Minggu, 26 Juni 2011

Blusukan di Kota Solo

Hasil sementara search Makanan enak di Solo, tunggu kunjungan di lain kesempatan :)

Beras Kencur Putri Solo



Jl.Tamtaman II No.99, Baluwarti
Solo, Jawa Tengah
+62-271-652811
Ingin membawa oleh-oleh kuliner yang khas? Anda bisa membeli beras kencur, kunir asem, atau gula asem Putri Solo. Beras kencur Putri Solo tidak dipasarkan di toko-toko, konsumen hanya bisa membeli langsung di tempat produksinya. Untuk pembeli dari luar kota bisa memesan lewat telepon, barang dikirim melalui jasa paket. Konsumen terbesarnya malah berasal dari luar kota. Promosinya memang hanya dari mulut ke mulut. Untuk memperoleh minuman tradisional buatan Pak Sardi ini, Anda bisa berkunjung ke rumah Pak Sardi di kompleks Keraton Kasunanan, pukul 08.00 - 20.00. Minuman yang dijual Pak Sardi ini berbentuk concentrate syrup. Untuk meminumnya, tinggal diencerkan dengan air dan es batu. Tidak seperti sirup minuman tradisional lainnya yang biasanya sangat encer, buatan Pak Sumardi ini benar-benar kental. Rasa dan konsentrasi minumannya benar-benar terjaga. Anda bisa menikmati hangatnya beras kencur dan segarnya gula asem asli Solo di rumah Anda sendiri :)

Es Krim Tentrem



Jl..Urip Sumohardjo No.93/97
Solo, Jawa Tengah
+62-271-635597
Kepanasan setelah seharian berjalan-jalan di Kota Solo? Anda bisa mampir ke toko Es Krim Tentrem di Jl. Urip Sumohardjo, Solo. Puluhan tahun berdiri, Es Krim Tentrem tetap menjadi satu-satunya penyedia es krim buatan sendiri di kota Solo. Karena buatan sendiri, es krim Tentrem dijamin dibuat dari bahan-bahan yang alami. Selain menjual es krim, Anda juga bisa mencoba es puternya. Toko kecil ini cocok untuk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan Anda, tentrem banget deh :)

Gudeg Ceker Bu Kasno



JL. Monginsidi, Margoyudan
Solo, Jawa Tengah
Warung kaki lima yang menggelar dagangan tepat pukul 01.30 ini dikenal dengan warung gudeg ceker karena menu spesialnya adalah gudeg dengan pelengkap ceker (kaki ayam). Pengorbanan para pelanggan yang antri sejak tengah malam melawan kantuk dan dingin akan segera terbayar begitu sepiring nasi gudeg terhidang di hadapannya. Gudegnya terasa demikian gurih dengan siraman santan kanil (santan yang dimasak kental) dan beberapa potong sambal goreng rambak. Di luar itu, yang pasti ditunggu pelanggan adalah ceker yang dimasak dalam kuah santan. Keistimewaan ceker ini adalah dengan sedikit kunyahan dagingnya seperti langsung terpisah dari tulang-tulangnya. Klunyum-klunyum, begitu orang Jawa menyebut. Daging ceker dengan tekstur khas yang gurih itu pun akan memuaskan rasa penasaran orang yang pertama kali datang menikmatinya. Tidak manusiawi jam bukanya? Jangan khawatir, gudeg Bu Kasno sekarang membuka cabang juga di Gladag Langen Bogan, tentunya dengan jam buka yang normal :)

Wedangan

Solo, Jawa Tengah
Mau tau tempat nongkrongnya orang Solo? Ini dia, wedangan atau HIK ('i' dibaca seperti e pada kata 'edan' :D) alias Hidangan Istimewa Kampung. Biasa dikenal sebagai angkringan di Jogja, hik bisa kita jumpai di sudut-sudut jalan kota Solo. Penjual wedangan menjual dagangannya di sebauh gerobak. Di sebelahnya, biasanya ada bangku-bangku atau tikar untuk lesehan. Jenis makanan yang dijual pun sangat sederhana. Mulai dari sego kucing, sego oseng-oseng, dan gorengan. Wedangan yang lebih 'canggih' biasanya menyediakan makanan lain seperti ayam penyet, sate usus, paru, telur puyuh, tempe tahu penyet, dan lain-lainnya. Untuk minumannya, yang kami rekomendasikan adalah wedang tape dan jahe gepuk. Sebagai tempat nongkrongnya anak muda Solo, beberapa wedangan juga dilengkapi dengan hotspot lho :D Pengunjung wedangan memang biasanya tidak sekedar datang untuk makan, tapi untuk bersosialisasi. Beberapa wedangan yang kami rekomendasikan adalah Wedangan Pak Kumis di emperan Stadion Manahan, Angkringan Muji di ujung selatan Jalan Honggowongso (deket pertigaan dengan Jalan Veteran), Angkringan Pak Kemin di dekat Monumen Pers, Wedangan Pak Item di sekitar Solo Baru, dan Wedangan Pak Wiryo, Jl Perintis Kemerdekaan, Purwosari.

Shi Jack Gizi Center




Kawasan Kota Barat
Solo, Jawa Tengah

Satu lagi tempat nongkrongnya anak muda Solo. Kalau yang lain menghabiskan malam dengan nongkrong dan minum minuman keras, anak muda Solo menghabiskan malam dengan nongkrong dan minum susu segar! :D Shi Jack adalah penjual susu sapi murni di Solo,buka pada jam 16.00 till drop di malam hari. Susu sapi murni segar menjadi main course sajian Shi Jack, Anda bisa request susu sapi murni dengan campuran sirup, cokelat, madu, jahe, hingga telur (ayam kampung / bebek). Anda bisa juga meminta kepala susu (lamat-lamat istilah Solo-nya) pada bartender Shi Jack. Susu bisa disajikan panas ataupun dingin. Saat menikmati segelas susu murni Anda akan disuguhi beberapa aksi menarik ala bartender dalam proses pembuatan sajian susu segar. Di warung susu murni ini Anda akan mendapati beberapa sajian makanan ringan yang di atas meja, seperti jadah bakar, sate kikil, nasi kucing, sate kerang, sosis solo, tahu/tempe bacem, dan masih banyak lagi. Hal lain yang menarik adalah penulisan menu-menu yang kreatif dan sedikit gila, seperti TANTE SUSY (Susu Syrop Tanpa Telor), SUTEJA (Susu Telor Jahe), SUKATMAN (Susu Coklat Manis), SUKADI (Susu Coklat Dingin), Es Dara (Es Soda Gembira), STANG (Telor Setengah Matang), dan masih banyak yang lainnya. Harganya? murah-murah kok. Selain di kawasan Kota Barat, Shi Jack juga membuka cabang di Gladag Langen Bogan lho.

Pusat Oleh-oleh Pak Mesran



Jl. Kalilarangan
Solo, Jawa Tengah
Ingin membawa oleh-oleh setelah berkunjung ke Solo? Anda bisa datang ke toko Pak Mesran di kawasan Kalilarangan, Solo. Sopir taksi pasti tahu dan akan mengantar Anda kesini kalau diminta menunjukkan tempat oleh-oleh Solo. Toko yang selalu ramai sejak buka pada jam 07.00 ini menyediakan beraneka makanan kering khas Solo, mulai dari intip, abon, serundeng, usus goreng, belut goreng, kerupuk ceker ayam, brem, enting-enting, rambak, sampai kerupuk karak. harganya pun tergolong murah, apalagi untuk yang terbiasa dengan harga di Bandung atau Jakarta. Beli terlalu banyak sampai tidak sanggup membawanya? Pak Mesran akan dengan senang hati mengurus pengirimannya sampai ke alamat Anda :)

Orion Mandarijn



Jl. Urip Sumohardjo
Solo, Jawa Tengah
Ini adalah salah satu oleh-oleh khas Solo yang terkenal sejak puluhan tahun yang lalu. Secara umum, Orion Mandarijn berbentuk seperti lapis surabaya, cake dua lapis berwarna kuning dan coklat. Teksturnya sangat lembut. Diantara lapisan kue berwarna kuning dan coklat, dioleskan selai nanas. Selain itu, ada varian mandarijn yang ditaburi kismis. Cake ini tahan hingga 1 minggu. Selain menjual mandarijn, toko Orion juga menjual aneka oleh-oleh lainnya seperti yang dijual di Pak Mesran, tapi tentunya dengan packing yang lebih bagus, dan harga yang sedikit lebih mahal :D Oleh-oleh lain yang kami rekomendasikan di toko Orion adalah kerupuk puli/karak aneka rasa yang tidak dijumpai di toko lainnya.

