat dan tidak mungkin dapat kita laukan. Namun sebenarnya apabila hal
yang besar tersebut kita perkecil dan dilakukan dengan konsisten secara
terus menerus, maka hal yang semula kita anggap tidak mungkin untuk
dilakukan, tidak mampu untuk mencapainya, namun sebenarnya kalau kita sudah
menjalankannya, kita ternyata mampu.
Langganan:
Postingan (Atom)