Pasar Gede



Jl. Urip Sumohardjo
Solo, Jawa Tengah
Ingin membeli oleh-oleh sambil berwisata? Anda bisa berkunjung ke Pasar Gede. Pasar ini merupakan pasar terbesar di kota Solo yang sudah berdiri sejak tahun 1930-an. Di dalam pasar ini, banyak sekali penjual oleh-oleh khas Solo. Mulai dari intip, usus goreng, kerupuk cakar, belut goreng, karak, rambak, dan aneka oleh-oleh lainnya. Dan yang pasti, di Pasar Gede ini, Anda pasti memperoleh barang baru karena penjual oleh-oleh adalah pembuat oleh-olehnya sendiri :D Bagi pehobi fotografi, pasar ini juga layak dikunjungi karena arsitekturnya yang masih asli. Bangunan pasar yang dirancang seorang arsitek Belanda Herman Thomas Karsten bergaya perpaduan Jawa -Kolonial. Oh ya, pasar ini terletak di kawasan Pecinan di Solo. Pada perayaan Imlek dan Cap Go Meh, pasar ini akan dihiasi oleh ribuan lampion. Selain itu, kita juga bisa menyaksikan pertunjukan barongsai lho :)

Kamis, 23 Juni 2011

Indahnya Gorontalo


Semak belukar, ilalang, dan rerumputan adalah alas yang begitu nyaman bagi kami
Lokasi : Kab. Gorontalo
Fotografer: hel86


jangankan pohon, gunungpun kudaki
Lokasi : Kab. Gorontalo
Fotografer: hel86


Walau diatas air, tapi tidak menurutkan semangat mereka
Lokasi: Kampung Bajo, Kab. Gorontalo
Fotografer: hel86


Ketika keindahan tiap kota diserta tawa canda dan senyum anak-anaknya
Lokasi : Kab. Gorontalo
Fotografer : hel86

Rabu, 22 Juni 2011

Blusukan di ujung-ujung Ibu Pertiwi


Air adalah segalanya bagi kami
Lokasi: Takengon, Aceh Tengah
Fotografer: hel86


Kuda adalah sahabat, teman, dan tunggangan kami
Lokasi: Padang rumput, Pacuan, Takengon
Fotografer : hel86


Danau adalah rumah kami
Lokasi : Danau Lut Tawar, Takengon, Aceh Tengah
Fotografer: hel86


Danau adalah segalanya bagi kami, maka jagalah
Lokasi : Danau Lut Tawar, Takengon, Aceh Tengah
Fotografer : hel86


Danau adalah pengharapan kami
Lokasi : Danau Lut Tawar, Takengon, Aceh Tengah
Fotografer : hel86

Kamis, 02 Juni 2011

MEMPERINGATI LAHIRNYA PANCASILA

Lahirnya Pancasila

Oleh: Soekarno

Pendahuluan

Paduka tuan Ketua yang mulia!

Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai
mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan
dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya.

Saya akan menetapi permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia. Apakah
permintaan Paduka tuan ketua yang mullia? Paduka tuan Ketua yang mulia minta
kepada sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia
Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.

Ma'af, beribu ma'af! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka
itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua
yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya,
yang diminta oleh Paduka tuan ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda:
"Philosofische grondslag" dari pada Indonesia merdeka. Philosofische
grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa,
hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia
Merdeka yang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saya kemukakan, Paduka tuan
Ketua yang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberi
tahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan
"merdeka". Merdeka buat saya ialah: "political independence", politieke
onafhankelijkheid. Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid?

Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata:

Tatkala Dokuritu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati
saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang - saya katakan didalam
bahasa asing, ma'afkan perkataan ini - "zwaarwichtig" akan perkara yang
kecil-kecil. "Zwaarwichtig" sampai -kata orang Jawa- "njelimet". Jikalau
sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai njelimet, barulah mereka
berani menyatakan kemerdekaan.

Tuan-tuan yang terhormat! Lihatlah di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada
perjalanan dunia itu. Banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi
bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya,
samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu? Jermania merdeka, Saudi
Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika
merdeka, Inggris merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya
merdeka, tetapi bandingkanlah isinya!

Alangkah berbedanya isi itu! Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka,
maka harus lebih dahulu ini selesai, itu selesai, itu selesai, sampai
njelimet!, maka saya bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia
merdeka, padahal 80% dari rakyatnya terdiri kaum Badui, yang sama sekali
tidak mengerti hal ini atau itu. Bacalah buku Armstrong yang menceriterakan
tentang Ibn Saud! Disitu ternyata, bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan
pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum mengetahui
bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih
makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu!! Toch Saudi Arabia
merdeka! Lihatlah pula - jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat
- Soviet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Soviet, adakah rakyat
soviet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat
Musyik yang lebih dari pada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari
buku-buku yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan
mengetahui betapa keadaan rakyat Soviet Rusia pada waktu Lenin mendirikan
negara Soviet itu. Dan kita sekarang disini mau mendirikan negara Indonesia
merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan! Maaf, P. T.
Zimukyokutyoo! Berdirilah saya punya bulu, kalau saya membaca tuan punya
surat, yang minta kepada kita supaya dirancangkan sampai njelimet hal ini
dan itu dahulu semuanya!

Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai njelimet,
maka saya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, tuan tidak akan mesngalami
Indonesia merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami Indonesia merdeka, -
sampai dilobang kubur!

Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun '33 saya
telah menulis satu risalah, Risalah yang bernama "Mencapai Indonesia
Merdeka". Maka di dalam risalah tahun '33 itu, telah saya katakan, bahwa
kemerdekaan, politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain
dan tak bukan, ialah satu jembatan emas. Saya katakan di dalam kitab itu,
bahwa diseberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.

Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam, - in one night only! -,
kata Armstrong di dalam kitabnya. Ibn Saud mendirikan Saudi Arabia merdeka
di satu malam sesudah ia masuk kota Riad dengan 6 orang! Sesudah "jembatan"
itu diletakkan oleh Ibn saud, maka diseberang jembatan, artinya kemudian
dari pada itu, Ibn Saud barulah memperbaiki masyarakat Saudi arabia. Orang
tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya
bergelandangan sebagai nomade yaitu orang badui, diberi pelajaran oleh Ibn
Saud jangan bergelandangan, dikasih tempat untuk bercocok-tanam. Nomade
dirubah oleh Ibn Saud menjadi kaum tani, - semuanya diseberang jembatan.

Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Soviet-Rusia Merdeka, telah
mempunyai Djnepprprostoff
[1],
dam yang maha besar di sungai Dnepr? Apa ia telah mempunyai radio-station,
yang menyundul keangkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup,
untuk meliputi seluruh negara Rusia?

Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Soviet Rusia
merdeka telah dapat membaca dan menulis? Tidak, tuan-tuan yang terhormat! Di
seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah, Lenin baru
mengadakan radio- station, baru mengadakan sekolahan, baru mengadakan
Creche, baru mengadakan Djnepprostoff! Maka oleh karena itu saya minta
kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati,
janganlah mengingat bahwa ini danitu lebih dulu harus selesai dengan
njelimet, dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka. Alangkah
berlainannnya tuan-tuan punya semangat, - jikalau tuan-tuan demikian -,
dengan semangat pemuda-pemuda kita yang 2 milyun banyaknya. Dua milyun
pemuda ini menyampaikan seruan pada saya, 2 milyun pemuda ini semua
berhasrat Indonesia Merdeka Sekarang!

Saudara-saudara, kenapa kita sebagai pemimpin rakyat, yang mengetahui
sejarah, menjadi zwaarwichtig, menjadi gentar, pada hal semboyan Indonesia
merdeka bukan sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh tahun yang lalu,
kita telah menyiarkan semboyan Indonesia merdeka, bahkan sejak tahun 1932
dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan "INDONESIA MERDEKA SEKARANG".
Bahkan 3 kali sekarang, yaitu Indonesia Merdeka sekarang, sekarang,
sekarang!

Dan sekarang kita menghadapi kesempatan untuk menyusun Indonesia merdeka, -
kok lantas kita zwaarwichtig dan gentar hati!. Saudara -saudara, saya
peringatkan sekali lagi, Indonesia Merdeka, political independence,
politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan!
Jangan gentar! Jikalau umpamanya kita pada saat sekarang ini diberikan
kesempatan oleh Dai Nippon untuk merdeka, maka dengan mudah Gunseikan
diganti dengan orang yang bernama Tjondro Asmoro, atau Soomubutyoo diganti
dengan orang yang bernama Abdul Halim. Jikalau umpamanya Butyoo Butyoo
diganti dengan orang-orang Indonesia, pada sekarang ini, sebenarnya kita
telah mendapat political independence, politieke onafhankelijkheid, - in one
night, di dalam satu malam! Saudara-saudara, pemuda-pemuda yang 2 milyun,
semuanya bersemboyan: Indonesia merdeka, sekarang! Jikalau umpamanya
Balatentera Dai Nippon sekarang menyerahkan urusan negara kepada
saudara-saudara, apakah saudara-saudara akan menolak, serta berkata: mangke-
rumiyin, tunggu dulu, minta ini dan itu selesai dulu, baru kita berani
menerima urusan negara Indonesia merdeka?

(Seruan: Tidak! Tidak)

Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini balatentara Dai
Nippon menyerahkan urusan negara kepada kita, maka satu menitpun kita tidak
akan menolak, sekarangpun kita menerima urusan itu, sekarangpun kita mulai
dengan negara Indonesia yang Merdeka!

Saudara-saudara, tadi saya berkata, ada perbedaan antara Soviet-Rusia, Saudi
Arabia, Inggris, Amerika dll. tentang isinya: tetapi ada satu yang sama,
yaitu, rakyat Saudi Arabia sanggup mempertahankan negaranya. Musyik-musyik
di Rusia sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Amerika sanggup
mempertahankan negaranya. Inilah yang menjadi minimum-eis. Artinya, kalau
ada kecakapan yang lain, tentu lebih baik, tetapi manakala sesuatu bangsa
telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan
dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan.
Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing,
saudara-saudara, semua siap-sedia mati, mempertahankan tanah air kita
Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap-sedia, masak untuk
merdeka.

Cobalah pikirkan hal ini dengan memperbandingkannya dengan manusia. Manusia
pun demikian, saudara-saudara! Ibaratnya, kemerdekaan saya bandingkan dengan
perkawinan. Ada yang berani kawin, lekas berani kawin, ada yang takut kawin.
Ada yang berkata: Ah saya belum berani kawin, tunggu dulu gajih F.500. Kalau
saya sudah mempunyai rumah gedung, sudah ada permadani, sudah ada lampu
listrik, sudah mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul, sudah mempunyai
sendok-garpu perak satu kaset, sudah mempunyai ini dan itu, bahkan sudah
mempunyai kinder-uitzet, barulah saya berani kawin.

Ada orang lain yang berkata: saya sudah berani kawin kalau saya sudah
mempunyai meja satu, kursi empat, yaitu "meja-makan", lantas satu zitje,
lantas satu tempat tidur.

Ada orang yang lebih berani lagi dari itu, yaitu saudara-saudara Marhaen!
Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan tikar, dengan satu periuk: dia
kawin. Marhaen dengan satu tikar, satu gubug: kawin. Sang klerk dengan satu
meja, empat kursi, satu zitje, satu tempat-tidur: kawin. Sang Ndoro yang
mempunyai rumah gedung, elektrische kookplaat, tempat tidur, uang
bertimbun-timbun: kawin. Belum tentu mana yang lebih gelukkig, belum tentu
mana yang lebih bahagia, sang Ndoro dengan tempat tidurnya yang
mentul-mentul, atau Sarinem dan Samiun yang hanya mempunyai satu tikar dan
satu periuk, saudara-saudara!

Saudara-saudara, soalnya adalah demikian: kita ini berani merdeka atau
tidak?? Inilah, saudara-saudara sekalian, Paduka tuan ketua yang mulia,
ukuran saya yang terlebih dulu saya kemukakan sebelum saya bicarakan hal-hal
yang mengenai dasarnya satu negara yang merdeka. Saya mendengar uraian P.T.
Soetardjo beberapa hari yang lalu, tatkala menjawab apakah yang dinamakan
merdeka, beliau mengatakan: kalau tiap-tiap orang di dalam hatinya telah
merdeka, itulah kemerdekaan. Saudara-saudara, jika tiap-tiap orang Indonesia
yang 70 milyun ini lebih dulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita
dapat mencapai political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat
kita belum dapat Indonesia merdeka!

Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakakan rakyat kita!! Di dalam
Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam
Saudi Arabia Merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu persatu. Di
dalam Soviet-Rusia Merdeka Stalin memerdeka-kan hati bangsa Soviet-Rusia
satu persatu.

Saudara-saudara! Sebagai juga salah seorang pembicara berkata: kita bangsa
Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak dysenterie,
banyak penyakit hongerudeem, banyak ini banyak itu. "Sehatkan dulu bangsa
kita, baru kemudian merdeka".

Saya berkata, kalau inipun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita
belum merdeka. Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita menyehatkan rakyat
kita, walaupun misalnya tidak dengan kinine, tetapi kita kerahkan segenap
masyarakat kita untuk menghilangkan penyakit malaria dengan menanam ketepeng
kerbau. Di dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya
menjadi kuat, di dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat
sebaik-baiknya. Inilah maksud saya dengan perkataan "jembatan". Di seberang
jembatan, jembatan emas, inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat
Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi.

Tuan-tuan sekalian! Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting.
Tidakkah kita mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh
pembicara, bahwa sebenarnya internationalrecht, hukum internasional,
menggampangkan pekerjaan kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu
negara yang merdeka, tidak diadakan syarat yang neko-neko, yang menjelimet,
tidak!. Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah
cukup untuk internationalrecht. Cukup, saudara-saudara. Asal ada buminya,
ada rakyatnya, ada pemerintahnya, kemudian diakui oleh salah satu negara
yang lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama: merdeka. Tidak peduli
rakyat dapat baca atau tidak, tidak peduli rakyat hebat ekonominya atau
tidak, tidak peduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum
internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada
rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahnya, - sudahlah ia merdeka.

Janganlah kita gentar, zwaarwichtig, lantas mau menyelesaikan lebih dulu
1001 soal yang bukan-bukan! Sekali lagi saya bertanya: Mau merdeka apa
tidak? Mau merdeka atau tidak?

Saudara-saudara! Sesudah saya bicarakan tentang hal "merdeka", maka sekarang
saya bicarakan tentang hal dasar.

Paduka tuan Ketua yang mulia! Saya mengerti apakah yang paduka tuan Ketua
kehendaki! Paduka tuan Ketua minta dasar, minta philosophischegrondslag,
atau, jikalau kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka tuan
Ketua yang mulia meminta suatu "Weltanschauung", diatas mana kita mendirikan
negara Indonesia itu.

Kita melihat dalam dunia ini, bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka, dan
banyak diantara negeri-negeri yang merdeka itu berdiri di atas suatu
"Weltanschauung". Hitler mendirikan Jermania di atas
"national-sozialistische Weltanschauung", - filsafat nasional-sosialisme
telah menjadi dasar negara Jermania yang didirikan oleh Adolf Hitler itu.
Lenin mendirikan negara Soviet diatas satu "Weltanschauung", yaitu
Marxistische, Historisch- materialistische Weltanschaung. Nippon mendirikan
negara negara dai Nippon di atas satu "Weltanschauung", yaitu yang dinamakan
"Tennoo Koodoo Seishin". Diatas "Tennoo Koodoo Seishin" inilah negara dai
Nippon didirikan. Saudi Arabia, Ibn Saud, mendirikan negara Arabia di atas
satu "Weltanschauung", bahkan diatas satu dasar agama, yaitu Islam. Demikian
itulah yang diminta oleh paduka tuan Ketua yang mulia: Apakah
"Weltanschauung" kita, jikalau kita hendak mendirikan Indonesia yang
merdeka?

Tuan-tuan sekalian, "Weltanschauung" ini sudah lama harus kita bulatkan di
dalam hati kita dan di dalam pikiran kita, sebelum Indonesia Merdeka datang.
Idealis-idealis di seluruh dunia bekerja mati-matian untuk mengadakan
bermacam-macam "Weltanschauung", bekerja mati-matian untuk
me"realiteitkan""Weltanschauung" mereka itu. Maka oleh karena itu,
sebenarnya tidak benar perkataan anggota yang terhormat Abikusno, bila
beliau berkata, bahwa banyak sekali negara-negara merdeka didirikan dengan
isi seadanya saja, menurut keadaan, Tidak! Sebab misalnya, walaupun menurut
perkataan John Reed: "Soviet-Rusia didirikan didalam 10 hari oleh Lenin
c.s.", - John Reed, di dalam kitabnya:"Ten days that shook the world",
"sepuluh hari yang menggoncangkan dunia" -, walaupun Lenin mendirikan
Soviet-Rusia di dalam 10 hari, tetapi "Weltanschauung"nya, dan di dalam 10
hari itu hanya sekedar direbut kekuasaan, dan ditempatkan negara baru itu
diatas "Weltanschauung" yang sudah ada. Dari 1895 "Weltanschauung" itu telah
disusun. Bahkan dalam revolutie 1905, Weltanschauung itu "dicobakan", di
"generale-repetitie-kan".

Lenin di dalam revolusi tahun 1905 telah mengerjakan apa yang dikatakan oleh
beliau sendiri "generale-repetitie" dari pada revolusi tahun 1917. Sudah
lama sebelum 1917, "Weltanschaung" itu disedia-sediakan, bahkan
diikhtiar-ikhtiarkan. Kemudian, hanya dalam 10 hari, sebagai dikatakan oleh
John Reed, hanya dalam 10 hari itulah didirikan negara baru, direbut
kekuasaan, ditaruhkan kekuasaan itu di atas "Weltanschauung" yang telah
berpuluh-puluh tahun umurnya itu. Tidakkah pula Hitler demikian?

Di dalam tahun 1933 Hitler menaiki singgasana kekuasaan, mendirikan negara
Jermania di atas National-sozialistische Weltanschauung. Tetapi kapankah
Hitler mulai menyediakan dia punya "Weltanschauung" itu? Bukan di dalam
tahun 1933, tetapi di dalam tahun 1921 dan 1922 beliau telah bekerja,
kemudian mengikhtiarkan pula, agar supaya Naziisme ini, "Weltanschauung"
ini, dapat menjelma dengan dia punya "Munschener Putsch", tetapi gagal. Di
dalam 1933 barulah datang saatnya yang beliau dapat merebut kekuasaan, dan
negara diletakkan oleh beliau di atas dasar"Weltanschauung" yang telah
dipropagandakan berpuluh-puluh tahun itu.

Maka demikian pula, jika kita hendak mendirikan negara Indonesia Merdeka,
Paduka tuan ketua, timbullah pertanyaan: Apakah "Weltanschauung" kita, untuk
mendirikan negara Indonesia Merdeka diatasnya? Apakah nasional-sosialisme?
Apakah historisch-materialisme? Apakah San Min Chu I, sebagai dikatakan
doktor Sun Yat Sen?

Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok merdeka, tetapi
"Weltanschauung"nya telah dalam tahun 1885, kalau saya tidak salah,
dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku "The three people"s principles" San
Min Chu I, - Mintsu, Minchuan, Min Sheng, - nasionalisme, demokrasi,
sosialisme,- telah digambarkan oleh doktor Sun Yat Sen Weltanschauung itu,
tetapi baru dalam tahun 1912 beliau mendirikan negara baru diatas
"Weltanschauung" San Min Chu I itu, yang telah disediakan terdahulu
berpuluh-puluh tahun.

Kita hendak mendirikan negara Indonesia merdeka di atas "Weltanschauung"
apa? Nasional-sosialisme-kah, Marxisme-kah, San Min Chu I-kah, atau
"Weltanschauung' apakah?

Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak
pikiran telah dikemukakan, - macam-macam - , tetapi alangkah benarnya
perkataan dr Soekiman, perkataan Ki Bagoes Hadikoesoemo, bahwa kita harus
mencari persetujuan, mencari persetujuan faham. Kita bersama-sama mencari
persatuan philosophischegrondslag, mencari satu "Weltanschauung" yang kita
semua setuju. Saya katakan lagi setuju! Yang saudara Yamin setujui, yang Ki
Bagoes setujui, yang Ki Hajar setujui, yang sdr. Sanoesi setujui, yang sdr.
Abikoesno setujui, yang sdr. Lim Koen Hian setujui, pendeknya kita semua
mencari satu modus. Tuan Yamin, ini bukan compromis, tetapi kita
bersama-sama mencari satu hal yang kita ber-sama-sama setujui. Apakah itu?
Pertama-tama, saudara-saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak mendirikan
Indonesia merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan?

Mendirikan negara Indonesia merdeka yang namanya saja Indonesia Merdeka,
tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi
kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu
golongan bangsawan?

Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik saudara-saudara yang
bernama kaum kebangsaan yang disini, maupun saudara-saudara yang dinamakan
kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan yang demikian itulah kita
punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu negara "semua buat semua". Bukan
buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun
golongan yang kaya, - tetapi "semua buat semua". Inilah salah satu dasar
pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu mendengung di
dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di dalam sidang
Dokurutu Zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1918, 25 tahun yang
lebih, ialah: Dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat negara
Indonesia, ialah dasar kebangsaan.

Prinsip pertama

Kita mendirikan satu negara kebangsaan Indonesia.

Saya minta saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo dan saudara-saudara Islam lain:
maafkanlah saya memakai perkataan "kebangsaan" ini! Sayapun orang Islam.
Tetapi saya minta kepada saudara- saudara, janganlah saudara-saudara salah
faham jikalau saya katakan bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar
kebangsaan. Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti yang sempit, tetapi
saya menghendaki satu nasionalestaat, seperti yang saya katakan dalam rapat
di Taman Raden Saleh beberapa hari yang lalu. Satu Nationale Staat Indonesia
bukan berarti staat yang sempit. Sebagai saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo
katakan kemarin, maka tuan adalah orang bangsa Indonesia, bapak tuanpun
adalah orang Indonesia, nenek tuanpun bangsa Indonesia, datuk-datuk tuan,
nenek-moyang tuanpun bangsa Indonesia. Diatas satu kebangsaan Indonesia,
dalam arti yang dimaksudkan oleh saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo itulah, kita
dasarkan negara Indonesia.

Satu Nationale Staat! Hal ini perlu diterangkan lebih dahulu, meski saya di
dalam rapat besar di Taman Raden Saleh sedikit-sedikit telah menerangkannya.
Marilah saya uraikan lebih jelas dengan mengambil tempoh sedikit: Apakah
yang dinamakan bangsa? Apakah syaratnya bangsa?

Menurut Renan syarat bangsa ialah "kehendak akan bersatu". Perlu
orang-orangnya merasa diri bersatu dan mau bersatu. Ernest Renan menyebut
syarat bangsa: "le desir d'etre ensemble", yaitu kehendak akan bersatu.
Menurut definisi Ernest Renan, maka yang menjadi bangsa, yaitu satu
gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya bersatu.

Kalau kita lihat definisi orang lain, yaitu definisi Otto Bauer, di dalam
bukunya "Die Nationalitatenfrage", disitu ditanyakan: "Was ist eine Nation?"
dan jawabnya ialah: "Eine Nation ist eine aus chiksals-gemeinschaft
erwachsene Charaktergemeinschaft". Inilah menurut Otto Bauer satu natie.
(Bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib).

Tetapi kemarinpun, tatkala, kalau tidak salah, Prof. Soepomo mensitir Ernest
Renan, maka anggota yang terhormat Mr. Yamin berkata: "verouderd", "sudah
tua". Memang tuan-tuan sekalian, definisi Ernest Renan sudah "verouderd",
sudah tua. Definisi Otto Bauer pun sudah tua. Sebab tatkala Otto Bauer
mengadakan definisinya itu, tatkala itu belum timbul satu wetenschap baru,
satu ilmu baru, yang dinamakan Geopolitik.

Kemarin, kalau tidak salah, saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo, atau Moenandar,
mengatakan tentang "Persatuan antara orang dan tempat". Persatuan antara
orang dan tempat, tuan-tuan sekalian, persatuan antara manusia dan
tempatnya!

Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari
bumi yang ada di bawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekedar
melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan "Gemeinschaft"nya dan perasaan
orangnya, "l'ame et desir". Mereka hanya mengingat karakter, tidak mengingat
tempat, tidak mengingat bumi, bumi yang didiami manusia itu, Apakah tempat
itu? Tempat itu yaitu tanah air. Tanah air itu adalah satu kesatuan. Allah
s.w.t membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta
dunia, kita dapat menunjukkan dimana"kesatuan-kesatuan" disitu. Seorang anak
kecilpun, jukalau ia melihat peta dunia, ia dapat menunjukkan bahwa
kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan
satu kesatuan gerombolan pulau-pulau diantara 2 lautan yang besar, lautan
Pacific dan lautan Hindia, dan diantara 2 benua, yaitu benua Asia dan benua
Australia. Seorang anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa,
Sumatera, Borneo, Selebes, Halmaheira, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan
lain-lain pulau kecil diantaranya, adalah satu kesatuan. Demikian pula
tiap-tiap anak kecil dapat melihat pada peta bumi, bahwa pulau-pulau Nippon
yang membentang pada pinggir Timur benua Asia sebagai"golfbreker" atau
pengadang gelombang lautan Pacific, adalah satu kesatuan.

Anak kecilpun dapat melihat, bahwa tanah India adalah satu kesatuan di Asia
Selatan, dibatasi oleh lautan Hindia yang luas dan gunung Himalaya. Seorang
anak kecil pula dapat mengatakan, bahwa kepulauan Inggris adalah satu
kesatuan. Griekenland atau Yunani dapat ditunjukkan sebagai kesatuan pula,
Itu ditaruhkan oleh Allah s.w.t. demikian rupa. Bukan Sparta saja, bukan
Athene saja, bukan Macedonia saja, tetapi Sparta plus Athene plus Macedonia
plus daerah Yunani yang lain-lain, segenap kepulauan Yunani, adalah satu
kesatuan.

Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah-darah kita, tanah air kita? Menurut
geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita. Indonesia yang bulat, bukan
Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau
Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan uang ditunjuk oleh
Allah s.w.t. menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera,
itulah tanah air kita!

Maka jikalau saya ingat perhubungan antara orang dan tempat, antara rakyat
dan buminya, maka tidak cukuplah definisi yang dikatakan oeh Ernest Renan
dan Otto Bauer itu. Tidak cukup "le desir d'etre ensembles", tidak cukup
definisi Otto Bauer "aus schiksalsgemeinschaft erwachsene
Charaktergemeinschaft" itu. Maaf saudara-saudara, saya mengambil contoh
Minangkabau, diantara bangsa di Indonesia, yang paling ada "desir d'entre
ensemble", adalah rakyat Minangkabau, yang banyaknya kira-kira 2,5 milyun.

Rakyat ini merasa dirinya satu keluarga. Tetapi Minangkabau bukan satu
kesatuaan, melainkan hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan!
Penduduk Yogyapun adalah merasa "le desir d"etre ensemble", tetapi Yogyapun
hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan. Di Jawa Barat rakyat
Pasundan sangat merasakan "le desir d'etre ensemble", tetapi Sundapun hanya
satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan.

Pendek kata, bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu
golongan orang yang hidup dengan "le desir d'etre ensemble" diatas daerah
kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis,
tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang, menurut
geopolitik yang telah ditentukan oleh s.w.t., tinggal dikesatuannya semua
pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatra sampai ke Irian! Seluruhnya!,
karena antara manusia 70.000.000 ini sudah ada "le desir d'etre enemble",
sudah terjadi "Charaktergemeinschaft"! Natie Indonesia, bangsa Indonesia,
ummat Indonesia jumlah orangnya adalah 70.000.000, tetapi 70.000.000 yang
telah menjadi satu, satu, sekali lagi satu!

Kesinilah kita semua harus menuju: mendirikan satu Nationale staat, diatas
kesatuan bumi Indonesia dari Ujung Sumatera sampai ke Irian. Saya yakin
tidak ada satu golongan diatara tuan-tuan yang tidak mufakat, baik Islam
maupun golongan yang dinamakan "golongan kebangsaan". Kesinilah kita harus
menuju semuanya. Saudara-saudara, jangan orang mengira bahwa tiap-tiap
negara merdeka adalah satu nationale staat! Bukan Pruisen, bukan Beieren,
bukan Sakssen adalah nationale staat, tetapi seluruh Jermanialah satu
nationale staat. Bukan bagian kecil-kecil, bukan Venetia, bukan Lombardia,
tetapi seluruh Italialah, yaitu seluruh semenanjung di Laut Tengah, yang
diutara dibatasi pegunungan Alpen, adalah nationale staat. Bukan Benggala,
bukan Punjab, bukan Bihar dan Orissa, tetapi seluruh segi-tiga Indialah
nanti harus menjadi nationale staat.

Demikian pula bukan semua negeri-negeri di tanah air kita yang merdeka
dijaman dahulu, adalah nationale staat. Kita hanya 2 kali mengalami
nationale staat, yaitu di jaman Sri Wijaya dan di zaman Majapahit. Di luar
dari itu kita tidak mengalami nationale staat. Saya berkata dengan penuh
hormat kepada kita punya raja-raja dahulu, saya berkata dengan beribu-ribu
hormat kepada Sultan Agung Hanyokrokoesoemo, bahwa Mataram, meskipun
merdeka, bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Prabu
Siliwangi di Pajajaran, saya berkata, bahwa kerajaannya bukan nationale
staat. Dengan persaan hormat kepada Prabu Sultan Agung Tirtayasa, berkata,
bahwa kerajaannya di Banten, meskipun merdeka, bukan satu nationale staat.
Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanoedin di Sulawesi yang telah
membentuk kerajaan Bugis, saya berkata, bahwa tanah Bugis yang merdeka itu
bukan nationale staat.

Nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri dijaman Sri
Wijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama.
Karena itu, jikalau tuan-tuan terima baik, marilah kita mengambil sebagai
dasar Negara yang pertama: KebangsaanIndonesia. Kebangsaan Indonesia yang
bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatera, bukan kebangsaan
Borneo, Sulawesi, Bali, atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia, yang
bersama-sama menjadi dasar satu nationale staat. Maaf, Tuan Lim Koen Hian,
Tuan tidak mau akan kebangsaan? Di dalam pidato Tuan, waktu ditanya sekali
lagi oleh Paduka Tuan fuku-Kaityoo, Tuan menjawab: "Saya tidak mau akan
kebangsaan".

TUAN LIM KOEN HIAN : Bukan begitu. Ada sambungannya lagi.

TUAN SOEKARNO : Kalau begitu, maaf, dan saya mengucapkan terima kasih,
karena tuan Lim Koen Hian pun menyetujui dasar kebangsaan. Saya tahu, banyak
juga orang-orang Tionghoa klasik yang tidak mau akan dasar kebangsaan,
karena mereka memeluk faham kosmopolitisme, yang mengatakan tidak ada
kebangsaan, tidak ada bangsa. Bangsa Tionghoa dahulu banyak yang kena
penyakit kosmopolitisme, sehingga mereka berkata bahwa tidak ada bangsa
Tionghoa, tidak ada bangsa Nippon, tidak ada bangsa India, tidak ada bangsa
Arab, tetapi semuanya "menschheid", "peri kemanusiaan". Tetapi Dr. Sun Yat
Sen bangkit, memberi pengajaran kepada rakyat Tionghoa, bahwa a d a
kebangsaan Tionghoa! Saya mengaku, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk
di bangku sekolah H.B.S. diSurabaya, saya dipengaruhi oleh seorang sosialis
yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran kepada saya, - katanya: jangan
berfaham kebangsaan, tetapi berfahamlah rasa kemanusiaan sedunia, jangan
mempunyai rasa kebangsan sedikitpun. Itu terjadi pada tahun 17. Tetapi pada
tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, - ialah
Dr SunYat Sen! Di dalam tulisannya "San Min Chu I" atau "The Three People's
Principles", saya mendapat pelajaran yang membongkar kosmopolitisme yang
diajarkan oleh A. Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa
kebangsaan, oleh pengaruh "The Three People"s Principles" itu.

Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat
Sen sebagai penganjurnya, yakinlah, bahwa Bung Karno juga seorang Indonesia
yang dengan perasaan hormat-sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada
Dr. Sun Yat Sen, - sampai masuk kelobang kubur.

Prinsip kedua

Saudara-saudara. Tetapi ........ tetapi ........... memang prinsip
kebangsaan ini ada bahayanya! Bahayanya ialah mungkin orang meruncingkan
nasionalisme menjadi chauvinisme, sehingga berfaham "Indonesia uber Alles".
Inilah bahayanya! Kita cinta tanah air yang satu, merasa berbangsa yang
satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi Tanah Air kita Indonesia hanya satu
bahagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini!

Gandhi berkata: "Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah
perikemanusiaan "My nationalism is humanity". Kebangsaan yang kita anjurkan
bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme, sebagai
dikobar-kobarkan orang di Eropah, yang mengatakan"Deutschland uber Alles",
tidak ada yang setinggi Jermania, yang katanya, bangsanya minulyo, berambut
jagung dan bermata biru, "bangsa Aria", yang dianggapnya tertinggi diatas
dunia, sedang bangsa lain-lain tidak ada harganya. Jangan kita berdiri di
atas azas demikian, Tuan-tuan, jangan berkata, bahwa bangsa Indonesialah
yang terbagus dan termulya, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju
persatuan dunia, persaudaraan dunia.

Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita harus
menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa. Justru inilah prinsip saya
yang kedua. Inilah filosofisch principe yang nomor dua, yang saya usulkan
kepada Tuan-tuan, yang boleh saya namakan "internasionalime". Tetapi jikalau
saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud kosmopolitisme, yang
tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada
Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika, dan
lain-lainnya. Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar
di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau
tidak hidup dalam taman-sarinya internasionalisme. Jadi, dua hal ini,
saudara-saudara, prinsip 1 dan prinsip 2, yang pertama-tama saya usulkan
kepada tuan-tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain.

Prinsip ketiga

Kemudian, apakah dasar yang ke-3? Dasar itu ialah dasar mufakat, dasar
perwakilan, dasar permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara untuk
satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya.
Tetapi kita mendirikan negara "semua buat semua", "satu buat semua, semua
buat satu". Saya yakin syarat yang mutlak untuk kuatnya negara In-donesia
ialah permusyawaratan perwakilan.

Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Kita,
sayapun, adalah orang Islam, -- maaf beribu-ribu maaf, keislaman saya jauh
belum sempurna, -- tetapi kalau saudara-saudara membuka saya punya dada, dan
melihat saya punya hati, tuan-tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati
Islam.

Dan hati Islam Bung karno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam
permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal, juga
keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan di
dalam Badan Perwakilan Rakyat.

Apa-apa yang belum memuaskan, kita bicarakan di dalam permusyawaratan. Badan
perwakilan, inilah tempat kita untuk mengemukakan tuntutan-tuntutan Islam.
Disinilah kita usulkan kepada pemimpin-pemimpin rakyat, apa-apa yang kita
rasa perlu bagi perbaikan. Jikalau memang kita rakyat Islam, marilah kita
bekerja sehebat-hebatnya, agar-supaya sebagian yang terbesar dari pada
kursi-kursi badan perwakilan Rakyat yang kita adakan, diduduki oleh utusan
Islam. Jikalau memang rakyat Indonesia rakyat yang bagian besarnya rakyat
Islam, dan jikalau memang Islam disini agama yang hidup berkobar-kobar
didalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap
rakyat itu, agar supaya mengerahkan sebanyak mungkin utusan-utusan Islam ke
dalam badan perwakilan ini. Ibaratnya badan perwakilan Rakyat 100 orang
anggautanya, marilah kita bekerja, bekerja sekeras-kerasnya, agar supaya 60,
70, 80, 90 utusan yang duduk dalam perwakilan rakyat ini orang Islam,
pemuka-pemuka Islam. dengan sendirinya hukum-hukum yang keluar dari badan
perwakilan rakyat itu, hukum Islam pula. Malahan saya yakin, jikalau hal
yang demikian itu nyata terjadi, barulah boleh dikatakan bahwa agama Islam
benar-benar h i d u p di dalam jiwa rakyat, sehingga 60%, 70%, 80%, 90%
utusan adalah orang Islam, pemuka-pemuka Islam, ulama-ulama Islam. Maka saya
berkata, baru jikalau demikian, baru jikalau demikian, hiduplah Islam
Indonesia, dan bukan Islam yang hanya diatas bibirsaja. Kita berkata, 90%
dari pada kita beragama Islam, tetapi lihatlah didalam sidang ini berapa %
yang memberikan suaranya kepada Islam? Maaf seribu maaf, saya tanya hal itu!
Bagi saya hal itu adalah satu bukti, bahwa Islam belum hidup
sehidup-hidupnya di dalam kalangan rakyat. Oleh karena itu, saya minta
kepada saudara-saudara sekalian, baik yang bukan Islam, maupun terutama yang
Islam, setujuilah prinsip nomor 3 ini, yaitu prinsip permusyawaratan,
perwakilan. Dalam perwakilan nanti ada perjoangan sehebat-hebatnya. Tidak
ada satu staat yang hidup betul-betul hidup, jikalau di dalam
badan-perwakilannya tidak seakan-akan bergolak mendidih kawah Candradimuka,
kalau tidak ada perjoangan faham di dalamnya. Baik di dalam staat Islam,
maupun di dalam staat Kristen, perjoangan selamanya ada. Terimalah prinsip
nomor 3, prinsip mufakat, prinsip perwakilan rakyat! Di dalam perwakilan
rakyat saudara-saudara islam dan saudara-saudara kristen bekerjalah sehebat-
hebatnya. Kalau misalnya orang Kristen ingin bahwa tiap-tiap letter di dalam
peraturan-peraturan negara Indonesia harus menurut Injil, bekerjalah
mati-matian, agar suapaya sebagian besar dari pada utusan-utusan yang masuk
badan perwakilan Indonesia ialah orang kristen, itu adil, - fair play!.
Tidak ada satu negara boleh dikatakan negara hidup, kalau tidak ada
perjoangan di dalamnya. Jangan kira di Turki tidak ada perjoangan. Jangan
kira dalam negara Nippon tidak ada pergeseran pikiran. Allah subhanahuwa
Ta'ala memberi pikiran kepada kita, agar supaya dalam pergaulan kita
sehari-hari, kita selalu bergosok, seakan-akan menumbuk membersihkan gabah,
supaya keluar dari padanya beras, dan beras akan menjadi nasi Indonesia yang
sebaik-baiknya. Terimalah saudara-saudara, prinsip nomor 3, yaitu prinsip
permusyawaratan

Prinsip keempat

Priinsip No. 4 sekarang saya usulkan, Saya di dalam 3 hari ini belum
mendengarkan prinsip itu, yaitu prinsip kesejahteraan , prinsip: tidak akan
ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka. Saya katakan tadi: prinsipnya San
Min Chu I ialah Mintsu, Min Chuan, Min Sheng: nationalism, democracy,
sosialism. Maka prinsip kita harus: Apakah kita mau Indonesia Merdeka, yang
kaum kapitalnya merajalela, ataukah yang semua rakyat sejahtera, yang semua
orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku
oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang-pangan kepadanya? Mana yang kita
pilih, saudara-saudara? Jangan saudara kira, bahwa kalau Badan Perwakilan
Rakyat sudah ada, kita dengan sendirinya sudah mencapai kesejahteraan ini.
Kita sudah lihat, di negara-negara Eropah adalah Badan Perwakilan, adalah
parlementaire democracy. Tetapi tidakkah diEropah justru kaum kapitalis
merajalela?

Di Amerika ada suatu badan perwakilan rakyat, dan tidakkah di Amerika kaum
kapitalis merajalela? Tidakkah di seluruh benua Barat kaum kapitalis
merajalela? Padahal ada badan perwakilan rakyat! Tak lain tak bukan
sebabnya, ialah oleh karena badan- badan perwakilan rakyat yang diadakan
disana itu, sekedar menurut resepnya Franche Revolutie. Tak lain tak bukan
adalah yang dinamakan democratie disana itu hanyalah politie-kedemocratie
saja; semata-mata tidak ada sociale rechtvaardigheid, -- tak ada keadilan
sosial, tidak ada ekonomische democratie sama sekali.

Saudara-saudara, saya ingat akan kalimat seorang pemimpin Perancis, Jean
Jaures, yang menggambarkan politieke democratie. "Di dalam Parlementaire
Democratie, kata Jean Jaures, di dalam Parlementaire Democratie, tiap-tiap
orang mempunyai hak sama. Hak politiek yang sama, tiap orang boleh memilih,
tiap-tiap orang boleh masuk di dalam parlement. Tetapi adakah Sociale
rechtvaardigheid, adakah kenyataan kesejahteraan di kalangan rakyat?" Maka
oleh karena itu Jean Jaures berkata lagi: "Wakil kaum buruh yang mempunyai
hak politiek itu, di dalam Parlement dapat menjatuhkan minister. Ia seperti
Raja! Tetapi di dalam dia punya tempat bekerja, di dalam paberik, - sekarang
ia menjatuhkan minister, besok dia dapat dilempar keluar ke jalan raya,
dibikin werkloos, tidak dapat makan suatu apa".

Adakah keadaan yang demikian ini yang kita kehendaki?

Saudara-saudara, saya usulkan: Kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan
demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni
politiek-ecomische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial!
Rakyat Indonesia sudah lama bicara tentang hal ini. Apakah yang dimaksud
dengan Ratu Adil? Yang dimakksud dengan faham Ratu Adil, ialah sociale
rechtvaardigheid. Rakyat ingin sejahtera. Rakyat yang tadinya merasa dirinya
kurang makan kurang pakaian, menciptakan dunia-baru yang di dalamnya a d a
keadilan di bawah pimpinan Ratu Adil. Maka oleh karena itu, jikalau kita
memang betul-betul mengerti, mengingat mencinta rakyat Indonesia, marilah
kita terima prinsip hal sociale rechtvaardigheid ini, yaitu bukan saja
persamaan politiek, saudara-saudara, tetapi pun di atas lapangan ekonomi
kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang
sebaik-baiknya.

Saudara-saudara, badan permusyawaratan yang kita akan buat, hendaknya bukan
badan permusyawaratan politieke democratie saja, tetapi badan yang bersama
dengan ma-syarakat dapat mewujudkan dua prinsip: politieke rechtvaardigheid
dan sociale rechtvaardigheid.

Kita akan bicarakan hal-hal ini bersama-sama, saudara-saudara, di dalam
badan permusyawaratan. Saya ulangi lagi, segala hal akan kita selesaikan,
segala hal! Juga di dalam urusan kepada negara, saya terus terang, saya
tidak akan memilih monarchie. Apa sebab? Oleh karena monarchie
"vooronderstelt erfelijkheid", - turun-temurun. Saya seorang Islam, saya
demokrat karena saya orang Islam, saya meng-hendaki mufakat, maka saya minta
supaya tiap-tiap kepala negara pun dipilih. Tidakkah agama Islam mengatakan
bahwa kepala-kepala negara, baik kalif, maupun Amirul mu'minin, harus
dipilih oleh Rakyat? Tiap-tiap kali kita mengadakan kepala negara, kita
pilih. Jikalau pada suatu hari Ki Bagus Hadikoesoemo misalnya, menjadi
kepala negara Indonesia, dan mangkat, meninggal dunia, jangan anaknya Ki
Hadikoesoemo dengan sendirinya, dengan automatis menjadi pengganti Ki
Hadikoesoemo. Maka oleh karena itu saya tidak mufakat kepada prinsip
monarchie itu.

Prinsip kelima

apakah prinsip ke-5?

Saya telah mengemukakan 4 prinsip:

Kebangsaan Indonesia.

Internasionalisme, - atau peri-kemanusiaan.

Mufakat, - atau demukrasi.

Kesejahteraan sosial.

Prinsip yang kelima hendaknya: Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa.

Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi
masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang
Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang Islam bertuhan
menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w., orang Buddha menjalankan ibadatnya
menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya
ber-Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya
dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya
ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada "egoisme-agama". Dan
hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang bertuhan!

Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan
cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah
hormat-menghormati satu sama lain.

Nabi Muhammad s.a.w. telah memberi bukti yang cukup tentang
verdraagzaamheid, tentang menghormati agama-agama lain. Nabi Isa pun telah
menunjukkan verdraagzaamheid. Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang
kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima dari
pada Negara kita, ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, Ketuanan yang berbudi
pekerti yang luhur, Ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain. Hatiku
akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Negara
Indonesia Merdeka berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa!

Disinilah, dalam pangkuan azas yang kelima inilah, saudara- saudara, segenap
agama yang ada di Indonesia sekarang ini, akan mendapat tempat yang
sebaik-baiknya. Dan Negara kita akan bertuhan pula!

Ingatlah, prinsip ketiga, permufakatan, perwakilan, disitulah tempatnya kita
mempropagandakan idee kita masing-masing dengan cara yang berkebudayaan!

Pancasila

"Dasar-dasar Negara" telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca
Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat disini. Dharma berarti
kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik.
Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan.
Kita mempunyai Panca Inderia. Apa lagi yang lima bilangannya?

(Seorang yang hadir: Pendawa lima).

Pendawapun lima oranya. Sekarang banyaknya prinsip; kebangsaan,
internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ketuhanan, lima pula
bilangannya.

Namanya bukan Panca Dharma, tetapi - saya namakan ini dengan petunjuk
seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Panca Sila. Sila artinya azas
atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara
Indonesia, kekal dan abadi. bilangan lima itu?

Saya boleh peras, sehingga tinggal 3 saja. Saudara-saudara tanya kepada
saya, apakah "perasan" yang tiga itu? Berpuluh-puluh tahun sudah saya
pikirkan dia, ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka, Weltanschauung kita.
Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan internasionalisme, kebangsaan dan
peri-kemanusiaan, saya peras menjadi satu: itulah yang dahulu saya namakan
socio-nationalisme.

Dan demokrasi yang bukan demokrasi barat, tetapi politiek- economische
demokratie, yaitu politieke demokrasi dengan sociale rechtvaardigheid,
demokrasi dengan kesejahteraan, saya peraskan pula menjadi satu: Inilah yang
dulu saya namakan socio-democratie. Tinggal lagi ketuhanan yang menghormati
satu sama lain. Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga:
socio-nationalisme, socio-demokratie, dan ketuhanan. Kalau Tuan senang
kepada simbolik tiga, ambillah yang tiga ini.

Tetapi barangkali tidak semua Tuan-tuan senang kepada trisila ini, dan minta
satu, satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi
menjadi satu. Apakah yang satu itu?

Gotong royong

Sebagai tadi telah saya katakan: kita mendirikan negara Indonesia, yang kita
semua harus men-dukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia,
bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Van Eck buat indonesia, bukan
Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, -
semua buat semua ! Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga
menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu
perkataan "gotong-royong". Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah
negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong!

"Gotong Royong" adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari
"kekeluargaan", saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu faham yang statis,
tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan,
yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo satu karyo, satu gawe.
Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama !
Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat
bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan
semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat
kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong!

Prinsip Gotong Royong diatara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang
Islam dan yang Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan
yang menjadi bangsa Indonesia.

Pancasila menjadi Trisila, Trisila menjadi Eka Sila. Tetapi terserah kepada
tuan-tuan, mana yang Tuan-tuan pilih: trisila, ekasila ataukah pancasila? Is
i n y a telah saya katakan kepada saudara-saudara semuanya. Prinsip-prinsip
seperti yang saya usulkan kepada saudara-saudara ini, adalah prinsip untuk
Indonesia Merdeka yang abadi. Puluhan tahun dadaku telah menggelora dengan
prinsip-prinsip itu. Tetapi jangan lupa, kita hidup didalam masa peperangan,
saudara- saudara. Di dalam masa peperangan itulah kita mendirikan negara
Indonesia, - di dalam gunturnya peperangan! Bahkan saya mengucap syukur
alhamdulillah kepada Allah Subhanahu wata'ala, bahwa kita mendirikan negara
Indonesia bukan di dalam sinarnya bulan purnama, tetapi di bawah palu godam
peperangan dan di dalam api peperangan. Timbullah Indonesia Merdeka,
Indonesia yang gemblengan, Indonesia Merdeka yang digembleng dalam api
peperangan, dan Indonesia Merdeka yang demikian itu adalah negara Indonesia
yang kuat, bukan negara Indonesia yang lambat laun menjadi bubur.

Berhubung dengan itu, sebagai yang diusulkan oleh beberapa
pembicara-pembicara tadi, barangkali perlu diadakan noodmaatregel, peraturan
bersifat sementara. Tetapi dasarnya, isinya Indonesia Merdeka yang kekal
abadi menurut pendapat saya, haruslah Panca Sila. Sebagai dikatakan tadi,
saudara-saudara, itulah harus Weltanschauung kita. Entah saudara- saudara
mufakatinya atau tidak, tetapi saya berjoang sejak tahun 1918 sampai 1945
sekarang ini untuk Weltanschauung itu. Untuk membentuk nasionalistis
Indonesia, untuk kebangsaan Indonesia; untuk kebangsaan Indonesia yang hidup
di dalam peri-kemanusiaan; untuk permufakatan; untuk sociale
rechtvaardigheid; untuk ke-Tuhananan. Panca Sila, itulah yang berkobar-kobar
di dalam dada saya sejak berpuluh-puluh tahun. Tetapi, saudara-saudara,
diterima atau tidak, terserah saudara-saudara. Tetapi saya sendiri mengerti
seinsyaf- insyafnya, bahwa tidak satu Weltaschauung dapat menjelma dengan
sendirinya, menjadi realiteit dengan sendirinya. Tidak ada satu
Weltanschauung dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak dengan
perjoangan!

Janganpun Weltanschauung yang diadakan oleh manusia, jangan pun yang
diadakan Hitler, oleh Stalin, oleh Lenin, oleh Sun Yat Sen! "De Mensch", --
manusia! --, harus perjoangkan itu. Zonder perjoangan itu tidaklah ia akan
menjadi realiteit! Leninisme tidak bisa menjadi realiteit zonder perjoangan
seluruh rakyat Rusia, San Min Chu I tidak dapat menjadi kenyataan zonder
perjoangan bangsa Tionghoa, saudara-saudara! Tidak! Bahkan saya berkata
lebih lagi dari itu: zonder perjoangan manusia, tidak ada satu hal agama,
tidak ada satu cita-cita agama, yang dapat menjadi realiteit. Janganpun
buatan manusia, sedangkan perintah Tuhan yang tertulis di dalam kitab
Qur'an, zwart op wit (tertulis di atas kertas), tidak dapat menjelma menjadi
realiteit zonder perjoangan manusia yang dinamakan ummat Islam. Begitu pula
perkataan-perkataan yang tertulis didalam kitab Injil, cita-cita yang
termasuk di dalamnya tidak dapat menjelma zonder perjoangan ummat Kristen.

Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Panca Sila yang saya
usulkan itu, menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi
satu bangsa, satu nationali- teit yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota
dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup diatas
dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid,
ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan ke-Tuhanan yang luas dan
sempurna, --janganlah lupa akan syarat untuk menyeleng-garakannya, ialah
perjoangan, perjoangan, dan sekali lagi pejoangan. Jangan mengira bahwa
dengan berdirinya negara Indonesia Merdeka itu perjoangan kita telah
berakhir. Tidak! Bahkan saya berkata: Di-dalam Indonesia Merdeka itu
perjoangan kita harus berjalan t e r u s, hanya lain sifatnya dengan
perjoangan sekarang, lain coraknya. Nanti kita, bersama-sama, sebagai bangsa
yang bersatu padu, berjoang terus menyelenggarakan apa yang kita
cita-citakan di dalam Panca Sila. Dan terutama di dalam zaman peperangan
ini, yakinlah, insyaflah, tanamkanlah dalam kalbu saudara-saudara, bawa
Indonesia Merdeka tidak dapat datang jika bangsa Indonesia tidak mengambil
risiko, -- tidak berani terjun menyelami mutiara di dalam samudera yang
sedalam-dalamnya.

Jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak menekad-mati-matian untuk
mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik
bangsa Indonesia buat selama-lamanya, sampai keakhir jaman! Kemerdekaan
hanya- lah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, yang jiwanya berkobar-kobar
dengan tekad "Merdeka, -- merdeka atau mati"!

Catatan:

? Yang
dimaksud Dnepropetrovsk, suatu kawasan industri di mana terdapat bendungan
raksasa di sungai Dnepr, dan disitu dibangun stasiun pembangkit tenaga
listrik yang merupakan tulang punggung perindustrian Soviet Rusia (ket. -
LSSPI)

Sumber:

http://umarsaid.free.fr/Lahirnya%20Pancasila.html
______dikutip dari sarikata, dikirm oleh Ananto Pratikno_______

Rabu, 01 Juni 2011

Memilih itu lebih sulit daripada dipilih

Bukannya saya membicarakan seseorang, tapi praktis hal ini pastinya terjadi pada kita di kehidupan sehari-hari. Bagi Anda yang belum memiliki pasangan atau mungkin dalam tahap memilah dan memilih pastinya akan merasa.

Ya mencari pasangan hidup ? ibarat mencari jarum dalam sekam. Saat kita cari susahnya minta ampun, tapi giliran nggak kita cari eee malah kita injak alias datang sendiri.

Sebut saja Hari, sudah 5 tahun terakhir belum juga menemukan pujaan hati yang bisa diajak ke jenjang yg lebih serius. Tercatat 5 kali dia mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan. Kelima-nya gagal bukan karena ketidak serusan dia dalam menjaga hubungan. tapi lebih karena faktor lain, sungguh ironis memang. Tapi mau bagaimana lagi, namanya belum jodoh mau diapain lagi ?.

Dari pengalaman Hari itu bisa kita simpulkan. Ada kalanya kita harus memilih walaupun itu sulit, jangan lihat terlalu jauh. Lihatlah yang terdekat, tentunya dengan segala pertimbangan yang matang, baik buruk, dan lain sebagainya. Jangan sampai kita kelamaan memilih justru pilihan itu lari dari hadapan kita. Karena memilih lebih sulit dipilih

Vote your way, now

Salam,-
Astianwardhana